Rabu, 05 Januari 2022

JURNAL SKRIPSI. HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSU SILOAM KUPANG

 

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSU SILOAM KUPANG

 

Syeni Kartina Ratuhalin1 Nomensen L. Banunaek2 Oktovianus Matabesi2

1 mahasiswa Stikes Nusantara Prodi Gizi, 2 Dosen Stikes Nusantara Prodi Gizi E-Mail:Syeni881@gmail.com, nomensenbanunaek@gmail.com, OktovianusMatabesi@gmail.com


ABSTRAK

 

 

Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap, dimana pasien diharuskan menjalani tindakan homodialisis dalam jangka panjang. Hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksis uremik dan mengatur cairan elektrolit tubuh dengan tujuan memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan desain crossectional. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan rumus simple random sampling. Sampel penelitian terdiri dari 53 pasien. Data dikumpulkan melalui kuisioner dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji chi-quare dan Spearman's.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang dengan nilai (p =0.003), dan ada hubungan hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang dengan nilai (p =0.000)

 

Kata Kunci : Asupan protein, Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Hemodialisis


PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Hemodialisis  adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi atau ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi atau ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksis uremik dan mengatur cairan elektrolit tubuh dengan tujuan untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. (Kemenkes RI, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (Pongsibidang, 2016). Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 1990 penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2013). Dari data Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia dengan umur ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 0,38%. Pada tahun 2015 kematian yang disebabkan karena gagal ginjal kronis mencapai 1.243 orang (Kemenkes RI, 2018). Menurut Data Riskesdas tahun 2018 prevalensi penyakit ginjal kronis (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur 15 tahun menurut provinsi Nusa tenggara Timur dari tahun 2013-2018 prevalensi gagal ginjal kronis (GGK) sebesar 0,3%, dan Data Riskesdas tahun 2018 Prevalensi Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur 15 Tahun menurut Kota kupang sebesar 0,35.

Protein yang berarti yang utama atau yang didahulukan, berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos. Protein merupakan salah satu makronutrient yang memiliki fungsi kompleks dan berperan penting dalam berbagai ragam. Sumber protein terbagi atas dua yaitu sumber makanan hewani dan nabati yang sering dikonsumsi oleh manusia. Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik sangat penting untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak. Asupan protein pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis harus disesuaikan dengan derajat gangguan fungsi ginjal/laju filtrasi glomerulus yaitu < 25%, pada pasien yang menjalani hemodialisis sangat diperlukan peranan asupan protein 0,5-0,6 gr/kg BB/hari, rata-rata 0,5 gr/kg BB/hari agar dapat tercapai keseimbangan metabolisme protein yang optimal di dalam tubuh. Pemberian protein 0,5 gr/kg BB/hari ini haruslah diusahakan sekurang-kurangnya 60% atau 0,35 gr/kg BB/hari yaitu berupa protein dengan nilai biologik tinggi. (Oser, 1951 dalam Muchtadi, 2019)

Zat besi sangat dibutuhkan untuk kesehatan namun zat besi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya di dapat dari makanan. Zat besi yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dewasa yakni zat besi yang merupakan mineral makro yaitu sebanyak 3-5 gr di dalam tubuh (Almatsier, 2010). Hemoglobin merupakan sel darah merah yang terdapat dalam darah yang berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 di dalam tubuh (Merryana A, 2016) Pasien gagal ginjal kronik akan mengalami berbagai gangguan akibat anemia seperti gangguan aktivitas, dimana pasien dengan anemia tidak dapat melakukan aktivitas yang baik dikarenakan kadar hemoglobin (Hb) menyebabkan pasien cepat lelah, serta gangguan proses berfikir pasien karena berkurangnya suplai oksigen (O2) dan nutrisi ke otak akibat Hb yang rendah,sehingga dapat mengakibatkan gangguan proses kognitif dan kualitas hidup menurun (Sukandar, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis


METODE PENELITIAN:

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis


Lokasi dan waktu penelitian: 

Penelitian  ini dilakukan  di  RSU  Siloam Kupang  pada  bulan   mei  hingga juni

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien  yang  menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang yang berjumlah 111 orang. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang yang memenuhi kriteria Inklusi dengan total samppel 53 pasien.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan asupan protein pada pasien

hemodialisis

 

Asupan Protein

Jumlah

Persentase %

Baik

41

77.4

Kurang

12

22.6

Jumlah

53

100

 

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi pada pasien

hemodialisis

 

Asupan Zat Besi

Jumlah

Persentase %

Baik

23

43.4

Kurang

30

56.6

Jumlah

53

100

 

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kadar Hemoglobin pada

pasien hemodialisis

 

Kadar Hemoglobin

Jumlah

Persentase %

Baik

9

17

Kurang

44

83

Jumlah

53

100

 

Analisa Bivariat

a.    Hubungan Asupan Protein dangan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis


Tabel 5. Hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis

Kadar Hemoglobin

 

 

 

 

 

Jumlah

Asupan Protein

Baik

Kurang

 

 

 

n

%

n

%

N

%

Baik

9

17

32

60.4

41

77.4

Kurang

0

0

12

22.6

12

22.6

Jumlah

9

17

44

83

53

100

 


Hasil menunjukkan bahwa asupan protein dengan kategori baik memiliki kadar hemoglobin yang baik sebanyak 9 orang (17%), dan kadar hemoglobin kurang sebanyak 32 orang (60.4%). Sedangkan asupan protein kategori kurang tidak memiliki kadar hemoglobin baik 0%, sedangkan kategori kadar hemoglobin kurang sebanyak 12 orang (22.6%). Hasil analisis statistik dengan chisquare menunjukkan bahwa nilai p = 0,004 dimana p<α, hasil analisis ini juga didukung dengan analisis Spearman's rho, p=0.003 dengan Correlation Coefficient atau tingkat keeratan hubungan positif 0.245 dimana memiliki korelasi yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis. Menurut Linder (2006), menjelaskan bahwa tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia

Hal ini sejalan dengan penelitian Hasana et al. (2014) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang Salah satu zat gizi yang banyak tebuang saat hemodialisis adalah protein, saat hemodialisis asam amino yang terbuang sebesar 1-2g/jam dialisis atau diperkirakan 10-12 g protein akan hilang setiap hemodialisis. Oleh sebab itu asupan 1-1,2/kg BB ideal/hari diharapkan dapat menggantikan protein yang sebelumnya dan lebih baik di dapat dari protein hewani karena asam amino yang didapat lebih lengkap (Sari et al.,2018).

b.    Hubungan Zat Besi dangan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Tabel 6. Hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis

Asupan Zat Besi

 

Kadar Hemoglobin

Jumlah

Baik

Kurang

n

%

n

%

N

%

Baik

9

17

14

26.4

23

43.4

Kurang

0

0

30

56.6

30

56.6

Jumlah

9

17

44

83

53

100

 

Dari 53 Pasien menunjukan asupan zat besi dengan kategori baik memiliki kadar hemoglobin yang baik sebanyak 9 orang (17%), dan kadar hemoglobin kurang sebanyak

14 orang (26.4%). Sedangkan asupan zat besi kategori kurang tidak memiliki kadar hemoglobin baik, sedangkan kategori kadar hemoglobin kurang sebanyak 30 orang (56.6%). Hasil analisis statistik dengan chisquare menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 dimana p<α, hasil analisis ini juga didukung dengan analisis Spearman's rho, p =0.000 dengan Correlation Coefficient atau tingkat keeratan hubungan positif 0.517 dimana memiliki korelasi yang tinggi,sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis. Keterkaitan zat besi dengan kadar hemoglobin dapat dijelaskan bahwa zat besi merupakan komponen utama yang memegang peranan   penting dalam pembentukan darah (hemopoiesis), yaitu mensintesis hemoglobin. Apabila jumlah simpanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah, mak akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun di bawah batas normal yang disebut sebagai anemia gizi besi (Soekirman, 2000) apabila jumlah simapanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun dibawah batas normal. Artinya semakin tinggi asupan zat besi, maka kadar hemoglobin akan semakin baik (Almtasier, 2010). Menurut Suhardjono (2009), menjelaskan bahwa pasien GGK mengalami defisiensi eritropoietin, hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya anemia. Kerusakan ginjal yang berat mengakibatkan produksi eritropoietin di ginjal terganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang. Seiring dengan kerusakan ginjal, perdarahan karena trombopati, defisiensi besi yang disertai penurunan laju filtrasi glomerulus maka derajat anemia akan meningkat.


KESIMPULAN

1.    Ada hubungan antara asupan proteindengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis RSU Siloam Kupang dengan nilai p = 0,004

2. Ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis RSU Siloam Kupang dengan nilai p = 0,000


DAFTAR PUSTAKA

AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin yang di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia.  Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013

Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Al Rahmad, A. H. (2017). Pengaruh asupan protein dan zat besi (Fe) terhadap kadar hemoglobin pada wanita bekerja. Jurnal

Kesehatan, 8(3), 321-325

Anamisa, Devie. R. 2015. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal


Ilmu    Komputer   dan    Sains Terapan

Chairunnisa, O., Nuryanto, N., & Probosari, E. (2019). Perbedaan          Kadar Hemoglobin Pada Santriwati Dengan Puasa Daud, Ngrowot Dan Tidak Berpuasa Di Pondok Pesantren Temanggung                                                 Jawa Tengah. Journal of Nutrition College

Chandra, B. (1995). Pengantar statistik kesehatan. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2002. Evaluasi Program Kesehatan. Badan Penelitian dan  Pengembangan Kesehatan Departemen


Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017). Asupan energi, protein dan lemak dengan kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di Desa Suci, Gresik. Amerta Nutrition

Hasanah, Ika Purnama Fitria. 2016. Hubungan Asupan Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisis di Unit Hemodialisis          RSUD

Kabupaten             Sukoharjo. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan        Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hidayanti, F., Thaha, A. R., Najamuddin, U. (2014). Gambaran Pola Konsumsi Zat Pelancar Dan Zat Penghambat Absorpsi Zat Besi (Fe) Serta Kadar Hb Padawanita Prakonsepsidi Kota Makassar. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat           Universitas Hasanuddin, Makassar

Hidayat, R., Azmi, S., & Pertiwi, D. (2016). Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010

Kemenkes RI, (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronid di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI, 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) indonesia tahun 2018. Jakarta : Pusat data


dan    Informasi    Kementrian Kesehatan RI

Kemenkes. 2018. Cegah dan kendalikan Penyakit Ginjal dengan Cerdik. Jakarta

Luyckx, V. A., Tonelli, M. and Stanifer, J. W. (2018) ‘The global burden of kidney disease and the sustainable development goals’, Bulletin of the World Health Organization

Merryana Adriani, S.   K.   M. (2016). Pengantar                        gizi masyarakat.           Prenada Media.153

Muchtadi, D. (2019). Teknik evaluasi nilai gizi protein

Namuyimbwa L, Atuheire C, Okullo J, Kalyesubula R. 2018. Prevalence and associated factors of protein-energy wasting among pastients with chronic kidney disease at Mulago hospital, Kampala Uganda: a Cross Sectional Study

Noto atmojo, 2010, Metogologi penelitian Kesehatan, rineka Cipta, Jakarta

Pongsibidang. 2016. Risiko Hipertensi, Diabetes, Dan Konsumsi Minuman Herbal Pada Kejadian Gagal Ginjal Kronik Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2015

RAHMA, I. (2017). Hubungan Tingkat Kecukupan Fe, Vitamin B9, Dan Vitamin B12 Dengan Kadar Hemoglobin Anak Usia 11 Tahun Sekolah Dasar Negeri 02 Pedurungan Kidul Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang)


Rifani Rosida, R., Suparman, S., Pusparini, P., & Mamat, M. (2020). Gambaran Asupan Protein, Zat Besi (Fe), Vitamin C. dan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki        Kota

Cimahi (Doctoral dissertation, Politeknik    Kesehatan Kemenkes Bandung)

Riyanto, B.2011. Dasar-dasar dari Pembelanjaan           Perusahaan. Edisi        keempat,         cetakkan kesebelas.Universitas Gadjah Mada

Rokhmah et al. 2017. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penurunan Nafsu Makan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemod Ialisis (Studi Kasus Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo)

Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Deepublish

Sholicha, C. A., & Muniroh, L. (2019). Hubungan Asupan Zat Besi, Protein, Vitamin C dan Pola Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMAN 1 Manyar Gresik Correlation Between Intake of Iron, Protein, Vitamin C and Menstruation Pattern with Hemoglobin Concentration among Adolescent Girl in Senior High School 1 Manyar Gresik]. Media Gizi Indonesia


Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.: Afabeta. Bandung

Sukandar E. (2016). Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialysis.Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit dalam FK Unpad RSHS. Bandung

Susetyowati, DCN. 2017. Gizi Bayi dan Balita, dalam Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Tjokroprawiro, A. (Ed.). (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 2: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo  Surabaya. Airlangga University Press.

Trijayani, N. K. N. (2020). Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Dan Kadar Hemoglobin Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsd Mangusada Badung (Doctoral dissertation,      Poltekkes Denpasar)