Gambaran
pengetahuan Pria pasangan usia subur (PUS) terhadap penggunaan alat dan metode kontrasepsi pria di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa
Pengetahuan
adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni :
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pria di
Kelurahan Kolhua diketahui bahwa sebagian besar pria PUS (suami) belum pernah
mendengar tentang alat dan metode kontrasepsi pria, menurut pengetahuan
responden program KB hanya diperuntukkan untuk kaum wanita sehingga mereka
tidak termotivasi untuk menggunakan alat dan metode kontrasepsi, sedangkan
responden yang berpengetahuan baik sangat termotivasi untuk menggunakan alat
dan metode kontrasepsi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
status pendidikan, akses informasi, kebudayaan setempat dan lain sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan
berperan besar dalam memberikan wawasan terhadap pembentukan sikap masyarakat
terhadap kesehatan. Sikap tersebut akan diikuti dengan tindakan dalam melakukan
usaha-usaha peningkatan kesehatan. Pria (suami) yang tidak mempunyai
pengetahuan yang luas tentang KB tidak akan termotivasi untuk mengikuti program
KB. Selain
memiliki pengetahuan yang minim tentang KB, responden juga memiliki dukungan
dari keluarga yang kurang sehingga hal ini menyebabkan responden tidak
berpartisipasi aktif dalam program KB. pengetahuan pria berpengaruh dalam
menggunakan alat KB, dimana makin tinggi pengetahuan yang dimiliki seseorang,
maka makin tinggi pula tingkat partisipasi orang tersebut.
Pengetahuan yang kurang tentang MOP dilatarbelakangi
oleh pendidikan responden yang rendah dan akses terhadap informasi yang sangat
kurang, baik itu dari tenaga kesehatan ataupun lingkungan sekitar. Pengetahuan
sangat berpengaruh besar terhadap pemakaian MOP, karena pria yang tidak tahu
tentang MOP berpikir bahwa MOP adalah kontrasepsi yang tabu dan jarang sekali
digunakan sehingga menimbulkan kurang sertanya pria dalam ber-KB, dan
berpendapat bahwa yang menggunakan kontrasepsi adalah istri, hal tersebut sudah
menjadi paradigma di masyarakat tentang kontrasepsi. Kebanyakan pria
hanya tahu beberapa kontrasepsi yang digunakan oleh pria seperti yang paling
populer adalah kondom, di Kelurahan Kolhua
sedikit sekali pria yang menggunakan MOP dan kebanyakan pria tidak tahu
apa itu MOP, siapa yang bisa menggunakan MOP, dan apa keuntungan dari
penggunaan MOP.
Jika dilihat dari aspek pengetahuan, maka
peningkatan jumlah responden yang tidak setuju pada aspek afektif (perasaan),
yakni tidak hanya responden yang tidak mengetahui pengertian dari jenis-jenis
kontrasepsi pria saja yang merasa tidaknyaman, tetapi respoinden yang tahu
tentang pengertian kontrasepsi pria juga memilih perasaan tidak nyaman dalam
menggunakan alat dan metode kontrasepsi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
keterbatasan dari alat dan metode kontrasepsi pria. Beberapa alasan lain juga
mempengaruhi aspek afektif responden yaitu untuk jenis metode vasektomi,
responden memilih anggapan yang salah bahwa jika melakukan vasektomi suami atau
pria tersebut bias mengalami impoten atau hilang kejantanannya, anggapan
tersebut muncul karena responden merasa bahwa metode vasektomi disamakan dengan
kebiri, sehingga ada perasaan tidak nyaman dengan metode tersebut. Metode
tradisional seperti senggama terputus dan pantang berkala memiliki beberapa
keterbatasan yang dapat mempengaruhi kepuasan dalam melakukan hubungan suami
istri sehingga responden merasa tidak nyaman untuk menggunakan metode
tradisional. Metode tradisional lebih membutuhkan kesiapan mental, penguasaan
diri yang kuat dan persetujuan dari kedua belah pihak yakni suami dan isteri.
Alat kontrasepsi kondom merupakan alat kontrasepsi
yang paling banyak dalam penggunaannya namun kenyataannya beberapa responden
merasa tidak nyaman menggunakan kondom karena mengurangi rasa kepuasan dalam
berhubungan suami istri.
Program
Keluarga Berencana (KB) adalah Suatu program yang dimaksudkan untuk membantu
para pasangan usia subur (PUS) dalam mencapai tujuan reproduksi mereka,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan
beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu,
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan.
Meningkatkan mutu komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN, 2012).
Namun
dalam pelaksanaannya di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa ternyata pria masih
sukar untuk diajak berpartisipasi aktif dalam program KB. Permasalahannya
antara lain adalah kondisi lingkungan sosial, budaya masyarakat dan keluarga
yang masih menggangap partisipasi pria masih belum penting dilakukan karena pengetahuan
dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB masih relatif rendah karena
keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria serta
permasalahan lain yang turut mendukung seperti peran tokoh agama yang masih
kurang, sarana pelayanan KB bagi pria masih terus ditingkatkan, keterbatasan
pilihan alat kontrasepsi yang tersedia dan sebagainya.
4.2. Gambaran
sikap Pria pasangan usia subur (PUS) terhadap penggunaan alat dan metode kontrasepsi pria di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek,
manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsiran
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata mmenunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari
(Notoatmodjo, 2007).
Sikap dapat bersifat positif dan
dapat pula bersifat negatif, dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap
negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak
menyukai objek tertentu (Purwanto dalam Anapah, 2007).
hasil wawancara dengan responden di Kelurahan Kolhua
diketahui bahwa sebagian besar pria PUS (suami) memiliki sikap positif tetapi
tidak sebanding dengan tingkat pencapain penggunaan KB hal ini disebabkan
karena menurut responden pilihan kontrasepsi untuk pria sangat terbatas yaitu
kondom dan vasektomi, mereka merasa bahwa alat kontrasepsi yang ditawarkan
terkadang membuat mereka kurang nyaman dalam berhubungan intim dengan pasangan
selain itu untuk metode kontrasepsi yang ada juga dapat membuat mereka tidak
bisa memiliki anak lagi, oleh karena itu resonden akhirnya menyerahkan tanggung
jawab ber-KB sepenuhnya kepada istri. Alat dan metode kontrasepsi yang
ditawarkan untuk wanita lebih beragam dan juga tidak menggangu kenyamanan saat
berhubungan intim serta dapat memiliki anak lagi setelah batas pemakaiannya
habis.
Pengaruh budaya yang masih melekat dalam kehidupan
masyrakat mempengaruhi sikap responden terhadap alat dan metode kontrasepsi pria.
Masih terdapat budaya yang menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu
untuk ada di dalam rumah tangga sehingga tidak adanya batasan jumlah anak dalam
rumah tangga. Responden yang memiliki pendapat bahwa program KB tidak begitu
penting dalam kehidupan rumah tangga. Seperti yang diperoleh penulis saat
melakukan wawancara dengan responden yang mengetahui alat dan metode
kontrasepsi pria tetapi tidak ingin menggunakan dan tidak merasa nyaman.
Responden tersebut mengatakan bahwa jumlah anak tidak mempengaruhi kehidupan
berkeluarga mereka karena mereka merasa mampu untuk menghidupi keluarganya.
Responden yang memiliki sikap positif terhadap alat
dan metode kontrasepsi pria menunjukan responden memiliki pengetahuan terhadap
pengertian alat dan metode kontrasepsi pria, merasa nyaman jika menggunakan
alat maupun metode kontrasepsi pria dan atau bersedia menggunakan alat maupun
metode kontrasepsi pria. Sikap pria tidak berpengaruh dalam menggunakan alat
KB. Sikap positif seseorang tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu sikap akan terwujud dalam suatu
tindakan tergantung pada situasi saat itu. Sikap juga akan diikuti atau tidak
diikuti oleh tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman yang
dimiliki seseorang. Sikap juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi
pegangan setiap orang dalam bermasyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Pengalaman
pribadi seseorang akan menentukan suatu sikap terhadap sesuatu hal, baik
positif maupun negatif tergantung pengalaman yang didapatkan.
4.3
Gambaran
dukungan keluarga terhadap penggunaan alat dan metode kontrasepsi pria di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa
Keluarga berencana merupakan program yang berfungsi bagi
pasangan usia subur untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan kehamilan (spacing), atau membatasi kelahiran (limiting). Sesuai dengan jumlah anak yang diinginkan dan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) (BKKBN, 1999).
Diskusi antara suami dan istri terkait pemilihan dan
penggunaan alat atau metode kontrasepsi merupakan hal yang penting karena istri
secara langsung merupakan orang yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan
suami sehingga dapat memberikan pendapat maupun masukan tentang berbagai
keputusan yang dibuat oleh suami, termasuk keputusan untuk memilih alat atau
metode kontrasepsi.
Peran serta keluarga mempunyai tingkat hubungan kuat
dengan penggunaan alat atau metode kontrasepsi pria. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden, diketahui bahwa dukungan keluarga (istri) masih
kurang karna disebabkan minimnya informasi tentang KB pria dan juga kebiasaan
dalam masyarakat bahwa seorang istri yang harus menggunakan KB sehingga istri
menganggap KB adalah tanggung jawabnya sendiri. akseptor KB pria yang memiliki
dukungan keluarga tinggi, cenderung ikut berpartisipasi dalam vasektomi
daripada akseptor KB pria yang dukungan keluarganya rendah. Menurut Green
(2000) faktor keluarga termasuk istri merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing) yang membuat seseorang
bertindak terhadap obyek tertentu, namun faktor reinforcing bisa bersifat positif atau negatif tergantung sikap dan
perilaku panutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar