JURNAL PENELITIAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PEMANFAATAN KUALITAS MEDIA CUCI TANGAN
DENGAN PRAKTEK PHBS SEKOLAH MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA KELAS V SD
INPRES DI WILAYAH KELURAHAN NAIKOTEN I KUPANG TAHUN 2013
Nomensen Loit Banunaek¹, Marylin
S. Junias², Sintha L. Purimahua²
1 Alumni Jurusan Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Kerja, FKM UNDANA
2 Dosen Jurusan Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Kerja, FKM UNDANA
Elementary
school students as the future generation need to be protected in terms of their
health condition. The insufficient knowledge about clean and healthy behavior
has resulted in the low level of washing hands with soap behavior among these
students. This research was aimed for finding the relation between the
knowledge and the use of washing hands equipments with PHBS washing hands with
soap on grade 5 INPRES Elementary Schools in Naikoten 1 Subdistrict Kupang.
This is an analytical survey in the form of cross sectional study which
included 99 students in grade 5 as the participants. The results were presented
in terms of five parameters. First, 58,6 % of the sample aged 10 while the
other 41,4 % were 12 years old. Second, in terms of gender, 58,6 % of the
participants were girls while the other 41,4 % were male students. Third, in
terms of knowledge, 94,9 % of the sample had good knowledge however, the other
5,01 % did not have good knowledge. Fourth, regarding quality of washing hands
equipments, 80 % of the students had good quality of the equipments;
unfortunately, the other 20 % stated that they did not have proper equipments.
Fifth, concerning the use of washing hands equipments, 49,5 % of the sample
said that they used the equipments while the other 50,5% admitted that that did
not use the equipments. Lastly, in terms of conducting PHBS, 63,6% of the
students did PHBS but the other 36,4% did not do PHBS. The statistical analysis
showed that there was correlation between the level of knowledge and conducting
PHBS washing hands with soap (p < 0,05). Another result is there was the
relation between the use of quality washing hands equipments and conducting
PHBS washing hands with soap (p<0,05). Following these results, the schools,
parents and health care facilities are encouraged to provide information about
PHBS washing hands with soap and keep the existing washing hands facilities in
good conditions.
Keywords
: knowledge, use of quality of
washing hands equipments
References : 46 (1986-2012)
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak dasar manusia
yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu
diperhatikan dan ditingkatkan kualitasnya, untuk mewujudkan hal tersebut
pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2015. Visi Indonesia sehat
2015 yang telah ditetapkan Departemen
Kesehatan, merupakan visi yang
ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu, kehidupan
rakyat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes
RI, 2006).
Anak sekolah merupakan generasi
penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Jumlah anak usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk
Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk
mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Program
PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advocasi), bina suasana (Social support) dan pemberdayaan
masyrakat (Empowerment) demi
terwujudnya derajat kesehatan masyrakat (Pusat
Promosi Kesehatan, Depkes RI 2006).
Kondisi
PHBS di Kota Kupang dapat dilihat dari angka peningkatan kasus kejadian diare
pada tahun 2012, yakni berjumlah 7271 kasus. Peningkatan kasus ini sangat
dipengaruhi oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama terhadap ketersediaan
air bersih dimasyarakat. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Alak dengan
jumlah kasus diare 5.472, hal ini sesuai dengan kondisi Kecamatan Alak yang
mempunyai keterbatasan sarana air bersih yang memenuhi syarat. Kasus diare di
kota Kupang umumnya menyerang anak usia sekolah karena kurang menjaga
kebersihan diri. Kasus tertinggi diare biasanya terjadi pada bulan Januari, Juli,
dan Agustus (Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2012). Kondisi PHBS di Nusa
Tenggara Timur (NTT) dapat dilihat dari jumlah letusan KLB yang ada di NTT.
Pada tahun 2009 merupakan KLB diare terbanyak setelah Sumatera Utara dengan
jumlah penderita di NTT sebanyak 401 orang penderita (Depkes,2010).
Kelurahan
Naikoten I merupakan salah satu Kelurahan di wilayah Kecamatan Kota Raja yang
memiliki jumlah siswa sebanyak 2.087 siswa yang tersebar di 2 Sekolah Negeri, 2
Sekolah Inpres dan 1 Sekolah Madrasah (Dinas PPO Kota Kupang, 2013). Akan
tetapi dengan jumlah siswa terbanyak tersebut belum diketahui bagaimana kondisi
PHBS Sekolah di daerah tersebut.
Tingginya
kasus pada anak sekolah umumnya disebabkan karena praktek PHBS anak-anak baik
dirumah atau di sekolah yang kurang baik. Kondisi lingkungan yang kurang
mendukung dan sebagainya. Penyebab praktik PHBS pada anak-anak belum dilakukan
dengan maksimal disebabkan oleh minimnya pengetahuan anak sekolah tentang
manfaat perilaku hidup bersih dan sehat karena kegiatan penyuluhan dan
pendampingan jarang dilakukan, sarana yang kurang memadai atau kurangnya peran
guru dan orang tua (Retnowulan, 2007).
Tujuan umum penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan Pengetahuan, Pemanfaatan kualitas media
cuci tangan, Dengan Praktek PHBS Mencuci Tangan pakai sabun Pada Siswa Kelas V
SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang.Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah 1)
Mengetahui
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pengetahuan) siswa kelas V
Sekolah Dasar Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 2) Mengetahui
Kualitas Media Cuci tangan yang dimanfaatkan oleh siswa Kelas V SD Inpres dalam
mempraktekan PHBS Mencuci tangan pakai sabun di Wilayah Kelurahan Naikoten I
Kupang, 3) Mengetahui Praktek PHBS mencuci
tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I
Kupang, 4) Menganalisis Hubungan antara
pengetahuan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD
Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 5) Menganalisis
Hubungan antara Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci
tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di wilayah Kelurahan Naikoten I
Kupang.
BAHAN
DAN METODE
Jenis
dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan
rancangan studi potong lintang (cros
sectional study).
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian dalam penelitian ini ialah Seluruh Sekolah Dasar Inpres yang berada
diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, Kecamatan Kota Raja, yakni SD Inpres
Naikoten I dan SD Inpres Naikoten II Kupang. Waktu Penelitian Berlangsung dari
Bulan November 2013 sampai Februari 2014
Populasi dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa Kelas V Sekolah Dasar Inpres yang
berada diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, yang berjumlah 99 orang.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi (total sampling) yaitu berjumlah 99 orang.
Jenis, Teknik dan Instrumen
Pengumpulan Data
Data
primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Data primer
dalam penelitian ini meliputi data tentang karakteristik murid kelas V (umur
dan jenis kelamin), pengetahuan dan praktek tentang mencuci tangan dengan air
dan sabun, serta hasil observasi kualitas media cuci tangan SDI yang berada di
wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang.
Data sekunder adalah data-data pendukung yang relevan dengan penelitian. Data
sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dan melalui instansi maupun
lembaga-lembaga terkait. Data tersebut antara lain diperoleh dari bagian
tatausaha SD Inpres di wilayah Kelurahan Naikoten I dan dari Puskesmas Oebobo
mengenai angka kesakitan anak usia sekolah
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah secara manual dan
komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah
pengolahan data yaitu: pemeriksaan data (editing), penandaan (coding) pemasukan
data ke komputer (entry), pembersihan
data (cleaning). Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dijelaskan
dalam bentuk narasi. Analisis
data menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai
hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan dengan uji Chi Square ) dengan tingkat kemaknaan α 0,05.
Hasil
dan Bahasan
Hasil
Tabel
1. Distribusi Responden
Berdasarkan (Umur, Jenis Kelamin, dan Pengetahuan) Siswa Kelas V SDI di Wilayah
Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Kelompok Umur
|
Jumlah
|
(%)
|
9
|
25
|
25,3
|
10
|
58
|
58,6
|
11
|
12
|
12,1
|
12
|
4
|
4,0
|
Jumlah
|
99
|
100
|
Jenis
Kelamin
|
|
|
Laki-laki
|
41
|
41,1
|
Perempuan
|
58
|
58,6
|
Jumlah
|
99
|
100
|
|
|
|
Tingkat Pengetahuan
|
Jumlah
|
(%)
|
Baik
|
94
|
94,9
|
Buruk
|
5
|
5,1
|
Jumlah
|
99
|
100
|
Tabel 1. menunjukkan
bahwa
umur Responden yang paling banyak berada
pada kelompok umur 10 tahun yaitu sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling
sedikit berada pada kelompok umur 12 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,0%) dengan
jenis kelamin yang paling banyak berada pada jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling sedikit berada pada jenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (41,4%). Sedangkan Untuk Pengetahuan
menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat pengetahuan baik
yaitu sebanyak 94 orang (94,9%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan
buruk yaitu sebanyak 5 orang (5,1%).
Tabel 2. Distribusi Kualitas Media
Cuci Tangan yang dimanfaatkan oleh siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan
Naikoten I Kupang dalam Mempraktekan PHBS Mencuci Tangan pakai sabun Tahun
2013.
Kualitas Media Cuci Tangan
|
Jumlah
Media
|
(%)
|
Baik
|
4
|
80,00
|
Buruk
|
1
|
20,00
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Kualitas
Media Cuci Tangan
|
Jumlah
|
%
|
Baik
|
49
|
49,5
|
Buruk
|
50
|
50,5
|
Jumlah
|
99
|
100
|
Tabel
2. Menunjukkan bahwa kualitas media cuci
tangan kategori baik yang berada di SDI Naikoten II berjumlah 4 buah media cuci
tangan (80,0%) dan kualitas media cuci tangan kategori buruk berada di SDI
Naikoten I berjumlah 1 buah media cuci tangan (20,0%), Sedangkan untuk
pemanfaatan kualitas media cuci tangan responden melaksanakan praktek PHBS
mencuci tangan pakai sabun pada kualitas media cuci tangan kategori baik yaitu
sebanyak 49 orang (49,5%), sedangkan kualitas media cuci tangan kategori buruk yaitu
sebanyak 50 orang (50,5%)
Tabel
3. Praktek PHBS mencuci Tangan Pkai
Sabun pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun
2013
Praktek PHBS
|
Jumlah
|
(%)
|
Ya
|
63
|
63,6
|
Tidak
|
36
|
36,4
|
Jumlah
|
99
|
100
|
Tabel 3. Menunjukkan menunjukkan
bahwa paling banyak responden melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai
sabun yaitu sebanyak 63 orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan
praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%).
Tabel
4. Analisis Hubungan Antara
Pengetahuan, Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan Praktek PHBS Mencuci
Tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I
Kupang Tahun 2013
Pengetahuan
|
Praktek PHBS
|
Jumlah
|
(%)
|
P-
value
|
|||
Ya
|
Tidak
|
||||||
N
|
(%)
|
N
|
(%)
|
||||
Baik
|
63
|
63,6
|
31
|
31,3
|
94
|
94,9
|
0,005
|
Buruk
|
0
|
0
|
5
|
5,1
|
5
|
5,1
|
|
Jumlah
|
63
|
63,6
|
36
|
36,4
|
99
|
100
|
|
Kualitas Media Cuci Tangan
|
Praktek PHBS
|
Jumlah
|
(%)
|
P-value
|
|||
Ya
|
Tidak
|
||||||
N
|
(%)
|
N
|
(%)
|
||||
Baik
|
49
|
49,5
|
0
|
0
|
49
|
49,5
|
0,0001
|
Buruk
|
14
|
14,1
|
36
|
36,4
|
50
|
50,5
|
|
Jumlah
|
63
|
63,6
|
36
|
36,4
|
99
|
100
|
Tabel
4. menunjukkan
bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik dan mempraktekan PHBS sebanyak 63 responden (63,6%), sisanya
31 responden (31,3%) tidak mempraktekan PHBS. Sedangkan 5 responden (5,1%)
berada pada pengetahuan buruk dan tidak mempraktekan PHBS. Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,005 dimana p<α, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan pemanfaatan menunjukkan
bahwa responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori baik
semuanya melaksanakan praktek PHBS yaitu sebanyak 49 responden (49,5%),
sedangkan responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori buruk
hanya 14 responden (14,1%) yang melakukan praktek PHBS, sisanya 36 responden
(36,4%) tidak mempraktekan PHBS. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p
= 0,0001 dimana p<α, sehingga ada
hubungan antara pemanfaatan kualitas media cuci tangan dengan Praktek PHBS
mencuci tangan pakai sabun.
Bahasan
1.
GambaranKarakteristik
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pengetahuan Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Anak
Sekolah Dasar merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan
dan dilindungi kesehatannya. Jumlah murid Sekolah Dasar yang cukup besar yaitu
30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan
perilaku hidup bersih dan sehat sehingga anak Sekolah Dasar berpotensi sebagai
agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan Sekolah, keluarga
maupun masyrakat (Proverawati, 2012).
Usia
anak Sekolah Dasar khususnya pada siswa kelas V SDI di wilayah Kelurahan
Naikoten I Kupang sangat berfariasi yaitu
mulai umur 9 tahun hingga 12 tahun. Tabel I menunjukkan bahwa umur
Responden yang paling banyak yaitu pada kelompok umur 10 tahun sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling
sedikit pada kelompok umur 12 tahun sebanyak 4 orang (4,0%). Kelompok usia ini
sangat mempengaruhi terhadap tercapainya program PHBS di tatanan Institusi
pendidikan khususnya dalam praktek mencuci tangan pakai sabun. Usia anak
Sekolah Dasar tersebut membutuhkan peran bimbingan baik orang tua maupun guru
untuk mengarahkan siswa terhadap praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun, pada
usia ini juga seorang siswa memiliki pemahaman intelektual yang sangat bagus
dimana seorang siswa akan terus mencaritau hal-hal baru yang ia temui, serta
menaati setiap peraturan yang disampaikan oleh orang tua atau gurunya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa periode intelektualitas atau
periode keserasian bersekolah dimana pada umur 9 sampai 12 tahun seorang anak
biasanya menunjukkan ciri: adanya korelasi positif yang cukup tinggi antara
kondisi fisik dengan prestasi, tunduk kepada peraturan, punya minat terhadap
kehidupan praktis, realistik ingin tahu dan ingin belajar, serta membutuhkan
guru atau orang dewasa untuk membimbing dan mengarahkan terhadap hal-hal yang
baru diketahuinya. Selain umur, jenis kelamin juga merupakan bagian dari
karakteristik responden.
Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin siswa Kelas V SDI di wilayah Kelurahan
Naikoten I Kupang dapat dilihat pada tabel I dimana, paling banyak responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 58 orang (58,6%), dan paling sedikit berjenis
kelamin laki-laki yaitu 41 orang (41,4%) dimana pembagian jenis kelamin ini
terbagi dalam dua lokasi SDI yaitu siswa kelas V SDI Naikoten I laki-laki
sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak 24 orang.sedangkan siswa kelas V SDI
Naikoten II laki-laki sebanyak 15 orang
dan perempuan sebanyak 34 orang.
Begitupun hal nya dengan karakteristik responden
berdasarkan pengetahuan siswa kelas V SDI di wilayah Kelurahan Naikoten I
Kupang, tabel I menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 94 orang (94,9%), sedangkan yang memiliki
tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 5 orang (5,1%). Pengetahuan baik pada
siswa disebabkan karena siswa sering dibekali dengan informasi tentang PHBS
mencuci tangan pakai sabun, sedangkan pengetahuan buruk pada siswa di sebabkan
siswa kurang memperhatikan tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun, daya
tangkap dan penalaran siswa yang sangat rendah, serta siswa jarang masuk sekolah
sehingga penyampaian informasi tentang PHBS tidak sampai ke responden. Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan suatu program PHBS di tatatan sekolah, dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh siswa/siswi diharapkan adanya implikasi berupa praktek
tentang mencuci tangan pakai sabun dan dapat menyebarkan informasi tersebut
kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa
pengetahuan yang baik diikuti oleh gaya hidup dan motivasi untuk melindungi
diri yang lebih baik.
2.
Kualitas Media Cuci tangan yang di manfaatkan oleh siswa
Kelas V SD Inpres dalam mempraktekan PHBS Mencuci tangan pakai sabun di Wilayah
Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Media cuci tangan adalah suatu
aktivitas dari manusia didalam memanfaatkan media yang ada dalam mempraktekan
PHBS mencuci tangan pakai sabun. Tujuan dari mencuci tangan pakai sabun yaitu
untuk memutuskan mata rantai kuman penyakit sehingga terjadi upaya pencegahan
penyakit. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan menggunakan
media mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun
dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya
lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena
lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek
dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman
penyakit hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan
menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang
membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan
(Notoatmodjo, 2012).
Penelitian pada tabel 2 menunjukkan
bahwa kualitas media cuci tangan kategori baik yang dimanfaatkan oleh siswa
Kelas V SDI Naikoten II berjumlah 4 buah media cuci tangan (80,0%) yang
digunakan oleh 49 orang (49,5%) dan kualitas media cuci tangan kategori buruk
yang dimanfaatkan oleh siswa kelas V SDI Naikoten I berjumlah 1 buah media cuci
tangan (20,0%) yang digunakan oleh 50 orang (50,5%).
Kualitas media cuci tangan sangat
mempengaruhi terhadap pencapaian pelaksanaan PHBS mencuci tangan pakai sabun.
Kualitas media cuci tangan yang baik dimana menurut Notoatmodjo (2012)
tersedianya air bersih, adanya sabun, menggunakan air mengalir, adanya
serbet/tisu kering, media terbuat dari bahan parmanen atau non parmanen, serta
adanya SPAL.
3.
Praktek PHBS Mencuci tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V
SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Perilaku hidup bersih dan sehat
bukan hanya meliputi pengetahuan, akan tetapi praktek adalah tindakan nyata
terhadap apa yang diketahui serta bagaimana seseorang merespon apa yang
diketahuinya. Setelah seseorang memiliki pengetahuan terhadap suatu objek
diharapkan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Demikian pula para
siswa/siswi, tindakan nyata berupa praktek mencuci tangan pakai sabun.
Penelitian pada tabel 3 menunjukkan
bahwa paling banyak responden melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai
sabun yaitu sebanyak 63 orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan
praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%) .
Faktor yang mempengaruhi tingginya praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun pada
siswa yaitu karena sekolah yang memiliki media cuci tangan dengan kualitas baik
seluruh siswa kelas V mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun karena
fasilitas nya mendukung untuk siswa/siswi melakukan praktek PHBS. Selain itu,
faktor penyebab rendahnya praktek PHBS adalah kurangnya kualitas media cuci
tangan sehingga kurang memotivasi siswa untuk mempraktekkan PHBS mencuci tangan
pakai sabun, tidak tersedianya tempat cuci tangan dengan air mengalir, media
tempat cuci tangan yang sangat terbatas, sabun dan alat pengering berupa handuk
atau tisu juga tidak disediakan, letak media cuci tangan yang jauh, serta
jumlah media tempat cuci tangan yang terbatas menyulitkan siswa untuk
mempraktekan PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mu’tadin (2002) bahwa jarak dan jumlah media cuci tangan mempengaruhi secara
langsung terhadap pelaksanaan praktek PHBS, dimana semakin jauh jarak atau
lokasi media cuci tangan akan mempengaruhi tindakan individu untuk mempraktekan
PHBS.
4.
Hubungan antara pengetahuan dengan praktek mencuci tangan
pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang
Tahun 2013
Pengetahuan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat ditatanan Sekolah Dasar tentang
mencuci tangan pakai sabun secara khusus siswa kelas V di Sekolah Dasar Inpres
yang berada di wilayah Kelurahan Naikoten I merupakan hasil tahu siswa/siswi
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mencuci tangan pakai sabun. Pengetahuan
siswa/siswi akan berpengaruh pada praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun.
Notoatmodjo (2003) mengatakan berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku
seseorang akan bersifat langgeng (long
lasting) atau berlangsung lama apabila didasari oleh pengetahuan yang baik,
sebaliknya apabila tidak didasari oleh pengetahuan yang baik maka perilaku
tersebut tidak akan berlangsung lama.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
94 responden (94,9%) dengan sebagian besar mempraktekkan PHBS sebanyak 63
responden (63,6%), sisanya 31 responden (31,3%) tidak mempraktekkan PHBS,
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk seluruhnya tidak
mempraktekkan PHBS yaitu sebanyak 5 responden (5,1%). Hasil uji statistik pada tabel 4 diperoleh nilai p =
0,005 < α 0,05, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Pengetahuan siswa/siswi tentang PHBS mencuci tangan
pakai sabun sangat baik, dimana hal ini dipengaruhi oleh pemberian informasi
yang biasa dilakukan oleh pihak sekolah baik melalui mata pelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan maupun pihak luar dalam hal ini lembaga pemerintah, dan
lembaga pengabdian kepada masyarakat Universitas Nusa Cendana dalam bentuk
penyuluhan dan simulasi mencuci tangan pakai sabun. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Faktor lain yang turut mempengaruhi yaitu kebiasaan siswa yang ingin tahu dan
ingin belajar tentang hal baru yang ia temui.
Pengetahuan yang baik selalu diikuti
dengan gaya hidup yang baik maupun motivasi didalam melakukan suatu tindakan.
Pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi keberhasilan program PHBS di
tatanan Sekolah. Dengan demikian siswa dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, terutama dalam tatanan PHBS mencuci tangan pakai sabun, dan siswa
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan atau praktek seseorang (ovent behavior) dimana proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktekan apa yang diketahui
atau disikapinya. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Dempsey (2005) dalam
Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh anak sekolah dalam
proses belajar akan diaplikasikan dalam bentuk tindakan atau praktek secara
nyata.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jemadu (2013) bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa di SDN Sikumana I
Tahun 2013 (p= 0,013< α 0,05).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi
(2011) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa SD Islamadinah Semarang Tahun 2011 (p=0,000< α 0,05).
5.
Hubungan antara Pemanfaatan
Kualitas Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa
kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Media mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air
dan sabun oleh manusia dengan tujuan memutuskan mata rantai kuman dengan
memanfaatkan fasilitas media cuci tangan yang ada sehingga terjadi upaya
pencegahan penyakit.
Syamriloade
(2011) dalam Suan (2012) mengemukakan bahwa kualitas media cuci tangan
merupakan titik tolak terhadap penunjang keberhasilan suatu program kegiatan
PHBS dimana didalamnya terdapat jenis peralatan seperti (wastafel, SPAL), perlengkapan kerja seperti (ketersediaan air bersih,
sabun cair, serbet) dan fasilitas yang berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang
hendak dicapai. Demikian halnya dengan PHBS mencuci tangan pakai sabun pada
siswa/siswi kelas V diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang. Siswa/siswi
membutuhkan kualitas media cuci tangan yang dapat mendukung mereka dalam
melakukan praktek PHBS secara baik.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan kualitas media cuci
tangan kategori baik yaitu 49 responden (49,5%) dan seluruhnya mempraktekkan
PHBS mencuci tangan pakai sabun, sedangkan responden yang memanfaatkan kualitas
media cuci tangan kategori buruk yaitu 50 responden (50,5%), dengan sebagian
besar tidak mempraktekkan PHBS sebanyak 36 responden (36,4%) dan sisanya 14
responden (14,1%) mempraktekkan PHBS. Hasil uji statistik pada tabel 4 menunjukkan
bahwa nilai p = 0,0001 <α 0,05,
artinya ada hubungan antara pemanfaatan kualitas media cuci tangan dengan
Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun
dipengaruhi oleh pemanfaatan kualitas media cuci tangan.
Green dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor pemungkin atau pendukung
meliputi kualitas atau sarana yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang.
Selain itu menurut Snehandu B. Karr (Notoatmodjo, 2010), determinan perilaku
dipengaruhi karena adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas,
baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang dimiliki. Tetapi apabila
kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan
terjadi.
Sekolah seharusnya menyediakan media cuci tangan dengan kualitas yang baik
agar mendukung siswa/siswi dalam mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun.
Lingkungan sekolah yang didukung dengan sarana dan prasarana yang baik adalah
bagian dari lingkungan yang menjadi wadah bagi siswa/siswi dalam mempraktekkan PHBS.
Pengetahuan yang dimiliki siswa/siswi belum cukup untuk menjamin terjadinya
PHBS terutama dalam praktek cuci tangan pakai sabun tetapi harus didukung
dengan kualitas media cuci tangan yang baik (Andriadi, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jemadu (2013) bahwa ada hubungan antara kualitas media
dengan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa di SDN Sikumana I
Tahun 2013 (p=0,000< α 0,05).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Andriadi (2011) bahwa ada
hubungan antara sarana, prasarana dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada
siswa/siswi di SMP 258 Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2011 (p= 0,000< α 0,05)
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I,
memilki kelompok umur paling banyak 10 tahun yaitu 58 orang (58,6%) dan yang
paling sedikit pada kelompok umur 12 tahun yaitu 4 orang (4,0%), berdasarkan
jenis kelamin siswa paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 58 orang
(58,6%) dan yang paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yaitu 41 orang
(41,4%) sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 94 orang (94,9%), dan yang
berpengetahuan buruk sebanyak 5 orang (5,1%).
2. Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I
melaksanakan
PHBS mencuci tangan pakai sabun pada kualitas media cuci tangan kategori baik
berjumlah 4 buah media (80,0%) yang digunakan oleh 49 orang (49,5%), sedangkan kualitas
media cuci tangan kategori buruk berjumlah 1 buah media (20,0%) yang digunakan
oleh 50 orang (50,5%).
3. Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I
paling
banyak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 63
orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan
pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%).
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada
siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang (p = 0,005 < α 0,05).
5. Ada Hubungan antara Pemanfaatan Kualitas
Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V
SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang ( p = 0,0001 <α 0,05).
B. Saran
1.
Bagi
Instansi Terkait
a.
Bagi
Dinas Kesehatan Kota Kupang
Dapat mengupayakan bermitra dengan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olah Raga dan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM)
yang bergerak dibidang Kesehatan Sekolah seperti melaksanakan sosialisasi,
penyuluhan, dan advokasi.
b.
Bagi
Puskesmas Oebobo
Perlu pendampingan dalam memonitoring Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) sebagai unit yang membidangi program PHBS di tatanan Sekolah
2.
Bagi
Sekolah
a. Mengaktifkan Usaha
Kesehatan Sekolah, para kader UKS,
dan dokter Kecil .
b. Membiasakan pola perilaku hidup bersih dan sehat seperti
teladan dalam hal mencuci tangan sebelum makan, sesudah dari kamar mandi, dan sesudah
memegang sampah.
c. Menjaga kesehatan
Lingkungan dengan mengadakan lomba kebersihan kelas
3.
Bagi
Siswa
Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat
menjadi agent of chanfes dengan
memberitahukan informasi tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun kepada teman
sebaya, dan dapat mempraktekkan PHBS didalam kehidupan sehari-hari.
4.
Bagi
Peneliti Lain
Perlu adanya penelitian lanjutan pada tatanan PHBS di
Institusi Pendidikan dengan melihat faktor lain seperti peran guru, peran orang
tua siswa, atau peran kader UKS dalam mewujudkan praktek PHBS mencuci tangan
pakai sabun di tatanan Sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar