2.1 Pengertian Screening
Screening atau penyaringan adalah
suatu usaha mencari / mendeteksi penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes / pemeriksaan,
yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap
mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis
dan pengobatan.
Penyaringan bukan diagnosis,
sehingga hasil yang di dapat betul-betul didasarkan pada hasil pemeriksaan tes
tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinik dilakukan kemudian.
2.2 Tujuan dan keuntungan pelaksanaan
screening
-
Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau
dengan gejala tidak khas terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi mungkin
menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena
penyakit (population at risk).
-
Dengan ditemukannya penderita tanpa
gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan, tidak
membahayakan dirinya maupun lingkungannya, dan tidak menjadi sumber penularan
hingga epidemic dapat dihindari.
-
Mendidik dan membiasakan masyarakat
memeriksakan diri sedini mungkin.
-
Mendapat keterangan epidemiologis yang
berguna bagi klinisi dan peneliti.
-
Mendidik dan memberikan gambaran kepada
petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan selain mewaspadai dan melakukan
pengamatan terhadap setiap gejala-gejala dini.
Dengan demikian penyaringan
meupakan bagian dari survey epidemiologi tuk menentukian frekuensi kejadian
atau riwayat perjalanan alamiah suatu keadaan atau penyakit atau pencegahan
penularan dan perlindungan kesehatan masyarakat, misalnya penggunaan
pemeriksaan X-ray massal tuberculosis paru.
2.3 Langkah-langkah melaksanakan
screening
Langkah-langkah
yang ditempuh pada screening secara garis besar dapat dibedakan atas 6 tahap yaitu :
-
Tahap menetapkan macam masalah kesehatan
yang ingin diketahui. Dimana tahap ini terlebih dahulu mengumpulkan berbagai
keterangan-keterangan yang diperoleh yang berhubungan dengan masalah kesehatan
tersebut, lalu diseleksi, kemudian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi
jelas criteria penyakit yang akan dicari.
-
Tahap menetapkan cara pengumpulan data
yang akan dipergunakan dalam penemuan masalah kesehatan. Langkah kedua ini
ialah menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan. Cara pengumpulan
data yang baik ialah yang sensitivitas
dan spesivitasnya tinggi.
-
Tahap menetapkan kelompok masyarakat
yang akan dikumpulkan datanya, yakni yang menyangkut sumber data, criteria
responden, jumlah sampel dan cara pengambilan sampel, sebagaimana yang
dilakukan pada survey penyakit.
-
Tahap melakukan penyaringan. Penyaringan
tersebut dilakukan dengan memanfaatkkan criteria masalah kesehatan serta cara
pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya ialah ditemukannya
kelompok masyarakat yang diduga menderita masallah kesehatan yang harus
dipisahkan dari kelompok masyarakat yang tidak mempunyai masalah kesehatan.
-
Tahap mempertajam penyaringan ialah
mempertajam hasil penyaringan, sehingga diperoleh kelompok masyarakat yang
benar-benar menderita masalah kesehatan yang ingin diketahui.
-
Tahap menyusun laporan dan tindakan
lanjut. Data yang diperoleh diolah untuk kemudian disusun menjadi suatu
laporan. Hasil dari pekerjaan penyaringan ialah berupa data tentang masalah
kesehatan yang ingin diketahui.
2.4 Hasil
Screening
Hasil
dari screening berupa data tentang masalah kesehatan yang ingin diketahui .
selanjutnya dari hasil pengolahan data, dapat pula diketahui nilai sensitifitas
serta nilai spesifitas dari jenis pemeriksaan yang diperguinakan, disamping
beberapa nilai lainnya seperti nilai :
a. True
positive yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita penyakit.
Dengan hasil tes yang positif pula.
b. False
positive yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tetapi
tes menunjukan hasil yang positif.
c. True
negative yang menunjuk pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil tes
yang negative pula.
d. False
negative yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita penyakit
tapi hasil tes adalah negatif.
- Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes
- Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar benar sakit
- Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negative yang benar benar tidak sakit
Rumus predictive Value:
PPV: TP / (TP + FP)
NPV: TN / (TN + FN)
2.5 Prinsip-prinsip
dasar screening
1. Kesasihan
(validitas), ditenteukan oleh ukuran-ukuran sensifitas dan spesifitas.
2. Keterandalan
(realibitas)
3. Hasil
(yield), yaitu semua individu yang diemukan menderita penyakit di masyarakat.
Faktor yg mempengaruhi yield:
a) Derajat sensitivitas tes
b) Prevalensi penyakit
c) Frekuensi penyaringan
d) Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Teknik
uji screening harus memenuhi syarat-syarat antara lain :
Mudah
dilakukan, cetpat, murah, dan harus dilakukan oleh teknisi atau tenaga
kesehatan yang paham tentang masalah yang akan disaring.
2.6 Kriteria Screening
Screening
dilaksanakan dengan criteria tertentu yaitu :
Ø Tersedianya
obat yang potensial dan memungkinkan
bagi mereka yang dinyatakan menderita
Ø Tersedianya
fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
Ø Penyakit
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan dan tes khusus.
Ø Pemeriksaan
Screening memenuhi syarat untuk tingkat sensitifitas dan spesifitas.
Ø Teknik dan cara pemeriksaan harus dapat
diterima masyarakat secara umum.
Ø Sifat
perjalanan penyakit diketahui dengan pasti.
Ø Ada
standar yang disepakati dengan mereka yang menderita.
Ø Biaya
yang digunakan harus seimbang denghan resiko biaya bila tanpa Screening.
Ø Harus
dimungkinkan untuk dapat terfollow up, dan kemungkinan pencarian penderita
secara berkesinambungan.
Ø Penyakit yang dipilih merupakan
masalah kesehatan prioritas
2.7 Validitas
Screening
merupakan tes awal yang baik untuk dapat memberikan indikasi individu mana yang
benar-benar dan mana yang tidak menderita suatu penyakit. Validitas mempunyai
dua komponen yaitu sensitivitas dan spesivitas. Sensitivitas ialah kemampuan
suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes
positif, dan benar sakit. Spesivitas merupakan kemampuan suatu tes untuk
mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan tes negative, dan benar tidak
sakit.
Kedua
indeks statistic tersebut, diguanakan dalam epidemiologi untuk menyatakan
masalah secara kuntitatif dan merupakan alat yang penting dalam analisis data
epidemiologi dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesivisitas.
2.8
Reliabilitas
Bila
tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil yang konsisten makan dikatakan
reliable. Reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberpaa factor antara lain,
1. Variable
alat yang dapat ditimbulkan oleh komponen berikut.
a.
Stabilitas reagen.
b.
Stabilitas alat ukur yang digunakan.
makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena
itu, sebelum digunakan hendaknya kedua hal tersebut diuji ulang ketepatannya.
2. Variabilitas
orang yang diperiksa.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit, atau
penyakit dalam masa tunans misalnya, penyakit yang berat, kurang tidur, marah,
lelah, dan lain-lain. Umumnya variasi ini sulit diukur, terutama factor psikis.
3. Variabilitas
pemeriksa
Variasi pemeriksa dapat berupa:
a.
Variasi internal, merupakan variasi yang
terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang oleh orang yang
sama.
b.
Variasi eksternal, meruapakan variasi
yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh bebrerapa orang.
Upaya
untuk menanggulangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan melakukan
kegiatan:
1. Standardisasi
reagen dan alat ukur.
2. Latihan
intensif pemeriksa.
3. Penentuan
criteria yang jelas.
4. Penerangan
kepada orang yang diperiksa.
5. Pemeriksaan
dilakukan dengan cepat.
2.9
Nilai ramal
Nilai prediktif adalah besarnya
kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitifitas dan spesivitas serta
prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita. Nilai prediktif dapat
positf artinya mereka dengan tes positif yang juga menderita penyakit,
sedangkan nilai prediktif negatif artinya mereka yang dinyatakan negative juga
ternyata tidak menderita penyakit.
Nilai prediktif positif sangat
dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakta dengan
ketentuan, makin tinggi prevalensi dalam masyarakat, makin tinggi pyula nilai
nilai prediktif positif dan sebaliknya. Dengan nilai prediktif positif
dipengaruhi oleh besarnya spesivisitas dari tes.
Hasilnya dapat dipercaya selagi
tetap memperhatikan nilai rehabilitsa, validitas, dan kekuatan tes berdasarkan
sensivitas dan spesivitas.
Contoh
:
Aplikasi
penyaringan tes pada penyakit cacing (hasil penilitian Pius Wiraman dan Orance
Nuban)
a. Validitas
alat skrining
Alat skrining dalam penelitian ini adalah
pemeriksaan mikrokopis dengan metode langsung. Sedangkan yang menjadi standar
emas adalah pemeriksaan dengan metode kato-katz. 150 subjek diambil spesimennya
untuk diperiksa dan didapatkan metode pemeriksaan dengan kato-katz yang positif
ascaris lumbricoides sebanyak 68 anak (45,3%), cacing tambang 12 anak (8,0%0
dan yang positif thricuris thricura sebanyak 4 anak ( 2,7%). Sedangkan hasil
pemeriksaan dengan metode langusng, yang positif ascaris lumbricoides sebanyak
39 anak ( 26%), cacing tambang 4 anak (2,5%), dan yang posotof tricuris
thricura sebanyak 2 anak (1,3%).
Table 1 hasil pemeriksaan feses dengan metode
kato-katz dan metode langsung pada murid Sd yaswari niki-niki
No
|
Nama cacing
|
Murid yang terinfeksi cacing
|
|
|
|
|
|
Metode langsung
|
%
|
Metode kato katz
|
%
|
1
|
Ascaris lumbricoides
|
39
|
26
|
68
|
45,3
|
|
Trichuris triclihiura
|
2
|
1,3
|
4
|
2,7
|
|
Cacing tambang
|
4
|
2,7
|
12
|
8,0
|
|
Total
|
45
|
30
|
84
|
56
|
Validitas
diketahui dengan menghitung sensitivitas, spesivisitas, nilai duga positif dan
nilai duga negative.
Table 2 hasil
uji screening alat diagnose kecacingan pada anak SD Yaswari Niki-niki kecamatan
amanuban tengah kabupaten TTS tahun 2008.
Pemeriksaan
pemeriksaan
Metode
Karo-Katz
positif
|
Negative
|
|||
Pemeriksaan
|
Positif
|
45
|
0
|
45
|
Metode
Langsung
|
Negative
|
39
|
66
|
105
|
Total
|
|
84
|
66
|
150
|
Sensitivitas =
45/84 x 100 = 53,57
Permisi kak mau tanya bagaimana yah cara menghitung sensitivitas, spesivitas, nilai duga positif dan negatif dari tabel 1 ? Terimakasih
BalasHapus