I.
Analisa
pembaca alasan penulisan abstrak
Abstrak dari artikel ini memberikan
gambaran tentang kondisi ketahanan pangan yang sedang terpuruk berkaitan dengan
transisi gizi. Ketersediaan, aksesibilitas dan keterjangkauan pangan tidak menjamin
kualitas gizi untuk gaya hidup aktif
dan sehat. Diet di
daerah perkotaan mengalami transisi
gizi oleh karena intake diet tinggi lemak, garam
dan produk hewani lebih rendah dari buah-buahan
segar dan sayuran. Asupan makanan yang disajikan perhari menyebabkan asupan energi
yang lebih tinggi dari makanan yang
tinggi lemak dan karbohidrat,
tapi rendah buah-buahan segar dan
sayuran serta kurang keragaman nutrisi, akhirnya muncullah
masalah Obesitas
dapat berdampingan dengan gizi buruk di masyarakat yang sama. Untuk itu diperlukan pola diet
menghindari kekurangan dan kelebihan gizi. Hal ini membutuhkan strategi intervensi yang bertujuan untuk memastikan pangan rumah tangga dan keamanan gizi serta promosi makanan tradisional yang sehat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
yang berhubungan dengan diet
Kata kunci:
'Burgerization', Driver untuk Perubahan, Nutrisi Transisi, Diet Tradisional
'Burgerization', Driver untuk Perubahan, Nutrisi Transisi, Diet Tradisional
II. Hal yang spesifik dalam pendahuluan
Ketahanan pangan
dikonseptualisasikan bertumpuh pada tiga
pilar: ketersediaan, aksesibilitas
dan pemanfaatan. Ketersediaan ketahanan pangan yang memadai sangat dimungkinkan oleh kemajuan
dalam produksi pertanian. Aksesibilitas paling sering berhubungan dengan memiliki sumber daya yang cukup untuk mendapatkan
makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pemanfaatan mencerminkan perhatian
tentang bagaimana individu dan rumah
tangga memanfaatkan makanan
yang memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah kebutuhan dasar manusia.
Apabila tidak diperhatikan akan mengakibatkan kekurangan gizi, obesitas, penyakit dan
kemiskinan.
Pendahuluan
dari artikel ini memberikan gambaran tentang kondisi ketahanan pangan yang
sedang terpuruk berkaitan dengan transisi gizi. Peneliti memberikan descripsi
tentang dua aspek yang meliputi aspek masalah gisi dan strategi yang digunakan
untuk menanggulangi masalah gisi tersebut. Aspek masalah gisi yang dimaksudkan
peneliti adalah kekurangan
gizi, obesitas, penyakit dan kemiskinan. Menurut peneliti masalah ini terjadi oleh
karena tidak memadainya kecukupan ketahanan pangan dan nutirsi. Intinya salah satu
masalah yang digambarkan oleh peneliti adalah masalah yang berkaitan dengan
masalah gizi makro di masyarakat yakni masalah obesitas atau over nutrisi yang
merupakan hasil dari kelebihan asupan kalori,
protein dan lemak, serta masalah gizi mikro yakni
kekurangan asupan vitamin dan mineral.
Keadaan ini menggambarkan bahwa makanan yang di konsumsi oleh responden tidak tidak
seimbang. Orang-orang dengan status sosial ekonomi
rendah hanya dapat memilih pola makan yang kurang
sehat serta untuk jaman sekarang banyak perempuan
memasuki dunia kerja, hal ini mengurangi waktu untuk menyiapkan makanan di
rumah
III Strategi yang dapat diadopsi untuk dikembangkan di NTT :
1). Perbaikan ketahanan pangan rumah tangga khususnya pada rumah
tangga yang berpendapatan rendah. 2)Promosi yang optimal tentang praktik
pemberian makanan yang bergizi seimbang pada bayi dan balita. 3)Promosi tentang
makanan sehat, aktifitas dan istirahat. 4)Pencegahan dan pengontrolan terhadap
kekurangan nutrisi. 5)Upaya dukungan untuk melindungi konsumen dalam kualitas
dan ketahanan pangan. 6)Mengembangkan sektor agro-pangan untuk menjamin keamanan
pangan. 7)Kebijakan gizi dan rencana aksi gizi nasional. 8)Mempromosikan
pilihan makanan sehat. 9)Informasi nutrisi pada label makanan dan mengatur
praktik pemasaran makanan. 10)Membangun kapasitas guru sekolah untuk promosi
gizi, promosi memasak sehat di antara koki profesional. 11)Masyarakat lokal
diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi penurun kolesterol. 12)Mempromosikan
konsumsi makanan tradisional - kaya sayuran dan rendah lemak dengan memberikan
pelatihan intensif kepada perempuan yang baru menikah tentang persiapan
hidangan tradisional. 13)Pedoman diet untuk anak dan remaja. 14)Memberi
perhatian khusus pada perempuan hamil dan menyusui
IV Strategi yang sulit dikembang di NTT berkaitan dengan transisi gizi
1) Konsumsi makanan disajikan dalam
kilokalori (kkal) per kapita per hari, 2) Perubahan pola konsumsi. 3) Kebijakan
gizi dan rencana aksi gizi nasional. 4) Informasi nutrisi pada label makanan
dan mengatur praktik pemasaran makanan. 5) Membangun kapasitas guru sekolah
untuk promosi gizi, promosi memasak sehat di antara koki profesional. 6) Masyarakat
lokal diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi penurun kolesterol. 7) Pedoman
diet untuk anak dan remaja. 8) Memberi perhatian khusus pada perempuan hamil
dan menyusui
IV Kesimpulan :
Hasil
diskusi kelompok memberi kesimpulan bahwa transisi gizi yang terjadi di wilayah
ASEAN dibandingkan dengan wilayah NTT tidak jauh berbeda masalah yang ditemukan
dengan kenyataan yang ada. Dimana Kehidupan masyarakat di perkotaan lebih
banyak mengalami kelebihan gizi makro serta kekurangan gizi mikro. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan makanan cepat saji dan keterbatasan waktu dalam
pengolahan makanan. Sedangkan masyarakat di pedesaan lebih banyak mengalami
gizi buruk. Hal ini disebabkan karena kebiasaan masyarakat desa mengkonsumsikan
makanan tidak memperhatikan kualitas tetapi cenderung lebih pada kuantitas,
serta tidak mempunyai pemahaman yang cukup tentang kualitas makanan dengan gizi
seimbang. Berikut karena daya beli yang tidak terjangkau
V Rekomendasi
1.
Pemerintah
:
a.
Melakukan intervensi
bagi status ekonomi masyarakat yang rendah melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
· Promosi
tentang kegiatan kewirausahaan mandiri
berbasis masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada misalnya peternakan
ayam, babi, kambing, sapi, KSP, KSU, pemanfaatan pekarangan rumah sebagai
sumber apotik hidup dan dapur hidup
· Subsidi
alat-alat pertanian untuk pemanfaatan lingkungan serta membantu meningkatkan
ekonomi rakyat
· Membuat
program pendidikan dan pelatihan tentang pengolahan pangan lokal yang bersih
dan sehat
· Menggalang
kemitraan antara pemerintahan dengan dunia usaha di berbagai tingkat
· Adanya
koordinasi pemerintah dengan akademisi, kelompok profesional dan kelompok
konsumen untuk bekerja sama dalam memerangi masalah gizi yang ada
b.
Melakukan upaya
Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif melalui: penemuan aktif dan rujukan kasus
gizi buruk, Perawatan balita gizi buruk, Pendampingan balita gizi buruk, Mengatasi
masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk, Balita yang sembuh dan perlu PMT
dikembalikan ke pusat pemulihan gizi untuk diberikan PMT
c.
Melakukan upaya
kesehatan promotif dan preventif melalui :Pendidikan atau penyuluhan gizi
melalui promosi keluarga sadar gizi (kadarzi), Revitalilasasi Posyandu, Pemberian
MP-ASI bagi balita dari keluarga miskin, Bantuan pangan darurat, PMT balita,
ibu hamil dan pembagian beras bagi keluarga tidak mampu, Meningkatkan
pemantauan dan evaluasi dari setiap program untuk mengurangi angka gizi buruk, Meningkatkan
kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan derajat kesmas
2.
Pendidikan
a.
Peningkatan kegiatan
promotif melalui kegiatan di pusat pelayanan kesehatan masyarakat oleh tenaga
kesehatan
b.
Meningkatkan penelitian
yang berhubungan dengan masala Gizi dan transisi Gizi di wilayah perkotaan
maupun wilayah pedesaan
c.
Konseling gizi tentang
ASI Eksklusif, MP-ASI dan gizi seimbang
3.
Masyarakat
atau Organisasi :
a.
Konsumsi makanan
tradisional pokok dan tanaman pangan tradisional lainnya seperti ubi jalar, ubi
kayu, kacang-kacangan dan minyak sayur
b.
Menanamkan kebiasaan
makan yang sehat dan hidup aktif dari muda
c.
Memainkan peran dalam
transisi gizi dengan membentuk pasar pangan lokal untuk memacu pertumbuhan ekonomi
keluarga yang tinggi
d.
meningkatkan
ketersediaan pangan dengan pemanfaatan lingkungan
e.
Lumbung padi yang ada
akan diperkuat melalui sistem manajemen padi terpadu dan sistematis
f.
mengikuti pelatihan
teknik pengolahan makanan lokal
g.
berperan aktif dalam
kegiatan pemerintah yang berkitan dengan peningkatan status gizi masyarakat seperti
pembudidayaan tanaman obat keluarga, dapur hidup, dan pemanfaatan sumber daya
yang ada.
h.
Memperbaiki Pola asuh
ibu dan anak
i.
Pemantauan pertumbuhan
anak melalui kegiatan penimbangan anak di Posyandu
j.
Penggunaan garam
beryodium
Tidak ada komentar:
Posting Komentar