Penelitian DESKRIPTIF
Penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat, survei
deskriptif digunakan untuk memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan
kesehatan sekelompok penduduk, atau orang yang tinggal dalam suatu komunitas
tertentu.
Penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata,
2006:72).
Furchan (2004:447) menjelaskan
bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut
dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada
penelitian eksperiman.
2.2 Bentuk-bentuk
penelitian deskriptif
Bentuk-bentuk penelitian deskriptif adalah:
·
Survei
Survei adalah suatu cara penelitian
deskriptifyang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang cukup banyak dalam
jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk membuat suatu penilaian terhadap
suatu kondisi atau penyelenggaraan program di masa sekarang, dan hasilnya
digunakan untuk membuat suatu perbaikan di masa yang akan datang. Survei tidak
dilaksanakan untuk melihat deskripsi dari suatu keadaan saja, tetapi juga untuk
menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Mutu dari survei tergantung
atas jumlah sampel, taraf perwakilan tiap sampel, dan tingkat kepercayaan
informasi yang didapat dari sampel itu. Jenis masalah dalam metode survei
digolongkan atas:
1. Survei
rumah tangga (household survey)
Adalah suatu survey deskriptif yang
ditujukan pada rumah tangga. Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga
ini tidak saja informasi mengenai kepala keluarga tersebut, tetapi informasi
tentang anggota keluarga lainnya, dan bahkan informasi tentang rumah serta
lingkungannya.
2. Survei
morbiditas (morbidity survey)
Adalah
suatu survei deskrpitif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi
penyakit dalam masyarakat atau populasi. Survei dapat sekaligus digunakan untuk
mengetahui insiden atau kejadian suatu penyakit, maupun prevalensi.
3. Survei
analisis jabatan (functional analysis survey)
Survei
ini terutama bertujuan untuk mengetahui tentang tugas dan tanggung jawab para
tenaga kesehatan, serta kegiatan para petugas itu sehubungan dengan pekerjaan
mereka. Selain itu, survei ini juga
dapat mengetahui status dan hubungan antara satu dengan yang lainnya, atau
hubungan antara atasan dan bawahan, kondisi kerja, serta fasilitas yang ada
untuk melaksanakan tugas.
4. Survei
pendapat umum (public opinion survey)
Survei
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum
terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan dan menyangkut
semua lapisan masyarakat.survei ini juga dapat digunakan untuk menggali
pendapat masyarakat atau publik tentang pelayanan kesehatan dan masalah-masalah
kesehatan masyarakat.
·
Case Study (Studi Kasus)
Merupakan
penelitian / penyelidikan yang mendalam (indepth study) tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya yg dilakukan sedemikian rupa
sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap.
Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu; sekelompok individu
(keluarga, kelompok ibu hamil, ibu menyusui, manula, balita dsb); segolongan
manusia (guru, bidan, perawat, suku Batak dsb) lingkungan hidup manusia (desa,
kota, Pesisir dsb); atau lembaga sosial (perkawinan–perceraian, pendidikan,
agama dsb).
Case
Study dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus
yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang dimaksud dapat berarti satu
orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, atau sekelompok
masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam
dianalisis, baik dari segi yg berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan tertentu. Meskipun dalam case study ini yang diteliti hanya berbentuk
unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam meliputi aspek yang cukup luas,
serta penggunaan berbagai teknik secara integratif.
Namun
demikian, hasil penelitian case study ini masih perlu dikaji ulang dengan
menggunakan jumlah Sampel yang lebih banyak agar data yang dianalisa semakin
representatif sehingga lebih dapat digeneralisasikan.
·
Comparative study (studi perbandingan)
Penelitian
dengan menggunakan metode studi perbandingan (Comparative Study) dilakukan
dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk
mencari faktor–faktor apa/situasi bagaimana yang dapat menyebabkan timbulnya
suatu peristiwa tertentu. Studi ini dimulai dengan mengadakan pengumpulan fakta
tentang faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala tertentu,
kemudian dibandingkan. Setelah mengetahui persamaan dan perbedaan penyebab,
selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu faktor yang menyebabkan munculnya suatu
gejala pada objek yang diteliti, itulah yang sebenarnya yang menyebabkan munculnya
gejala tersebut. Atau dengan memperbandingkan faktor atau variabel mana yang
paling berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada hasil penelitian yang
sedang dilakukan. Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam desain penelitian ini
tidak ada perlakuan atau intervensi sama sekali dari peneliti.
·
Correlation study
Penelitian
korelasional bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel
walaupun tidak diketahui apakah hubungan tersebut merupakan hubungan sebab–akibat
atau bukan. Yang dimaksud hubungan korelatif adalah hubungan yang menyatakan
adanya adanya perubahan pada satu variabel yang diikuti oleh perubahan pada
variabel yang lain. Dalam hubungan korelatif dilihat keeratan hubungan antara
kedua variabel, oleh karenanya dalam penelitian ini harus melibatkan paling
sedikit dua variabel.
Untuk
uji statistik, menggunakan analisis korelasi. Dalam analisis ini nantinya akan
didapatkan suatu angka yang dinamakan koefisien korelasi. Angka korelasi yang
mendekati angka 1 ditafsirkan sebagai korelasi yang sangat kuat. Sedangkan
angka koefisien korelasi yang mendekati nol ditafsirkan sebagai korelasi yang
tidak kuat (lemah), dan angka korelasi sama dengan nol (= 0) ditafsirkan
sebagai tidak ada korelasi.
Disamping itu, dikenal juga
Korelasi Positif dan Korelasi Negatif.
Korelasi
positif: Diperoleh hubungan yang setara, artinya: kenaikan nilai satu variabel
diikuti dengan kenaikan nilai variabel yang lain.
Korelasi
negatif: Diperoleh hubungan yang bertolak belakang, artinya kenaikan nilai pada
satu variabel diikuti Penurunan nilai variabel lain.
·
Prediction study (studi prediksi)
Study
Prediksi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu
gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya.
Contoh: “Kemungkinan keberhasilan penurunan angka kematian bayi berdasarkan
pada besarnya cakupan imunisasi”.
Dalam bidang Kesehatan, Studi
Prediksi digunakan untuk :
a) Membuat
perkiraan terhadap suatu atribut dari atribut lain.
Contoh: Memperkirakan “penurunan
angka kematian akibat kecelakaan” dari berlakunya “aturan penggunaan helm
standart” bagi semua pengendara motor.
b) Membuat
perkiraan terhadap auatu atribut dari hasil pengukuran.
Contoh: Memperkirakan kemungkinan
“wabah diare” dari hasil “pemeriksaan air minum” penduduk.
c) Membuat
perkiraan terhadap suatu pengukuran dari suatu atribut.
Contoh: Memperkirakan “Status Gizi
Balita” dari “Tingkat Sosial Ekonomi” orang tua mereka.
d) Membuat
perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain.
Contoh: Memperkirakan “status gizi”
dari “pengukuran berat badan per umur” pada balita.
Untuk
uji statistik pada studi prediktif ini biasanya digunakan analisis regresi.
Sebagaimana dalam analisis korelasi, maka dalam analisis regresi ini penafsiran
hasil analisa didasarkan pada angka koefisien yang diperoleh. Dalam analisis
regresi ini, akan dilihat apakah munculnya suatu gejala itu ada hubungannya
dengan gejala lain atau tidak dan sampai seberapa besar derajat hubungan
tersebut.
·
Evaluation study (studi evaluasi)
Penelitian
evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah
dilakukan. Misalnya: penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan
puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular,
penelitian evaluasi tentang program perbaikan gizi, penelitian evaluasi tentang
cakupan pelayanan imunisasi balita, penelitian evaluasi tentang mutu layanan
fasilitas kesehatan, dll. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan
atau peningkatan program – program tersebut. Dalam mengolah atau menganalisa
data pada desain studi evaluasi ini hanya menggunakan statistik sederhana saja,
misalnya analisa presentase saja.
2.3 Langkah-langkah
penelitian deskriptif:
a.
Memilih masalah yang diteliti
b.
Merumuskan dan melakukan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan salah satu
masalah tersebut diadakan stud pendahuluan untuk mengumpulkan informasi dan
teori-teori yang digunakan sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.
c.
Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diamati atau dikumpulkan.
d.
Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
e.
Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
f.
Menentukan teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan.
g.
Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
h.
Melakukan pengolahan dan analisis data.
i.
Menarik kesimpulan atau generalisasi.
j.
Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.
2.4 Kelebihan dan
Kekurangan
Kelebihan
penelitian deskriptif:
1. Relatif mudah dilaksanakan
2. Tidak memerlukan kelompok kontrol sebagai
pembanding
3. Diperoleh banyak informasi penting yang dapat
digunakan untuk perencanaan program pelayanan kesehatan pada masyarakat,
memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan, mengadakan perbandingan
status kesehatan, penelitian deskriptif dapat pula digunakan sebagai penelitian
pendahuluan untuk penelitian analitik atau penelitian eksperimental. Kelemahan
utama penelitian deskriptif adalah kurangnya tanggapan subjek penelitian.
Penelitian Cross
Sectional
Pengertian
Penelitian Cross Sectional
Survey
cross sectional adalah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
factor risiko dengan efek, melalui pendekatan, observasi serta pengumpulan data
sekaligus pada waktu yang bersamaan (point time approach). Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Penelitian
cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dan sering
digunakkan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Atau dengan kata lain
cross sectional adalah suatu penelitian dimana variable-variabel yang termasuk
factor risiko dan varibel-variabel yang termasuk efek di observasi sekaligus pada waktu yang
sama. Oleh sebab itu rancangan(disain) penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
Rancangan
penelitian cross sectional
Populasi
(sampel)
Factor risiko +
Factor risiko -
Efek +
Efek - EFek + Efek -
Pengertian-pengertian yang
perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, diantaranya :
a) Penyakit
atau masalah kesehatan, atau efek.
b) Factor
risiko untuk terjadinya penyakit tersebut, yakni factor penyebab terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan.
c) Agen
penyakit(penyebab penyakit).
Faktor risiko ialah
faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu
penyakit atau status kesehatan tertentu.
Ada dua macam faktor risiko,
yaitu:
1. Faktor
risiko yang berasal dari organisme itu sendiri(faktor risiko intrinsik). Faktor
risiko intrinsik di beadakan menjadi :
a) Faktor
jenis kelamin dan usia
Beberapa
penyakit tertentu berkaitan atau cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis
kelamin atau usia tertentu. Misalnya gastritis cenderung diderita oleh kaum
pria daripada wanita. Kardiovaskuler cenderung diderita oleh orang yang berumur
40 tahun.
b) Faktor-faktor
anatomi atau konstitusi tertentu.
Ada
bagian-bagian tubu tertentu yang peka terhadap suatu penyakit. Misalnya virus
herpes yang menyerang pada bagian syaraf.
c) Faktor
Nutrisi
Seseorang
yanng menderita kurang gizi akan rantan terhadap penyakit-penyakit infeksi
terutama TBC paru dan diare.
2. Faktor
risiko yang berasal dari lingkungan(faktor ekstrinsik) yang memudahkan
seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu.
Sedangkan
agent penyakit adalah mikroorganisme atau lingkungan yang bereaksi secara
langsung pada individu sehingga individu tersebut menjadi sakit. Agen merupakan
faktor yang harus ada untuk terjadinya penyakit. Berdasarkan jenisnya, factor
ekstrinsik ini dapaat berupa: keadaan fisik, kimiawi, biologis, psikologis,
social budaya dan perilaku. Misalnya: keadan perkampungan yang padat penduduk
merupakan factor risiko untuk penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
2.2 Ciri-ciri Penelitian Cross Sectional
Penelitian
cross sectional memiliki ciri-ciri antara lain:
- Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu.
- Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding.
- Hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan saja.
- Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis.
- Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis.
2.3 Langkah-langkah (rancangan penelitian) Cross
Sectional
Langkah-langkah
penelitian cross sectional adalah :
Ø Mengidentifikasi
variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor risiko dan factor
efek.
Ø Menetapkan
subjek penelitian atau populasi dan sampel.
Ø Melakukan
observsi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan factor risiko dan
efek sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan
data).
Ø Melakukan
analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok
hasil observasi(pengukuran).
2.4 Keuntungan dan Kerugian penelitian Cross
Sectional
a.
Keuntungan
·
Mudah
dilaksanakan, ekonomis, hasil cepat didapat.
·
Dapat
meneliti banyak variabel sekaligus
·
Dapat
menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis.
·
Tidak
banyak hambatan etis.
·
Dapat
digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit tertenru dan masalah kesehatan
yang terdapat di masyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan pelayanan kesehatan.
·
Dapat
memeberikan gambaran tentang arah dan sasaran penelitian selanjutnya.
b.
Kerugian
·
Diperlukan subjek penelitian yang besar.
·
Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit
secara akurat.
·
Tidak valid untuk meramalkan suatu
kecenderungan
·
Kesimpulan korelasi factor risiko dengan factor
efek paling lemah disbanding case control dan cohort.
·
Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat.
Penelitian CASE
CONTROL
Pengertian
Penelitian case control atau kasus
control adalah suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana
faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Dengan
kata lain efek (penyakit atau kasus kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,
kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu.
Pengertian lain menyebutkan bahwa penelitian kasus
kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan
(amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
Ciri penelitian ini adalah pemilihan subyek berdasarkan
status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai
riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit
disebut Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang
tidak menderita disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja berupa
penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan
data yang berasal dari masa lalu. Rancangan ini dikenal dengan sifat
retrospektif yaitu rancangan yang melihat kebelakang tentang suatu kejadian
yang berhubungan dengan kejadian yang diteliti.
2.2. Langkah-Langkah
Penelitian
1.
Identifikasi variable-variabel penelitian.
2.
menetapakan subjek penelitian (populasi dan sampel).
3.
identifikasi kasus.
4.
pemilihan subjek sebagai control.
5.
melakukan pengukuran retrospektif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor
resiko.
6. melakukan analisis dengan
membandingkan proporsi antara variable-variabel objek penelitian dengan
variable-variabel control.
2.3. Kelebihan
dan Kekurangan Dari Penelitian Case Control
1.
Kelebihan
a) Adanya
kesamaan ukuran waktu anatara kelompok kasus dengan kelompok control.
b) Adanya
pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitia lebih tajam
dibanding hasil penelitian cross sectional.
c) Tidak
menghadapai kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort.
d) Tidak
memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).
1. Kekurangan
a) Pengukuran
variable yang retrospective, objektivitas, dan reliabilitasnya kurang karena
subjek penelitian harus mengingat kembali faktor-faktor resikonya.
b) Tidak
dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan.
c) Kadang-kadang
sulit memilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena
banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
2.1 Pengertian
Penelitian Kohort
Penelitian kohort dalah rancangan penelitian
epidemiologi analitik observasional yang mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit.
Penelitian kohort sering juga disebut penelitian
follow up atau penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelompok orang
(kohort) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub kelompok
tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya
penyakit atau outcome.
Penelitian dengan rancangan kohort merupakan
penelitian, dimana peneliti mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok
terpapar dengan kelompok tidak terpapar, untuk kemudian diamati sampai waktu
tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena. Dengan kata lain, penelitian
kohort adalah penelitian yang bertujuan mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan
kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri – ciri studi kohort adalah pemilihan subyek
berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan atau pencatatan
apakah subyek dalam perkembangannya mengalami penyakit yang diteliti atau
tidak.
2.2 Bentuk Penelitian Kohort
penelitian kohort adalah rancanganpenelitian yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingakan
kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok yang tidak terpapar
berdasarkan status penyakit.
Penelitian kohort memiliki beberapa bentuk,
diantaranya :
-
Kohort prospektif
-
Kohort
retrospektif
-
Kohort berganda
1.
Kohort prospektif
Adalah suatu penelitian yang meneliti suatu kasus
dengan melihat faktor penyebab terlebih dahulu (faktor risiko), baru kemudian
melihat akibat dari suatu kasus dalam jangka waktu tertentu. Penelitian kohort
prospektif ini bersifat melihat ke depan (forward looking).
2.
Kohort retrospektif
Adalah suatu penelitian kohort yang berusaha melihat
ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau
akibat yang telah terjadi, baru kemudian efek tersebut ditelusuri penyebabnya
yang mempengaruhi efek atau akibat tersebut.
3.
kohort berganda
Adalah bentuk penelitian kohort yang membandingkan
kedua kelompok subjek, yaitu kelompok
dengan faktor risiko dengan kelompok tanpa faktor risiko.
Kohort berganda memadukan ciri – ciri studi kohort
retrospektif dan prospektif.
2.3
Langkah-Langkah Penelitian Kohort dan Rancangan Penelitian Kohort
Langkah-langkah
dalam pelaksanaan penelitian kohort adalah sebagai berikut :
Merumuskan masalah penelitian
Mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan efek
Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan
sampel)
Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari
subjek dengan efek negative
Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok
kontrol
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu
yang ditentukan
Mengidentifikasi timbulnya efek atau tidak pada
kedua kelompok
Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek
yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada
kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
2.4 Keuntungan dan Kerugian dalam Penelitian
Kohort
A. Keuntungan penelitian kohort
·
Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam
menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
·
Studi kohort yang baik dalam menerangkan
hubungan antara factor-faktor risiko dengan efek secara temporal.
·
Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk
kasus yang bersifat fatal dan progesif.
·
Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti
beberapa efek sekaligus dari suatu factor risiko tertentu.
·
Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan
longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai
masalah kesehatan yang makin meningkat.
B. Kerugian
Penelitian Kohort
·
Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
·
Sarana dan biaya biasanya mahal
·
Studi kohort seringkali rumit
·
Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk
meneliti kasus yang jarang terjadi
·
Terancam terjadinya drop out atau terjadinya
perubahan intensitas pajanan atau factor resiko dapat mengganggu analisis hasil
·
Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena
peneliti membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subyek.
JENIS PENELITIAN EKSPERIMEN
2.1
Pengertian
Penelitian Eksperimen
Penelitian Eksperimen atau percobaan (Ekspeimental research) adalah suatu
penelitian yang dengan melakukan kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh
yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen
tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial atau intervensi. Percobaan ini
berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variable. Dari perlakuan
tersebut, diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variable lain.
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan
kontrol. Yang dimaksudkan dengan kontrol dalam hal ini adalah suatu keolmpok
atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol di dalam
penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat perbedaan perubahan
variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan yang tidak
dikenai perlakuan atau kontrol.
Tujuan utama penelitian eksperimen adalah
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan
intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Factor-faktor control dalam eksperimen ini meliputi :
·
Sasaran atau objek yang diteliti
·
Peneliti atau orang yang
melakukan percobaan
·
Variabel bebas (independent variables), yaitu kondisi
munculnya variable terikat
·
Variabel terikat (dependent variables), yaitu variable
yang akan terpengaruh/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan.
·
Kelompok eksperimen dan kelompok
control
·
Populasi dan sampel
·
Skor rata-rata (mean) hasil tes
2.2 Langkah-langkah Penelitian Eksperimen
Agar diperoleh hasil yang optimal, penelitian eksperimen biasanya
menempuh langkah-langkah antara lain :
1. Melakukan
tinjauan literatur, terutama berhubungan dengan masalah yang akan diteliti
2. Mengidentifikasi
dan membatasi masalah penelitian
3. Merumuskan
hipotesis-hipotesis masalah penelitian
4. Menyusun
rencana eksperimen, yang biasanya mencakup :
a. Menentukan
variable bebas dan variable terikat (Independent
variables dan dependent variables)
b. Memilih
desain atau model eksperimen yang akan digunakan
c. Menentukan
sampel
d. Menyusun
metode atau model eksperimen dan alat ukur
e. Menyusun outline prosedur pengumpulan data
f.
Menyusun hipotesis statistik
5. Melakukan
pengumpulan data tahap pertama (Pretest)
6. Melakukan
eksperimen atau percobaan
7. Mengumpulkan
data tahap kedua (Posttest)
8. Mengolah dan
menganalisis data
9. Menyusun
laporan
2.3 Rancangan Penelitian Eksperimen
Rancangan penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan
untuk menjawab masalah penelitian (menguji hipotesis) dan mengontrol variabel
sekunder. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh
sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat
diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang
berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas. Desain penelitian
eksperimental merupakan bagian penting dalam metode penelitian eksperimental
karena menunjukkan bagaimana suatu penelitian eksperimental akan dilakukan.
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan symbol atau lambing-lambang
sebagai berikut :
R = Randomisasi (Randomizations)
0 1 = Pengukuran pertama
(pretest)
X = Perlakuan atau
eksperimen
O 2 = Pengukuran kedua (Posttest)
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
:
1. Rancangan-rancangan
pra-eksperimen (pra experimental designs)
a. Posttest Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan
atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi)
atau posttest (O 2). Selama tidak ada
kelompok control, hasil O2 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain.
Rancangan ini juga disebut “The One shot
Case Study”. Hasil observasi (O2) memberikan informasi yang bersifat
deskriptif. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Eksperimen
|
Posttest
|
X
|
02
|
Dalam rancangan ini sama sekali
tidak ada control dan tidak ada internal validitas. Sifatnya yang cepat dan
mudah, menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu program
yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Di samping itu,
rancangan ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi atau
perbandingan. Oleh sebab itu, kesimpulan yang diperoleh dapat menyesatkan.
b. Rancangan One group Pretest Posttest
Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi
sudah dilakukannya observasi pertama (Pretest)
yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah
eksperimen. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
O1
|
X
|
O2
|
Kelemahan rancangan ini adalah tidak ada jaminan bahwa perubahan
yang terjadi pada variable dependen karena intervensi atau perlakuan.
c. Perbandingan
kelompok statis (static Group Comparison)
Rancangan ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan
kelompok control atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima
perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (O2). Hasil
observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada
kelompok control. Rancangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Kelompok Eksperimen
|
X
|
O2
|
Kelompok Kontrol
|
|
O2
|
2. Rancangan-rancangan
eksperimen sungguhan (true experimental
designs)
a. Rancangan Pretest Posttest dengan kelompok control
(Pretest-Posttest with Control Group)
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi,
artinya pengelompokkan anggota-anggota kelompok control dan kelompok eksperimen
dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan Pretest (O1) pada
kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen.
Setelah beberappa waktu dilakukan Posstest (O2) pada kedua kelompok tersebut.
Bentuk rancangan ini :
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
R (Kel. Eksperimen)
|
O1
|
X
|
O2
|
R (Kel. Kontrol)
|
O1
|
|
O2
|
b. Rancangan Randomized Salomon Four Group
Rancangan ini mengatasi kelemahan
eksternal validitas yang ada pada rancangan Randomized
Control Group Pretest Posttest. Apabila pretest mempengaruhi subjek
sehingga mereka menjadi lebih sensitive terhadap perlakuan (X) dan mereka
bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak mengalami Pretest, maka eksternal validitas terganggu, dan kita tidak dapat
membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi. Demikian pula kalau
ada interaksi antara Pretest dengan
perlakukan (X). rancangan Salomon ini dapat mengatasi masalah, dengan
menambahkan kelompok ke 3 9 dengan perlakuan, tanpa Pretest) dan ke 4 (tanpa perlakuan, tanpa Pretest). Bentuk rancangan ini :
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
R (Kel. Eksperimen)
|
O1
|
X
|
O2
|
R (Kel. Kontrol)
|
O1
|
|
O2
|
R (Kel. Kontrol)
|
|
X
|
O2
|
R (Kel. Kontrol)
|
|
|
O2
|
c. Rancangan Posttest dengan kelompok control (Posttest Only Control Group Design
Rancangan
ini juga merupakan eksperimen sungguhan dan hampir sama dengan rancangan
sebelumnya, hanya saja bedanya tidak diadakan Pretest. Karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok control. Kelompok-keloompok tersebut dianggap sama
sebelum dilakukan perlakuan. Bentuk rancangan ini :
|
Perlakuan
|
Posttest
|
R (Kel. Eksperimen)
|
X
|
O2
|
R (Kel. Kontrol)
|
|
O2
|
Dengan
rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi)
pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan dengan kelompok control.
Tetapi rancangan ini tidak mungkinkan peneliti untuk menentukan sejauh mana
atau seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab Pretest tidak dilakukan untuk menentukan data awal.
3. Rancangan-rancangan
Eksperimen Semu (quasi experimental
designs)
Disebut eksperimen semu karena
syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai. Syarat-syarat
pokok yang ttidak dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu adalah :
·
Tidak adanya randomisasi, yang berarti pengelompokkan anggota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan dengan
random atau acak
·
Kontrol terhadap variable-variabel yang berpengaruh terhadap
eksperimen tidak dilakukan, karena eksperimen ini biasanya dilakukan di
masyarakat, sehingga sulit untuk mengontrolnya seperti di laboratorium
a. Rancangan
Rangkaian Waktu (Time Series Design)
Rancangan ini sepert rancangan Pretest
Postest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi
(pengukuran yang berulang-ulang), sebelum dan sesudah perlakuan. Bentuk
rancangan ini adalah sebagai berikut :
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
01
02 03 04
|
X
|
05 06
07 08
|
b. Rancangan
Rangkaian Waktu dengan Kelompok Perbandingan (Control Time Series Design)
Pada dasarnya rancaggan ini
adalah rancangan rangkaian waktu, hanya saja menggunakan kelompok pembanding
(control). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas
internal sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas
internal yang tinggi. Bentu rancangan ini adalah :
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Kel. Eksperimen
|
01 02 03
|
X
|
04 05
06 07
|
Kel. Kontrol
|
01 02 03
|
X
|
04 05
06 07
|
c. Rancangan Non Equivalent Control Group
Dalam penelitian lapangan,
biasanya lebih memungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program
kesehatan dengan suatu kelompok control yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama. Misalnya, kita akan melakukan studi tentang
pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan posyandu. Kelompok kader yang akan
diberikan pelatiahn, tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader yang tidak
diberi pelatihan(kelompok control). Bentuk rancangan ini :
|
Posttest
|
Perlakuan
|
Pretest
|
Kel. Eksperimen
|
01
|
X
|
02
|
Kel. Kontrol
|
01
|
X
|
02
|
2.4 Keuntungan dan Kerugian Penelitian Eksperimen
a. Keuntungan
Penelitian
eksperiment mempunyai dua kelebihan/keuntungan, yaitu (Christensen, 2001) :
·
Kemampuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat yang
dihasilkan pada penelitian eksperimen lebih kuat atau bahkan paling kuat
dibandingkan penelitian non-eksperimental. Artinya, variable Terikat (VT) yang
terjadi atau muncul dalam penelitian eksperimen hanya disebabkan oleh Variabel
Bebas (VB) dan bukan oleh VS atau
faktor-faktor lainnya. John Stuart Mill mengemukakan Hukum hubungan
sebab-akibat (dalam Christensen, 2001).
·
Kemampuan untuk memanipulasi secara tepat satu atau lebih veriabel
yang diinginkan peneliti
Dalam penelitian eksperimental,
peneliti dapat memanipulasi VB untuk dilihat pengaruhnya terhadap VT. Manipulasi
dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Manipulasi VB tidak dijinkan untuk dilakukan pada
penelitian non-eksperimental.
b. Kerugian
·
Penelitian eksperimental sulit untuk digeneralisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Hal ini
disebabkan oleh kondisi penelitian eksperimental yang sangat terkontrol
(buatan), sehingga situasinya tidak seperti dalam kehidupan sehari-hari.
b. Itu berarti
bahwa kontrol selain memiliki kelebihan (memperkuat hubungan sebab-akibat),
juga memiliki kelemahan (menyebabkan situasi menjadi tidak alamiah).
·
Pelaksanaan penelitian eksperimental umumnya membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama.
mau tanya, ini ada referensi bukunya darimana? daftar pustakanya bisa dicantunmkan?
BalasHapusterima kasih infonya, btw saya juga dari kesehatan lingkungan :)
BalasHapus