Nomensen Banunaek.,S.KM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masa
remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa,
sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil. Masa remaja adalah masa
goncang yang terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional..
Perubahan-perubahan emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari
dalam individu itu sendiri dan faktor dari lingkungan. Perkembangan emosi remaja
merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia remaja cenderung
memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis sehingga
perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada
emosi yang positif. Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah
sehingga perlu upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar
emosinya dapat terkontrol dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat
memperbaiki moral dan perilaku remaja.
Daniel
Goleman dalam Ali dan Asrori (2010: 63), mengatakan bahwa emosi merujuk kepada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dapat juga
diasumsikan suatu keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan
memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang. Begitu
pentingnya sebuah emosi dalam pribadi seseorang dapat mempengaruhi kehidupan
sehingga manusia dapat menampilkan karakter atau kepribadiannya, oleh sebab itu
perlunya remaja belajar tentang emosi sehingga dapat mengendalikannya dengan
baik emosinya, sehingga tidak sampai terjadi penyimpangan emosi yang mengganggu
psikologis seseorang bahkan sampai mengganggu perkembangan psikologis remaja
dan lebih lanjut dapat menjadikan gangguan jiwanya. Menurut
Zakiah Daradjat (1994: 35-36) bahwa perilaku remaja tidak stabil, keadaan
emosinya mudah tergoncang, condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat,
peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya saja.
Pengendalian emosi pada masa remaja sangat penting dilakukan oleh remaja itu
sendiri tetapi harus dibarengi dengan pengetahuan dan pengalaman dari remaja
yang bersangkutan sehingga bila remaja tersebut mengalami emosi yang menyimpang
kearah negatif dapat menanggulanginya dengan baik.
Kesehatan
mental sendiri bukan hanya sekadar tidak hadirnya gangguan kejiwaan dalam
dirimu, tapi juga kepada kemampuanmu untuk bisa mengatasi stres dan masalah
dalam hidupmu. Jika tidak dipedulikan, kesehatan mental yang terganggu akan
berakhir kepada permasalahan belajar, perkembangan, kepribadian, gangguan dalam
berhubungan dan masalah kesehatan fisik. Kesehatan
jiwa/kesehatan mental sendiri masih jarang menjadi perhatian bagi masyarakat
Indonesia. Masyarakat kebanyakan masih berfokus kepada permasalahan kesehatan
fisik saja. Di asumsi jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) se-Indonesia
telah mencapai 1 juta orang. Diduga, pada tahun 2007, 14,1% penghuni Jakarta
memiliki gangguan jiwa dan angka ini semakin meningkat. Sementara itu, di tahun
2013 ini, 22% penduduk Jawa Barat telah mengalami gangguan jiwa ringan. Tren
peningkatan jumlah penghuni panti untuk ODGJ pun mulai menanjak. Penghuni Panti
Harapan Sentosa 2 Sosial Bina Laras yang menangani pasien ganggungan jiwa di
Jakarta Timur, setiap bulannya meningkat 5-10%. Penulis sendiri menemukan
terdapat setidaknya 20 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pelajar dari
berbagai daerah dengan rentang usia 15-18 tahun sepanjang Januari-Mei ini. Dengan
keadaan yang memprihatinkan seperti ini, bagaimana dengan akses pelayanan
kesehatan mental? Sangat banyak kasus gangguan jiwa, namun disinyalir ruang
perawatan yang tersedia hanya 90.000 tempat di Indonesia. Sangat sedikit juga
psikolog klinis yang telah diletakkan di PKM lokal setempat. Menurut perkiraan
dari US Surgeon General, setidaknya 1 dari 5 orang anak dan remaja akan
mengalami masalah kejiwaan yang cukup berat di masa sekolah mereka. Beberapa
masalah kejiwaan ini lebih serius daripada yang lain, tapi semuanya tentunya
berdampak kepada perilaku dan pembelajaran mereka di sekolah. Beberapa masalah
kejiwaan yang dialami remaja usia sekolah ini di antaranya adalah stres dan
kecemasan, khawatir menjadi target bullying,
(bentuk perilaku pemaksaan) masalah dengan keluarga dan teman, kesepian atau
penolakan, disabilities, depresi, tindakan melukai diri sendiri ataupun orang
lain, masalah terkait seksualitas (orientasi seksual yang berbeda dari
kebanyakan, tuntutan body image yang bisa terkait dengan diet berlebihan,
anoreksia ataupun bulimia, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), masa pertama
pubertas dan pacaran, dll), masalah akademis, hingga penyalahgunaan zat
adiktif.
Jaringan sosial itu sendiri
adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu
masyarakat. Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial
yang dapat diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat
di masyarakat desa, keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin
desa, antara pemimpin desa dan masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat
tersebut pada umumnya .
Analisis jaringan sosial untuk memahami tindakan individu dalam konteks hubungan terstruktur. Analisis berbasis jaringan ini cocok untuk digunakan dalam menjelaskan,
dan menganalisis sistem kesehatan masyarakat. Ketika analisis terhadap hubungan dalam
sebuah sistem sosial dilakukan, lebih dikenal dengan analisis
jaringan komunikasi. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui
arah hubungan, mengemukakan pendapat, jaringan komunikasi
personal, sampai pada kekompakan jaringan komunikasi. Berbicara tentang
jaringan komunikasi social, kenyataan yang ditemukan pada prinsipnya, tugas
seorang sarjana kesmas itu lebih berat dari pada profesi dokter. bidang dokter
bagiannya pada kesehatan perorangan, mengobati orang yang sakit. Namun masih ada pada jenjang kepemimpinan di pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang dalam struktur
organisasinya tidak memperhatikan penempatan personil yang sesuai dengan
tingkat pendidikan serta kompetensi serta profesi yang dimilikinya. Secara
manajerial akibat dari jaringan komunikasi yang tidak terstruktur sesuai
kompetensi tenaga serta lokasi pelayanannya, maka peneliti menganalisa hal ini
akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas dalam membangun jaringan
komunikasi yang tepat sasaran
Semakin
ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan
mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan
untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah
diberikan kepada pasien/pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan
pasien/pelanggan atau belum.
Manusia
adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk menciptakan
manusia yang berkualitas diperlukan suatu derajat kesehatan manusia yang prima
sehingga dalam hal ini mutlak diperlukan pembangunan kesehatan. Untuk mendukung
pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah telah menyediakan beberapa
sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Salah satu fasilitas
kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah Puskesmas. Sebagai ujung
tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka Puskesmas perlu
mendapatkan perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas sehingga dalam hal ini Puskesmas terlebih pada Puskesmas yang
dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk selalu meningkatkan
keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas/sarana
kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan
kesehatan.
Pelayanan
kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta berkembangnya
kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992
menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya
ditingkat Puskesmas.
Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya
berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
Masyarakat
adalah jaringan sosial yang kompleks, terdiri dari sosial hubungan diadik dan
triadik di mana satu sama lain saling terkait. Keberadaan dari hubungan sosial
diciptakan oleh adanya kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai. Para pemeran
di dalam jaringan sosial terikat satu sama lain oleh seperangkat/serangkaian
harapan yang relatif stabil yang pada akhirnya menciptakan sejenis
aturan-hukum-norma di antara mereka. Jaringan social juga menampilkan perilaku
yang mirip di antara para pemerannya. Tiap konteks social memiliki atau
menciptakan sebuah jaringan sosial yang berbeda dengan jaringan lainnya.
Berdasarkan paradigma jaringan komunikasi sosial ini, dengan memahami prinsip
hubungan yang mengikat sejumlah aktor sehingga membentuk sebuah jaringan
sosial, maka kita akan dapat memahami logika situasional, tipe pengendalian
sosial, dan pertukaran social antar aktor dalam sebuah jaringan sosial; untuk
menjelaskan konflik sosial, perubahan sosial, dan kendali sosial di antara
mereka – dalam organisasi, negara, atau masyarakat.
Kabupaten
Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau Sumba, dengan ibu
kota Waingapu propinsi Nusa
Tenggara
Timur. Pulau Sumba adalah pulau karang terangkat seluas 11.845 km2, interior
Sumba Timur didominasi oleh bukit – bukit karang kapur yang terjal, dataran
tinggi yang menghijau dan sabana – sabana hingga daerah peisisir. Walau Sumba
tidak dapat dikatakan sebagai pulau vulkanik, bagian tengah dan Selatan
terutama tenggara relatif bergunung – gunung dengan puncaknya Gunung Wanggameti
(1225 m). Daerah perbukitan ini subur tetapi tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk lahan pertanian karena kurangnya air dipermukaan. Sebaliknya
justru di dataran rendah terdapat cukup air baik dari sungai maupun air
permukaan. Terdapat 88 mata air sungai yang tidak pernah mengering sekalipiun
di musim kemarau. Pulau Sumba yang letaknya relatif terisolasi di sebelah
selatan rangkaian kepulauan Nusa Tenggara, sesungguhnya memiliki biogeografi
yang menarik.
Perkembangan anak adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per-
kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual,
sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan
sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya
pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru
atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi
dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan
perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Masalah
Remaja yang terjadi di Kabupaten ini sangat kecil namun demikian kita sebagai
tenaga kesehatan masyarakat tidak dapat mengabaikan begitu saja, karena bila
hal ini tidak ditangani dengan baik maka akan dapat mempengaruhi remaja –
remaja lain yang berprestasi. Kita tahu bersama bahwa remaja adalah generasi
penerus bangsa yang harus dibina dan dipertahankan sehingga tercipta kader –
kader bangsa yang , sehat, cerdas dan berkepribadian baik. Perlunya pembinaan
pada remaja baik remaja laki – laki ataupun remaja putri (rematri).
Saat
remaja adalah masa – masa dimana mereka mencari jati diri dan mengaktualisasi
diri, bila dalam masa ini remaja mengalami konflik atau setres yang
berkepanjangan dan remaja tersebut tidak dapat menguasai atau mengkopping
dirinya dengan baik maka remaja ini akan sangat terganggu baik dari segi
psikologis, mental dan sosial. Remaja tersebut akan bermasalah baik secara
pribadi maupun dilingkungannya.
Perasaan
dan emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu
kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari
orang-orang dan lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu
garis kontinum yang bergerak dari ujung yang yang paling postif sampai dengan
paling negatif, seperti: senang-tidak senang (pleasant-unpleasent),
suka-tidak suka (like-dislike), tegang-lega (straining-relaxing),
terangsang-tidak terangsang (exciting-subduing).
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka saya tertarik untuk melakukan Observasi mengenai Peranan
Remaja Dalam Kesehatan Emosional, Mental Dan Sosial Untuk Mencegah Dan
Menanggulangi Konflik Dan Setres Dengan Cara Yang Sehat (studi kasus di Kabupaten
Sumba Timur)
B. Rumusan
Masalah
Masalah penelitian ini adalah bagaimana Peranan Remaja Dalam
Kesehatan Emosional, Mental Dan Sosial Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Konflik
Dan Setres Dengan Cara Yang Sehat (studi
kasus di Kabupaten Sumba Timur)
C. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Peranan Remaja dalam Kesehatan
Emosional, Mental dan Sosial untuk Mencegah dan Menanggulangi Konflik dan
Setres dengan cara yang sehat
2. Tujuan Khusus
a.
Mengetahui gambaran umum kondisi Remaja Indonesia
b.
Mengetahui Peranan remaja dalam
kesehatan Emosional, Mental dan Sosial.
c.
Mengetahui
konflik dan setres yang terjadi pada remaja.
d.
Mengetahui
bahaya remaja yang gagal mencegah dan menanggulangi
konflik dan setres.
e.
Mengetahui dampak adanya konflik dan setres remaja terhadap Kesehatan Masyrakat.
D. Manfaat
Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
dalam hal mempelajari tentang peranan remaja dalam mencegah dan menanggulangi
konflik dan setres. Serta memberikan pengalaman dalam hal kegiatan observasi lapangan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan
emosional, mental dan sosial.
2. Bagi Masyarakat
Dapat
menjadi bahan bacaan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat khususnya remaja tentang pentingnya kesehatan emosional,
mental dan sosial dalam mencegah dan menanggulangi masalah konflik dan setres
dengan cara yang sehat.
3. Bagi Instansi Terkait
Dapat
menjadi referensi untuk pelaksanaan program yang berkaitan dengan kesehatan
emosional, mental dan sosial dalam mencegah dan menanggulangi masalah konflik
dan setres dengan cara yang sehat pada remaja.
BAB III
ANALISIS
A. Gambaran Umum Kondisi Remaja di Indonesia
Akhir-akhir
ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak
dulu. Para pakar baik pakar hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya
selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja,
seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari
waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke
hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks
terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan
teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses
serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai
informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif
yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.
Hasil
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di
Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal
ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi
diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut
menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan
remaja. Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut
: Pernikahan usia remaja, Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan, Aborsi
2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja, MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln,
47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalina, HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000
terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja Miras dan Narkoba. Adapun Hasil
Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan : Jumlah penyalahguna narkoba
sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok
teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%,
perempuan 21%, Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%,
shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%. Kelompok pecandu terdiri dari
penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat
penenang 25%, Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000
orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. Beban ekonomi terbesar
adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun. Angka
kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun. Angka-angka
di atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda,
polos, energik, potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan
bangsanya dapat terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan.
Tanpa disadari pada saat ini, di luar sana anak-anak remaja kita sedang
terjerat dalam pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan remaja
lainnya. Bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti
fenomena gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam
ternyata banyak ditemukan kasus kasus yang cukup mengejutkan. Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada
kenyataanya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum
pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya
tersebut.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti
menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka
rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun
lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya., memberikan lingkungan yang
baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan
baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah
jumlah kasus yang ada. Demikianlah kenyataan yang ada saat ini, ini merupakan
tantangan yang sangat berat bagi para orangtua, masyarakat, yang memiliki anak
remaja, atau anak yang akan menuju remaja untuk dapat mencari strategi yang
baik untuk melindungi anak remaja mereka dari kenakalan-kenakalan remaja yang
dapat merusak masa depan mereka. Semoga ini bisa menjadi bahan perenungan untuk
kita semua, para penentu kebijakan, para orang tua, masyarakat, maupun
remaja.(Rijalihadi G)
B. Peranan remaja dalam kesehatan Emosional, Mental dan Sosial
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal
sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan.
Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun,
mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan
remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan
persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua
persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Ciri perkembangan
psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik
peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini
ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan
hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang
realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan
masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan
situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi
dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja
harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi mental
remaja, yaitu : Faktor Internal. Internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh
sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani,
dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik,
menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti
turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor
luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama,
pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal
yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk /
tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat. Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu
saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan
tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia
pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi
sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya Kriteria remaja yang
bermental sehat adalah sebagai berikut
Dapat
menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada, Dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya), Dapat mengatasi gejolak-gejolak
seksualitasnya. Mampu
menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut, Dapat menyeimbangkan
pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya, Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik
dalam sekola maupun lingkungan sosialnya, Tidak
mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian
dengan pikiran yang jernih, Memiliki
cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk
memotivasi diri menjadi seorang yang berguna, Memiliki
integrasi kepribadian, Memiliki
perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya. Faktor - faktor lain yang
membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah : faktor biologi Yaitu proses pertumbuhan
ciri - ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri seksual primer adalah proses
pertumbuhan organ – organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses
reproduksi seperti pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita
yaitu matangnya ovarium, vagina dll. Ciri – ciri seksual sekunder adalah
pertumbuhan organ organ tubuh yang tidak berkaitan langsung dengan proses
reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin,
perubahan suara, pertumbuhan badan yg pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di
ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan yg pesat dll. Perubahan faktor biologi
dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti Sulit beradaptasi dengan
kondisi fisiknya yang baru. Pertumbuhan
fisik yang secara tiba – tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit
menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat dibandinkan teman teman sebaya lainnya dapat
menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang
terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul. Salah informasi yang
menyebabkan salah persepsi.
Mereka
ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru
bertanya kepada teman – temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan
dapat menjerumuskan kepada hal buruk seperti seks bebas, manstrubasi dan salah
dalam perlakukan dirinya sendiri. faktor
keluarga. Persoalan
paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga
menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja
dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara
bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level
orang-orang dewasa
Seringkali
orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”,
“Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah
karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya.
Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti
introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
faktor lingkungan dan sosial
faktor lingkungan dan sosial
Pada
faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan
remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar.
Faktor - faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari
lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak
menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat
tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat
membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.
C. Konflik dan Stres pada Remaja
Stres merupakan suatu kondisi atau
keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis yang dapat mempengaruhi
keadaan fisik seseorang. Selain itu, stres dapat pula diartikan dengan suatu
kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi
atau mendapatkan keuntungan. Kedua pernyataan tersebut merupakan sebagian
kecil dari sekian banyak definisi mengenai stres. Banyak para ahli mengemukakan
tentang definisi stres, salah satunya adalah Dr. Hans Selye yang mengemukakan
bahwa stres adalah respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Selain Dr.
Hans Selye, adapula Richard S Lazarus yang menyatakan stres sebagai kondisi
yang dialami bila seseorang sadar bahwa dirinya dituntut untuk bertindak
melebihi sumber daya personal dan sosial yang dimilikinya. Biasanya
stres dikaitkan dengan penyakit kejiwaan. Namun adakalanya stres dapat
dikaitkan dengan penyakit fisik. Banyak buku-buku kedokteran menyatakan bahwa
hampir 50-70 % penyakit fisik disebabkan oleh stres atau tekanan. Hal tersebut
dapat terjadi akibat dari penyakit kejiwaan yang dapat menyerang fisik apabila
daya tahan tubuh penderita dalam keadaan lemah
Manusia haruslah menganggap bahwa
stres adalah suatu tantangan dalam hidup yang memanglah harus dilalui. Tanpa
adanya stres, manusia takkan hidup dengan normal. Dengan munculnya stres,
manusia harus bergerak untuk melawan stres. Siapapun dapat mengalami stres, baik orang dewasa, remaja, maupun
anak-anak sekalipun. Orang dewasa dapat mengalami stres ketika ia mendapatkan
suatu masalah atau perubahan hidup, baik bersifat positif maupun negatif yang
dapat menekan jiwa dan pikirannya. Remaja dapat pula mengalami stres ketika ia
dihadapkan dengan suatu keadaan dimana terjadi perbedaan antara apa yang ada di
dalam dirinya, baik dalam hati ataupun pikirannya terhadap kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan yang baru dikenalnya. Selain remaja maupun orang
dewasa, anak-anak pun dapat mengalami stres. Mereka dapat mengalami stres
ketika berada dalam kondisi atau keadaan yang memaksanya harus melakukan
sesuatu. Berdasarkan
berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian stres adalah
suatu bentuk respon dari dalam diri seseorang terhadap suatu keadaan yang
menekan, baik jiwa maupun pikiran.
Pengaruh dari seringnya mengalami stres akan berakibat
buruk pada otak, ketidakseimbangan kimiawi. Stres juga akan berpengaruh pada
kefokusan, memori, dan konsentrasi. Hal tersebut misalnya terjadi pada seorang
pelajar yang seringkali mengalami stres, maka konsentrasinya akan terganggu
khususnya dalam menerima pelajaran di sekolah. Ia takkan fokus pada pelajaran
yang diberikan oleh gurunya sehingga hal itu akan mengganggu prestasinya di
sekolah. Selain itu, stres juga dapat berpengaruh terhadap pribadi seorang
penderita stres, baik pengaruh negatif maupun positif. Bentuk pengaruh stres
sebenarnya ditentukan oleh seseorang yang mengalami stres tersebut. Seseorang
yang cenderung mudah menyerah dalam mengahadapi masalah akan menimbulkan
pengaruh yang buruk (negatif) dari kemunculan stres tersebut. Sedangkan
seseorang yang selalu berusaha untuk melawan stres yang datang akan menimbulkan
pengaruh yang baik (positif) dari kemunculan stres tersebut. Stres yang dialami
oleh seorang remaja memberikan pengaruh terhadap masing-masing diri remaja
tersebut.
Stres pada remaja dapat
diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi
stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan
bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari. Remaja
harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka
harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan
mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik
untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang tua atau gurum
harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan
contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian
itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara
untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan
memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk
menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti bertengkar,
penggunaan alkohol atau narkoba. Selama dalam keadaan stres yang dialaminya,
dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti
anak-anak dan beberapa orang dewasa belumlah siap untuk mengatasi
masalah-masalah besar sendirian. sebagai suatu kekuatan untuk berubah dan berjuang.
D. Dampak Remaja yang Gagal Mencegah dan Menanggulangi Konflik dan
stres
Stres dapat mengakibatkan dampak
yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi
pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak
berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan
kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia
tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang,
berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga
hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja
jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa
memahami dirinya, dan sebagainya.
Pada remaja
yang stres, gejalanya adalah diare. Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur
oleh saraf menjadi lebih cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala
seperti nyeri perut atau diare. Faktor lainnya yang juga berperan banyak adalah
lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan,
lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustasi pada
masyarakat yang tinggal. Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat
membangkitkan rasa marah dan agresi. Sedangkan orang dewasa sering mengalami
stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta
hubungan dalam keluarga.
Menurut
Windle dan Mason ada empat faktor yang
dapat membuat remaja menjadi stress, yaitu penggunaan obat-obatan terlarang,
kenakalan remaja, pengaruh negatif dan masalah akademis. Garfinkel mengatakan secara
umum penyebab stress pada remaja adalah: Putus
dengan pacar , Perbedaan
pendapat dengan orang tua, Bertengkar dengan saudara perempuan atau
laki-laki , Perubahan status ekonomi pada orang tua , Sakit yang diderita oleh
anggota keluarga, Masalah
dengan teman sebaya . Masalah
dengan orang tua
Menurut
Walker, ada empat faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stress: Faktor Biologis: Sejarah deperesi dan bunuh
diri didalam keluarga , Penggunaan
alkohol dan obat-obatan didalam keluarga, Siksaan
secara seksual dan fisik didalam keluarga, Penyakit
yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga, Kematian salah satu anggota
keluarga , Perceraian
orang tua. Faktor
Kepribadian : Tingkah
laku agresif , Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang,
tertutup, Hubungan sosial yang buruk
dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah , Masalah dengan tidur atau makan. Faktor
Pendidikan, Banyaknya
tugas-tugas
, Pelajaran yang membosankan
, Tuntutan dari orang tua yang
menginginkan nilai yang memuaskan, Tekanan dari pendidik dalam hal tugas, Pendidik yang kurang
menyenangkan.
Faktor
Psikologis dan Sosial Kehilangan
orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta,
kepindahan teman dekat atau keluarga, Tidak dapat memenuhi harapan
orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, atau
penolakan sosial, Tidak
dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih,
yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi dan penolakan, Banyaknya tugas-tugas, dan
kurang maksimalnya pembagian waktu, Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah
keuangan
Solusi
untuk Remaja yang Mengalami Stress Karena
mereka masih minim pengalaman dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif
maka mereka pun jadi cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele
sifatnya. Solusinya adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk
bereaksi secara sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya.
Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi secara sehat. Misalnya dengan
mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar (tidak menangis atau berteriak),
melatih tehnik relaksasi dengan musik, meditasi dan olah raga, serta membiasakan
untuk berpikir secara seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu
masalah. Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan
psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat
potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola
pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi/mekanisme
adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan
remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses
penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
depresi pada remaja, yaitu: CBT
(Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi
kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu
kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah
tersebut, Psychodinamic Psychotherapy.
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami,
mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang
sedang dialami, Interpersonal
Psychoterapy. Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma,
kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, Terapi Suportif. Terapi suportif digunakan
untuk mengurangi taraf depresi. Banyak factor yang menentukan keberhasilan
terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi,
motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua
juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga,
kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi
keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena
dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan
bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua
remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga
diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam
mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang
lebih sehat.
Stres
pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama
dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres
mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus
dihindari. Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah
mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus
membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target
yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang
tua atau guru harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka,
memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap
kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan
tentang cara untuk menangani stres.
E. Dampak Adanya Konflik dan
Stres Remaja Terhadap
Kesehatan Masyrakat
Dewasa
ini setiap orang berbicara tentang stres. Secara umum pengertian stres adalah
suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau
ketegangan itu berlebihan sehingga menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka
keadaan demikian disebut dengan istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak
dapat dihindarkan. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa
harus mengalami distres.
Perubahan-perubahan
sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi mempunyai dampak pada
kehidupan. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
tersebut, pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya.
Stres sendiri merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang demikian
cepatnya dalam abad ke duapuluh satu ini, suatu ironi kehidupan. Manusia
menciptakan berbagai macam produk untuk meningkatkan taraf hidupnya, untuk
hidup lebih efisien, namun dalam proses memproduksi berbagai macam produksi,
manusia harus menghadapi berbagai macam kondisi, yang dapat menimbulkan stres
yang lebih banyak.
Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (di rumah, di tempat kerja atau lingkungan sosial lain), merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.
Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (di rumah, di tempat kerja atau lingkungan sosial lain), merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.
Aspek
lain dari stres ialah bahwa stres membuat organisme waspada, siaga atau aktif,
menggerakkan organisme. Penggerakan ini dapat bercorak intelektual, emosional,
faal, atau perilaku. Seorang staf dari bagian penelitian dan pengembangan yang
mengalami stres karena masalah kualitas produk yang harus ditingkatkan dapat
mencapai tingkat kesiagaan intelektual yang tinggi, lebih tinggi dari biasanya.
Jika tenaga kerja merasa terancam akan kena Pemutusan Hubungan Kerja, akan
timbul reaksi emosional.
Konflik
merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada
perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu
pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak
lain kurang berhasil. Tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi.
Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
Dampak konflik yakni :Menghambat kerjasama :
Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap
kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang
akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak. Apriori : Selalu
berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya
permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik
kita. Saling menjatuhkan : Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang
terjadi diantara esame orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul
tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan
lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
a.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada
wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut
klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”.
b.
Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara
lebih efektif. Sebagai akibatnya mereka rentan mengalami depresi, kemarahan,
kurang mampu meregulasi emosinya yang selanjutnya dapat memicu munculnya
berbagai masalah seperti kesulitan akademis. Pada masa
dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal tentang
percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.
c.
Stres merupakan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang
terganggu karena tekanan psikologis yang dapat mempengaruhi keadaan fisik
seseorang. Selain itu, stres dapat pula diartikan dengan suatu kekuatan yang
memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau
mendapatkan keuntungan.
d.
Seorang yang menderita
stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap
melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik.
Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara
wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi
lingkungannya
e.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua
dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan
situasi dirinnya yang baru.
f.
Stres pada remaja dapat
diatasi dengan baik di dalam maupun di luar
rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah
mengidentifikasi penyebab dari stres mereka.
V.1 Saran
(a) Bagi Masyarakat Khususnya Remaja
1.
Melakukan hobi atau kegiatan
yang menyenangkan hati, seperti memancing, bernyayi, ataupun yang disenangi.
2.
Melakukan olah raga secara
teratur merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk membantu cara
mengatasi stress. Melakukan olah raga akan bermanfaat dalam meregangkan
otot-otot yang tegang, membantu mempercepat aliran darah.
3.
Jauhi minuman beralkohol dan
mengkonsumsi air putih yang cukup karena air putih sangat bermanfaat dalam
membantu menghilangkan stress.
4.
Masyrakat dapat mengikuti
setiap penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh tenaga profesi yang ada.
(b) Bagi Instansi Terkait
a. Komunikasi
merupakan alat terpenting dalam berorganisasi, Karena tanpa adanya komunikasi,
organisasi tidak akan berjalan dengan maksimal. Jadi disarankan dalam sebuah
organisasi harus dibarengi dengan komunikasi yang baik agar tercapai sebuah
organisasi yang baik
b. Melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai cara
pengelolaan stress,mental,dan sosial secara baik dikalangan remaja pada tingkat
SMP dan SMA
c. Menerapkan
mata pelajaran bimbingan konseling pada setiap jenjang sekolah agar dapat
mengelola jati diri anak dengan baik
(b) Kebudayaan dan Etika Khususnya bagi masyrakat
a. Masyrakat
dapat mempertahankan kebudayaan dan etika yang ada karena kebudayaan dan etika
dapat memampukan kita untuk membuat keputusan lebih mudah terhadap setiap
masalah yang kita hadapi.
b. Masyrakat
dapat membuka wawasan tentang kebudayaan bersosialisasi dengan cara memberikan
visi baru bagi individu, kebudayaan telah memberikan visi baru bagi individu
untuk bekerjasama antar personal.
c. Memahami dan
mempelajari budaya dan etika karena dengan cara demikian seseorang dapat
membuat hubungan sosial antara personal menjadi utuh antara individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Aloliliweri.2014.
Pengantar Studi Kebudayaan. Nusa
Media, Bandung.
Azwar,S.2006.
Sikap manusia,teori dan pengukurannya. Yogyakarta
: pustaka Pelajar
Adniesta.2009.http://adniestanurkhiar.blogspot.com/28
Desember 2014
Anonim,
2010, Bimbingan Bagi Orang
Tua dalam Penerapan Pola Asuh unutk
Meningkatkan Kematangan Sosial Anak [Internet]. Tersedia dalam: 14http://www.damandiri.or.id/file/muazarhabibiupibab2.pdf
Anoraga,
Pandji, 2006, Psikologi
Kerja, Rineka Cipta, Jakarta
BKKBN.2005.
Remaja dan Kesehatan Reproduksi: BKKBN
Gunarda,Y.S.D.2001.
Psikologi Remaja.Jakarta: Gunung Mulia
Goleman,D.2000.
Kecerdasan emosional dalam kepemimpinan
dan organisasi. Jakarta:
Gramedia pustaka Utama
Gunarsa.S.D.1988.
Dasar dan teori perkembangan anak.Jakarta:
Gunung mulia
Makmun,A.S.2003. Karakteristik Perilaku dan Pribadi masa Remaja.http://akhmadsudrajat.wordpress.com.diakses
28 Desember 2014
Muschayaroh,
18 November 2008, Persepsi
Keluarga Terhadap Anak Dengan Retardasi Mental,, http://www.librarygunarma.ac.id diakses
tanggal 28 Desember 2014.
Notoatmodjo,
S. 1997. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
-------------------------------. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
-------------------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar