Kamis, 23 Oktober 2014

PERUBAHAN TREN DALAM POLA DIET DAN IMPLIKASI UNTUK KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DI ASOSIASI BANGSA ASIA TENGGARA (ASEAN) oleh Nomensen Banunaek





I.         Analisa pembaca alasan penulisan abstrak

Abstrak dari artikel ini memberikan gambaran tentang kondisi ketahanan pangan yang sedang terpuruk berkaitan dengan transisi gizi. Ketersediaan, aksesibilitas dan keterjangkauan pangan tidak menjamin kualitas gizi untuk gaya hidup aktif dan sehat. Diet di daerah perkotaan mengalami transisi gizi oleh karena intake diet tinggi lemak, garam dan produk hewani lebih rendah dari buah-buahan segar dan sayuran.  Asupan makanan yang disajikan perhari menyebabkan asupan energi yang lebih tinggi dari makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat, tapi rendah buah-buahan segar dan sayuran serta kurang keragaman nutrisi, akhirnya muncullah masalah  Obesitas dapat berdampingan dengan gizi buruk di masyarakat yang sama.  Untuk itu diperlukan pola diet menghindari kekurangan dan kelebihan gizi. Hal ini membutuhkan strategi intervensi yang bertujuan untuk memastikan pangan rumah tangga dan keamanan gizi serta promosi makanan tradisional yang sehat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit yang berhubungan dengan diet
Kata    kunci:
'Burgerization', Driver untuk Perubahan, Nutrisi Transisi, Diet Tradisional

II.        Hal yang spesifik dalam pendahuluan
Ketahanan pangan dikonseptualisasikan bertumpuh pada tiga pilar: ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan. Ketersediaan ketahanan pangan yang memadai sangat dimungkinkan oleh kemajuan dalam produksi pertanian. Aksesibilitas  paling sering berhubungan dengan memiliki sumber daya yang cukup untuk mendapatkan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi. Pemanfaatan mencerminkan perhatian tentang bagaimana individu dan rumah tangga memanfaatkan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah kebutuhan dasar manusia. Apabila tidak diperhatikan akan mengakibatkan  kekurangan gizi, obesitas, penyakit dan kemiskinan.
            Pendahuluan dari artikel ini memberikan gambaran tentang kondisi ketahanan pangan yang sedang terpuruk berkaitan dengan transisi gizi. Peneliti memberikan descripsi tentang dua aspek yang meliputi aspek masalah gisi dan strategi yang digunakan untuk menanggulangi masalah gisi tersebut. Aspek masalah gisi yang dimaksudkan peneliti adalah  kekurangan gizi, obesitas, penyakit dan kemiskinan. Menurut peneliti masalah ini terjadi oleh karena tidak memadainya kecukupan ketahanan pangan dan nutirsi. Intinya salah satu masalah yang digambarkan oleh peneliti adalah masalah yang berkaitan dengan masalah gizi makro di masyarakat yakni masalah obesitas atau over nutrisi yang merupakan hasil dari kelebihan asupan kalori, protein dan lemak, serta masalah gizi mikro yakni kekurangan asupan vitamin dan mineral. Keadaan ini menggambarkan bahwa makanan yang di konsumsi oleh responden tidak tidak seimbang. Orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah hanya dapat memilih pola makan yang kurang sehat serta untuk jaman sekarang banyak perempuan memasuki dunia kerja, hal ini mengurangi waktu untuk menyiapkan makanan di rumah

III        Strategi yang dapat diadopsi untuk dikembangkan di NTT  :

1). Perbaikan ketahanan  pangan rumah tangga khususnya pada rumah tangga yang berpendapatan rendah. 2)Promosi yang optimal tentang praktik pemberian makanan yang bergizi seimbang pada bayi dan balita. 3)Promosi tentang makanan sehat, aktifitas dan istirahat. 4)Pencegahan dan pengontrolan terhadap kekurangan nutrisi. 5)Upaya dukungan untuk melindungi konsumen dalam kualitas dan ketahanan pangan. 6)Mengembangkan sektor agro-pangan untuk menjamin keamanan pangan. 7)Kebijakan gizi dan rencana aksi gizi nasional. 8)Mempromosikan pilihan makanan sehat. 9)Informasi nutrisi pada label makanan dan mengatur praktik pemasaran makanan. 10)Membangun kapasitas guru sekolah untuk promosi gizi, promosi memasak sehat di antara koki profesional. 11)Masyarakat lokal diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi penurun kolesterol. 12)Mempromosikan konsumsi makanan tradisional - kaya sayuran dan rendah lemak dengan memberikan pelatihan intensif kepada perempuan yang baru menikah tentang persiapan hidangan tradisional. 13)Pedoman diet untuk anak dan remaja. 14)Memberi perhatian khusus pada perempuan hamil dan menyusui

IV        Strategi yang sulit dikembang di NTT  berkaitan dengan transisi gizi

1) Konsumsi makanan disajikan dalam kilokalori (kkal) per kapita per hari, 2) Perubahan pola konsumsi. 3) Kebijakan gizi dan rencana aksi gizi nasional. 4) Informasi nutrisi pada label makanan dan mengatur praktik pemasaran makanan. 5) Membangun kapasitas guru sekolah untuk promosi gizi, promosi memasak sehat di antara koki profesional. 6) Masyarakat lokal diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi penurun kolesterol. 7) Pedoman diet untuk anak dan remaja. 8) Memberi perhatian khusus pada perempuan hamil dan menyusui

IV        Kesimpulan :
            Hasil diskusi kelompok memberi kesimpulan bahwa transisi gizi yang terjadi di wilayah ASEAN dibandingkan dengan wilayah NTT tidak jauh berbeda masalah yang ditemukan dengan kenyataan yang ada. Dimana Kehidupan masyarakat di perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan gizi makro serta kekurangan gizi mikro. Hal ini disebabkan karena ketersediaan makanan cepat saji dan keterbatasan waktu dalam pengolahan makanan. Sedangkan masyarakat di pedesaan lebih banyak mengalami gizi buruk. Hal ini disebabkan karena kebiasaan masyarakat desa mengkonsumsikan makanan tidak memperhatikan kualitas tetapi cenderung lebih pada kuantitas, serta tidak mempunyai pemahaman yang cukup tentang kualitas makanan dengan gizi seimbang. Berikut karena daya beli yang tidak terjangkau

V         Rekomendasi
1.        Pemerintah :
a.         Melakukan intervensi bagi status ekonomi masyarakat yang rendah melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
·      Promosi tentang kegiatan kewirausahaan  mandiri berbasis masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada misalnya peternakan ayam, babi, kambing, sapi, KSP, KSU, pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber apotik hidup dan dapur hidup
·      Subsidi alat-alat pertanian untuk pemanfaatan lingkungan serta membantu meningkatkan ekonomi rakyat
·      Membuat program pendidikan dan pelatihan tentang pengolahan pangan lokal yang bersih dan sehat
·      Menggalang kemitraan antara pemerintahan dengan dunia usaha di berbagai tingkat
·      Adanya koordinasi pemerintah dengan akademisi, kelompok profesional dan kelompok konsumen untuk bekerja sama dalam memerangi masalah gizi yang ada
b.        Melakukan upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif melalui: penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk, Perawatan balita gizi buruk, Pendampingan balita gizi buruk, Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk, Balita yang sembuh dan perlu PMT dikembalikan ke pusat pemulihan gizi untuk diberikan PMT
c.         Melakukan upaya kesehatan promotif dan preventif melalui :Pendidikan atau penyuluhan gizi melalui promosi keluarga sadar gizi (kadarzi), Revitalilasasi Posyandu, Pemberian MP-ASI bagi balita dari keluarga miskin, Bantuan pangan darurat, PMT balita, ibu hamil dan pembagian beras bagi keluarga tidak mampu, Meningkatkan pemantauan dan evaluasi dari setiap program untuk mengurangi angka gizi buruk, Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan derajat kesmas
2.        Pendidikan
a.         Peningkatan kegiatan promotif melalui kegiatan di pusat pelayanan kesehatan masyarakat oleh tenaga kesehatan
b.        Meningkatkan penelitian yang berhubungan dengan masala Gizi dan transisi Gizi di wilayah perkotaan maupun wilayah pedesaan
c.         Konseling gizi tentang ASI Eksklusif, MP-ASI dan gizi seimbang
3.        Masyarakat atau Organisasi :
a.         Konsumsi makanan tradisional pokok dan tanaman pangan tradisional lainnya seperti ubi jalar, ubi kayu, kacang-kacangan dan minyak sayur
b.        Menanamkan kebiasaan makan yang sehat dan hidup aktif dari muda
c.         Memainkan peran dalam transisi gizi dengan membentuk pasar pangan lokal untuk memacu pertumbuhan ekonomi keluarga yang tinggi
d.        meningkatkan ketersediaan pangan dengan pemanfaatan lingkungan
e.         Lumbung padi yang ada akan diperkuat melalui sistem manajemen padi terpadu dan sistematis
f.         mengikuti pelatihan teknik pengolahan makanan lokal
g.        berperan aktif dalam kegiatan pemerintah yang berkitan dengan peningkatan status gizi masyarakat seperti pembudidayaan tanaman obat keluarga, dapur hidup, dan pemanfaatan sumber daya yang ada.
h.        Memperbaiki Pola asuh ibu dan anak
i.          Pemantauan pertumbuhan anak melalui kegiatan penimbangan anak di Posyandu
j.          Penggunaan garam beryodium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar