Rabu, 22 Oktober 2014



JURNAL PENELITIAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PEMANFAATAN KUALITAS MEDIA CUCI TANGAN DENGAN PRAKTEK PHBS SEKOLAH MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA KELAS V SD INPRES DI WILAYAH KELURAHAN NAIKOTEN I KUPANG TAHUN 2013

Nomensen Loit Banunaek¹, Marylin S. Junias², Sintha L. Purimahua²
1 Alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, FKM UNDANA
2 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, FKM UNDANA

Elementary school students as the future generation need to be protected in terms of their health condition. The insufficient knowledge about clean and healthy behavior has resulted in the low level of washing hands with soap behavior among these students. This research was aimed for finding the relation between the knowledge and the use of washing hands equipments with PHBS washing hands with soap on grade 5 INPRES Elementary Schools in Naikoten 1 Subdistrict Kupang. This is an analytical survey in the form of cross sectional study which included 99 students in grade 5 as the participants. The results were presented in terms of five parameters. First, 58,6 % of the sample aged 10 while the other 41,4 % were 12 years old. Second, in terms of gender, 58,6 % of the participants were girls while the other 41,4 % were male students. Third, in terms of knowledge, 94,9 % of the sample had good knowledge however, the other 5,01 % did not have good knowledge. Fourth, regarding quality of washing hands equipments, 80 % of the students had good quality of the equipments; unfortunately, the other 20 % stated that they did not have proper equipments. Fifth, concerning the use of washing hands equipments, 49,5 % of the sample said that they used the equipments while the other 50,5% admitted that that did not use the equipments. Lastly, in terms of conducting PHBS, 63,6% of the students did PHBS but the other 36,4% did not do PHBS. The statistical analysis showed that there was correlation between the level of knowledge and conducting PHBS washing hands with soap (p < 0,05). Another result is there was the relation between the use of quality washing hands equipments and conducting PHBS washing hands with soap (p<0,05). Following these results, the schools, parents and health care facilities are encouraged to provide information about PHBS washing hands with soap and keep the existing washing hands facilities in good conditions. 

Keywords       : knowledge, use of quality of washing hands equipments
References      : 46 (1986-2012)


PENDAHULUAN
               Kesehatan merupakan hak dasar manusia yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu diperhatikan dan ditingkatkan kualitasnya, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2015. Visi Indonesia sehat 2015 yang telah ditetapkan Departemen

Kesehatan, merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu, kehidupan rakyat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2006).
            Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah anak usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advocasi), bina suasana (Social support) dan pemberdayaan masyrakat (Empowerment) demi terwujudnya derajat kesehatan masyrakat (Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI 2006).
         Kondisi PHBS di Kota Kupang dapat dilihat dari angka peningkatan kasus kejadian diare pada tahun 2012, yakni berjumlah 7271 kasus. Peningkatan kasus ini sangat dipengaruhi oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama terhadap ketersediaan air bersih dimasyarakat. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Alak dengan jumlah kasus diare 5.472, hal ini sesuai dengan kondisi Kecamatan Alak yang mempunyai keterbatasan sarana air bersih yang memenuhi syarat. Kasus diare di kota Kupang umumnya menyerang anak usia sekolah karena kurang menjaga kebersihan diri. Kasus tertinggi diare biasanya terjadi pada bulan Januari, Juli, dan Agustus (Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2012). Kondisi PHBS di Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat dilihat dari jumlah letusan KLB yang ada di NTT. Pada tahun 2009 merupakan KLB diare terbanyak setelah Sumatera Utara dengan jumlah penderita di NTT sebanyak 401 orang penderita (Depkes,2010).
         Kelurahan Naikoten I merupakan salah satu Kelurahan di wilayah Kecamatan Kota Raja yang memiliki jumlah siswa sebanyak 2.087 siswa yang tersebar di 2 Sekolah Negeri, 2 Sekolah Inpres dan 1 Sekolah Madrasah (Dinas PPO Kota Kupang, 2013). Akan tetapi dengan jumlah siswa terbanyak tersebut belum diketahui bagaimana kondisi PHBS Sekolah di daerah tersebut.
        Tingginya kasus pada anak sekolah umumnya disebabkan karena praktek PHBS anak-anak baik dirumah atau di sekolah yang kurang baik. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya. Penyebab praktik PHBS pada anak-anak belum dilakukan dengan maksimal disebabkan oleh minimnya pengetahuan anak sekolah tentang manfaat perilaku hidup bersih dan sehat karena kegiatan penyuluhan dan pendampingan jarang dilakukan, sarana yang kurang memadai atau kurangnya peran guru dan orang tua (Retnowulan, 2007).
Tujuan umum penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan Pengetahuan, Pemanfaatan kualitas media cuci tangan, Dengan Praktek PHBS Mencuci Tangan pakai sabun Pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang.Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pengetahuan) siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 2) Mengetahui Kualitas Media Cuci tangan yang dimanfaatkan oleh siswa Kelas V SD Inpres dalam mempraktekan PHBS Mencuci tangan pakai sabun di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 3) Mengetahui Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 4) Menganalisis Hubungan antara pengetahuan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, 5) Menganalisis Hubungan antara Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang.

BAHAN DAN METODE
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan studi potong lintang (cros sectional study).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini ialah Seluruh Sekolah Dasar Inpres yang berada diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, Kecamatan Kota Raja, yakni SD Inpres Naikoten I dan SD Inpres Naikoten II Kupang. Waktu Penelitian Berlangsung dari Bulan November 2013 sampai Februari 2014

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa Kelas V Sekolah Dasar Inpres yang berada diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, yang berjumlah 99 orang. Sedangkan sampel yang digunakan adalah keseluruhan populasi (total sampling) yaitu berjumlah 99 orang.

Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Data primer dalam penelitian ini meliputi data tentang karakteristik murid kelas V (umur dan jenis kelamin), pengetahuan dan praktek tentang mencuci tangan dengan air dan sabun, serta hasil observasi kualitas media cuci tangan SDI yang berada di wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang. Data sekunder adalah data-data pendukung yang relevan dengan penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dan melalui instansi maupun lembaga-lembaga terkait. Data tersebut antara lain diperoleh dari bagian tatausaha SD Inpres di wilayah Kelurahan Naikoten I dan dari Puskesmas Oebobo mengenai angka kesakitan anak usia sekolah

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah pengolahan data yaitu: pemeriksaan data (editing), penandaan (coding) pemasukan data ke komputer (entry), pembersihan data (cleaning). Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dijelaskan dalam bentuk narasi. Analisis data menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan dengan uji Chi Square ) dengan tingkat kemaknaan α 0,05.




Hasil dan Bahasan
Hasil
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan (Umur, Jenis Kelamin, dan Pengetahuan) Siswa Kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Kelompok Umur
Jumlah
(%)
9
25
25,3
10
58
58,6
11
                   12
12,1
12
                    4
4,0
Jumlah
99
100
Jenis Kelamin


Laki-laki
41
41,1
Perempuan
58
58,6
Jumlah
99
100



Tingkat Pengetahuan
Jumlah
(%)
Baik
94
94,9
Buruk
5
5,1
Jumlah
99
100


Tabel 1. menunjukkan bahwa umur Responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 10 tahun yaitu sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 12 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,0%) dengan jenis kelamin yang paling banyak berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling sedikit berada pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (41,4%). Sedangkan Untuk Pengetahuan menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 94 orang (94,9%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 5 orang (5,1%).  

Tabel 2. Distribusi Kualitas Media Cuci Tangan yang dimanfaatkan oleh siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang dalam Mempraktekan PHBS Mencuci Tangan pakai sabun Tahun 2013.
Kualitas Media Cuci Tangan
Jumlah Media
(%)
Baik
4
80,00
Buruk
1
20,00
Jumlah
5
100
Kualitas Media Cuci Tangan
Jumlah
%
Baik
49
49,5
Buruk
50
  50,5
Jumlah
99
100

Tabel 2. Menunjukkan bahwa kualitas media cuci tangan kategori baik yang berada di SDI Naikoten II berjumlah 4 buah media cuci tangan (80,0%) dan kualitas media cuci tangan kategori buruk berada di SDI Naikoten I berjumlah 1 buah media cuci tangan (20,0%), Sedangkan untuk pemanfaatan kualitas media cuci tangan responden melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun pada kualitas media cuci tangan kategori baik yaitu sebanyak 49 orang (49,5%), sedangkan kualitas media cuci tangan kategori buruk yaitu sebanyak 50 orang (50,5%)

Tabel 3. Praktek PHBS mencuci Tangan Pkai Sabun pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Praktek PHBS
Jumlah
(%)
Ya
63
63,6
Tidak
36
36,4
Jumlah
99
100


Tabel 3. Menunjukkan menunjukkan bahwa paling banyak responden melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 63 orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%).

Tabel 4. Analisis Hubungan Antara Pengetahuan, Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan Praktek PHBS Mencuci Tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
Pengetahuan
Praktek PHBS
Jumlah
(%)
P- value
Ya
Tidak
N
(%)
N
(%)
Baik
63
63,6
31
31,3
94
94,9
0,005
Buruk
0
0
5
5,1
5
5,1
Jumlah
63
63,6
36
36,4
99
100
Kualitas Media Cuci Tangan
Praktek PHBS
Jumlah
(%)
P-value
Ya
Tidak
N
(%)
N
(%)
Baik
49
49,5
0
0
49
49,5
0,0001
Buruk
14
14,1
36
36,4
50
50,5
Jumlah
63
63,6
36
36,4
99
100

Tabel 4. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan mempraktekan PHBS sebanyak 63 responden (63,6%), sisanya 31 responden (31,3%) tidak mempraktekan PHBS. Sedangkan 5 responden (5,1%) berada pada pengetahuan buruk dan tidak mempraktekan PHBS. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,005 dimana p<α, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan pemanfaatan menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori baik semuanya melaksanakan praktek PHBS yaitu sebanyak 49 responden (49,5%), sedangkan responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori buruk hanya 14 responden (14,1%) yang melakukan praktek PHBS, sisanya 36 responden (36,4%) tidak mempraktekan PHBS. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,0001 dimana p<α, sehingga ada hubungan antara pemanfaatan kualitas media cuci tangan dengan Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun.

Bahasan
1.    GambaranKarakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pengetahuan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013

   Anak Sekolah Dasar merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah murid Sekolah Dasar yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga anak Sekolah Dasar berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan Sekolah, keluarga maupun masyrakat (Proverawati, 2012).
            Usia anak Sekolah Dasar khususnya pada siswa kelas V SDI di wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang  sangat berfariasi yaitu mulai umur 9 tahun hingga 12 tahun. Tabel I menunjukkan bahwa umur Responden yang paling banyak yaitu pada kelompok umur 10 tahun  sebanyak 58 orang (58,6%), dan yang paling sedikit pada kelompok umur 12 tahun sebanyak 4 orang (4,0%). Kelompok usia ini sangat mempengaruhi terhadap tercapainya program PHBS di tatanan Institusi pendidikan khususnya dalam praktek mencuci tangan pakai sabun. Usia anak Sekolah Dasar tersebut membutuhkan peran bimbingan baik orang tua maupun guru untuk mengarahkan siswa terhadap praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun, pada usia ini juga seorang siswa memiliki pemahaman intelektual yang sangat bagus dimana seorang siswa akan terus mencaritau hal-hal baru yang ia temui, serta menaati setiap peraturan yang disampaikan oleh orang tua atau gurunya. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa periode intelektualitas atau periode keserasian bersekolah dimana pada umur 9 sampai 12 tahun seorang anak biasanya menunjukkan ciri: adanya korelasi positif yang cukup tinggi antara kondisi fisik dengan prestasi, tunduk kepada peraturan, punya minat terhadap kehidupan praktis, realistik ingin tahu dan ingin belajar, serta membutuhkan guru atau orang dewasa untuk membimbing dan mengarahkan terhadap hal-hal yang baru diketahuinya. Selain umur, jenis kelamin juga merupakan bagian dari karakteristik responden.
            Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa Kelas V SDI di wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang dapat dilihat pada tabel I dimana, paling banyak responden berjenis kelamin perempuan yaitu 58 orang (58,6%), dan paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yaitu 41 orang (41,4%) dimana pembagian jenis kelamin ini terbagi dalam dua lokasi SDI yaitu siswa kelas V SDI Naikoten I laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak 24 orang.sedangkan siswa kelas V SDI Naikoten II  laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan sebanyak 34 orang.
          Begitupun hal nya dengan karakteristik responden berdasarkan pengetahuan siswa kelas V SDI di wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang, tabel I menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 94 orang (94,9%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 5 orang (5,1%). Pengetahuan baik pada siswa disebabkan karena siswa sering dibekali dengan informasi tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun, sedangkan pengetahuan buruk pada siswa di sebabkan siswa kurang memperhatikan tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun, daya tangkap dan penalaran siswa yang sangat rendah, serta siswa jarang masuk sekolah sehingga penyampaian informasi tentang PHBS tidak sampai ke responden.  Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu program PHBS di tatatan sekolah, dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa/siswi diharapkan adanya implikasi berupa praktek tentang mencuci tangan pakai sabun dan dapat menyebarkan informasi tersebut kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan yang baik diikuti oleh gaya hidup dan motivasi untuk melindungi diri yang lebih baik.
2.    Kualitas Media Cuci tangan yang di manfaatkan oleh siswa Kelas V SD Inpres dalam mempraktekan PHBS Mencuci tangan pakai sabun di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013

            Media cuci tangan adalah suatu aktivitas dari manusia didalam memanfaatkan media yang ada dalam mempraktekan PHBS mencuci tangan pakai sabun. Tujuan dari mencuci tangan pakai sabun yaitu untuk memutuskan mata rantai kuman penyakit sehingga terjadi upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan menggunakan media mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
            Penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa kualitas media cuci tangan kategori baik yang dimanfaatkan oleh siswa Kelas V SDI Naikoten II berjumlah 4 buah media cuci tangan (80,0%) yang digunakan oleh 49 orang (49,5%) dan kualitas media cuci tangan kategori buruk yang dimanfaatkan oleh siswa kelas V SDI Naikoten I berjumlah 1 buah media cuci tangan (20,0%) yang digunakan oleh 50 orang (50,5%).
            Kualitas media cuci tangan sangat mempengaruhi terhadap pencapaian pelaksanaan PHBS mencuci tangan pakai sabun. Kualitas media cuci tangan yang baik dimana menurut Notoatmodjo (2012) tersedianya air bersih, adanya sabun, menggunakan air mengalir, adanya serbet/tisu kering, media terbuat dari bahan parmanen atau non parmanen, serta adanya SPAL.
3.   Praktek PHBS Mencuci tangan pakai sabun pada Siswa Kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013

            Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hanya meliputi pengetahuan, akan tetapi praktek adalah tindakan nyata terhadap apa yang diketahui serta bagaimana seseorang merespon apa yang diketahuinya. Setelah seseorang memiliki pengetahuan terhadap suatu objek diharapkan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Demikian pula para siswa/siswi, tindakan nyata berupa praktek mencuci tangan pakai sabun.
            Penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa paling banyak responden melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 63 orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%) . Faktor yang mempengaruhi tingginya praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun pada siswa yaitu karena sekolah yang memiliki media cuci tangan dengan kualitas baik seluruh siswa kelas V mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun karena fasilitas nya mendukung untuk siswa/siswi melakukan praktek PHBS. Selain itu, faktor penyebab rendahnya praktek PHBS adalah kurangnya kualitas media cuci tangan sehingga kurang memotivasi siswa untuk mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun, tidak tersedianya tempat cuci tangan dengan air mengalir, media tempat cuci tangan yang sangat terbatas, sabun dan alat pengering berupa handuk atau tisu juga tidak disediakan, letak media cuci tangan yang jauh, serta jumlah media tempat cuci tangan yang terbatas menyulitkan siswa untuk mempraktekan PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hal ini sejalan dengan pendapat Mu’tadin (2002) bahwa jarak dan jumlah media cuci tangan mempengaruhi secara langsung terhadap pelaksanaan praktek PHBS, dimana semakin jauh jarak atau lokasi media cuci tangan akan mempengaruhi tindakan individu untuk mempraktekan PHBS.
4.   Hubungan antara pengetahuan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013

        Pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat ditatanan Sekolah Dasar tentang mencuci tangan pakai sabun secara khusus siswa kelas V di Sekolah Dasar Inpres yang berada di wilayah Kelurahan Naikoten I merupakan hasil tahu siswa/siswi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mencuci tangan pakai sabun. Pengetahuan siswa/siswi akan berpengaruh pada praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Notoatmodjo (2003) mengatakan berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku seseorang akan bersifat langgeng (long lasting) atau berlangsung lama apabila didasari oleh pengetahuan yang baik, sebaliknya apabila tidak didasari oleh pengetahuan yang baik maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.
        Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 94 responden (94,9%) dengan sebagian besar mempraktekkan PHBS sebanyak 63 responden (63,6%), sisanya 31 responden (31,3%) tidak mempraktekkan PHBS, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk seluruhnya tidak mempraktekkan PHBS yaitu sebanyak 5 responden (5,1%). Hasil uji statistik pada tabel 4 diperoleh nilai p = 0,005 < α 0,05, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan  sehat. Pengetahuan siswa/siswi tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun sangat baik, dimana hal ini dipengaruhi oleh pemberian informasi yang biasa dilakukan oleh pihak sekolah baik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan maupun pihak luar dalam hal ini lembaga pemerintah, dan lembaga pengabdian kepada masyarakat Universitas Nusa Cendana dalam bentuk penyuluhan dan simulasi mencuci tangan pakai sabun. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Faktor lain yang turut mempengaruhi yaitu kebiasaan siswa yang ingin tahu dan ingin belajar tentang hal baru yang ia temui.
        Pengetahuan yang baik selalu diikuti dengan gaya hidup yang baik maupun motivasi didalam melakukan suatu tindakan. Pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi keberhasilan program PHBS di tatanan Sekolah. Dengan demikian siswa dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan PHBS mencuci tangan pakai sabun, dan siswa dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
        Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau praktek seseorang (ovent behavior) dimana proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Dempsey (2005) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh anak sekolah dalam proses belajar akan diaplikasikan dalam bentuk tindakan atau praktek secara nyata.
        Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jemadu (2013) bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa di SDN Sikumana I Tahun 2013 (p= 0,013< α 0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi (2011) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD Islamadinah Semarang Tahun 2011 (p=0,000< α 0,05).

5.      Hubungan antara Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang Tahun 2013
     
Media mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia dengan tujuan memutuskan mata rantai kuman dengan memanfaatkan fasilitas media cuci tangan yang ada sehingga terjadi upaya pencegahan penyakit. 
Syamriloade (2011) dalam Suan (2012) mengemukakan bahwa kualitas media cuci tangan merupakan titik tolak terhadap penunjang keberhasilan suatu program kegiatan PHBS dimana didalamnya terdapat jenis peralatan seperti (wastafel, SPAL), perlengkapan kerja seperti (ketersediaan air bersih, sabun cair, serbet) dan fasilitas yang berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Demikian halnya dengan PHBS mencuci tangan pakai sabun pada siswa/siswi kelas V diwilayah Kelurahan Naikoten I Kupang. Siswa/siswi membutuhkan kualitas media cuci tangan yang dapat mendukung mereka dalam melakukan praktek PHBS secara baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori baik yaitu 49 responden (49,5%) dan seluruhnya mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun, sedangkan responden yang memanfaatkan kualitas media cuci tangan kategori buruk yaitu 50 responden (50,5%), dengan sebagian besar tidak mempraktekkan PHBS sebanyak 36 responden (36,4%) dan sisanya 14 responden (14,1%) mempraktekkan PHBS. Hasil uji statistik pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai p = 0,0001 <α 0,05, artinya ada hubungan antara pemanfaatan kualitas media cuci tangan dengan Praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun  dipengaruhi oleh pemanfaatan kualitas media cuci tangan.
Green dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor pemungkin atau pendukung meliputi kualitas atau sarana yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang. Selain itu menurut Snehandu B. Karr (Notoatmodjo, 2010), determinan perilaku dipengaruhi karena adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang dimiliki. Tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi.
Sekolah seharusnya menyediakan media cuci tangan dengan kualitas yang baik agar mendukung siswa/siswi dalam mempraktekkan PHBS mencuci tangan pakai sabun. Lingkungan sekolah yang didukung dengan sarana dan prasarana yang baik adalah bagian dari lingkungan yang menjadi wadah bagi siswa/siswi dalam mempraktekkan PHBS. Pengetahuan yang dimiliki siswa/siswi belum cukup untuk menjamin terjadinya PHBS terutama dalam praktek cuci tangan pakai sabun tetapi harus didukung dengan kualitas media cuci tangan yang baik (Andriadi, 2011).
            Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jemadu (2013) bahwa ada hubungan antara kualitas media dengan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa di SDN Sikumana I Tahun 2013 (p=0,000< α 0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Andriadi (2011) bahwa ada hubungan antara sarana, prasarana dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/siswi di SMP 258 Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2011 (p= 0,000< α 0,05)

PENUTUP
A. Simpulan

1.    Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I, memilki kelompok umur paling banyak 10 tahun yaitu 58 orang (58,6%) dan yang paling sedikit pada kelompok umur 12 tahun yaitu 4 orang (4,0%), berdasarkan jenis kelamin siswa paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 58 orang (58,6%) dan yang paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yaitu 41 orang (41,4%) sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 94 orang (94,9%), dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 5 orang (5,1%).
2.    Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I melaksanakan PHBS mencuci tangan pakai sabun pada kualitas media cuci tangan kategori baik berjumlah 4 buah media (80,0%) yang digunakan oleh 49 orang (49,5%), sedangkan kualitas media cuci tangan kategori buruk berjumlah 1 buah media (20,0%) yang digunakan oleh 50 orang (50,5%).
3.    Siswa kelas V SDI di Wilayah Kelurahan Naikoten I paling banyak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 63 orang (63,6%), sedangkan yang tidak melaksanakan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 36 orang (36,4%).
4.   Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang (p = 0,005 < α 0,05).
5.      Ada Hubungan antara Pemanfaatan Kualitas Media Cuci Tangan dengan praktek mencuci tangan pakai sabun pada siswa kelas V SD Inpres di Wilayah Kelurahan Naikoten I Kupang ( p = 0,0001 <α 0,05).

B.  Saran

1.    Bagi Instansi Terkait
a.    Bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang
Dapat mengupayakan bermitra dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga dan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM) yang bergerak dibidang Kesehatan Sekolah seperti melaksanakan sosialisasi, penyuluhan, dan advokasi.
b.   Bagi Puskesmas Oebobo
Perlu pendampingan dalam memonitoring Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai unit yang membidangi program PHBS di tatanan Sekolah
2.   Bagi Sekolah
a.  Mengaktifkan Usaha Kesehatan Sekolah,     para kader UKS, dan dokter Kecil .
b. Membiasakan pola perilaku hidup bersih dan sehat seperti teladan dalam hal mencuci tangan sebelum makan, sesudah dari kamar mandi, dan sesudah memegang sampah.
c.  Menjaga kesehatan Lingkungan dengan mengadakan lomba kebersihan kelas
3.   Bagi Siswa
Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat menjadi agent of chanfes dengan memberitahukan informasi tentang PHBS mencuci tangan pakai sabun kepada teman sebaya, dan dapat mempraktekkan PHBS didalam kehidupan sehari-hari.
4.   Bagi Peneliti Lain
Perlu adanya penelitian lanjutan pada tatanan PHBS di Institusi Pendidikan dengan melihat faktor lain seperti peran guru, peran orang tua siswa, atau peran kader UKS dalam mewujudkan praktek PHBS mencuci tangan pakai sabun di tatanan Sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar