Kamis, 23 Oktober 2014

SCREENING TEST



2.1  Pengertian Screening
Screening atau penyaringan adalah suatu usaha mencari / mendeteksi penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes / pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Penyaringan bukan diagnosis, sehingga hasil yang di dapat betul-betul didasarkan pada hasil pemeriksaan tes tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinik dilakukan kemudian.

2.2  Tujuan dan keuntungan pelaksanaan screening
-          Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena penyakit (population at risk).
-          Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan, tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya, dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari.
-          Mendidik dan membiasakan masyarakat memeriksakan diri sedini mungkin.
-          Mendapat keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.
-          Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan selain mewaspadai dan melakukan pengamatan terhadap setiap gejala-gejala dini.

Dengan demikian penyaringan meupakan bagian dari survey epidemiologi tuk menentukian frekuensi kejadian atau riwayat perjalanan alamiah suatu keadaan atau penyakit atau pencegahan penularan dan perlindungan kesehatan masyarakat, misalnya penggunaan pemeriksaan X-ray massal tuberculosis paru.



2.3  Langkah-langkah melaksanakan screening
Langkah-langkah yang ditempuh pada screening secara garis besar dapat  dibedakan atas 6 tahap yaitu :
-          Tahap menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui. Dimana tahap ini terlebih dahulu mengumpulkan berbagai keterangan-keterangan yang diperoleh yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut, lalu diseleksi, kemudian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi jelas criteria penyakit yang akan dicari.
-          Tahap menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penemuan masalah kesehatan. Langkah kedua ini ialah menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan. Cara pengumpulan data yang baik  ialah yang sensitivitas dan spesivitasnya tinggi.
-          Tahap menetapkan kelompok masyarakat yang akan dikumpulkan datanya, yakni yang menyangkut sumber data, criteria responden, jumlah sampel dan cara pengambilan sampel, sebagaimana yang dilakukan pada survey penyakit.
-          Tahap melakukan penyaringan. Penyaringan tersebut dilakukan dengan memanfaatkkan criteria masalah kesehatan serta cara pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya ialah ditemukannya kelompok masyarakat yang diduga menderita masallah kesehatan yang harus dipisahkan dari kelompok masyarakat yang tidak mempunyai masalah kesehatan.
-          Tahap mempertajam penyaringan ialah mempertajam hasil penyaringan, sehingga diperoleh kelompok masyarakat yang benar-benar menderita masalah kesehatan yang ingin diketahui.
-          Tahap menyusun laporan dan tindakan lanjut. Data yang diperoleh diolah untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan. Hasil dari pekerjaan penyaringan ialah berupa data tentang masalah kesehatan yang ingin diketahui.

2.4 Hasil Screening
Hasil dari screening berupa data tentang masalah kesehatan yang ingin diketahui . selanjutnya dari hasil pengolahan data, dapat pula diketahui nilai sensitifitas serta nilai spesifitas dari jenis pemeriksaan yang diperguinakan, disamping beberapa nilai lainnya seperti nilai :
a.       True positive yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita penyakit. Dengan hasil tes yang positif pula.
b.      False positive yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tetapi tes menunjukan hasil yang positif.
c.       True negative yang menunjuk pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil tes yang negative pula.
d.      False negative yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita penyakit tapi hasil tes adalah negatif.
  • Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes
  • Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar benar sakit
  • Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negative yang benar benar tidak sakit

Rumus predictive Value:

PPV: TP / (TP + FP)

NPV: TN / (TN + FN)


2.5 Prinsip-prinsip dasar screening
1.      Kesasihan (validitas), ditenteukan oleh ukuran-ukuran sensifitas dan spesifitas.
2.      Keterandalan (realibitas)
3.      Hasil (yield), yaitu semua individu yang diemukan menderita penyakit di masyarakat.
Faktor yg mempengaruhi yield:
a)      Derajat sensitivitas tes
b)      Prevalensi penyakit
c)      Frekuensi penyaringan
d)     Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Teknik uji screening harus memenuhi syarat-syarat antara lain :
Mudah dilakukan, cetpat, murah, dan harus dilakukan oleh teknisi atau tenaga kesehatan yang paham tentang masalah yang akan disaring.

2.6 Kriteria Screening
Screening dilaksanakan dengan criteria tertentu yaitu :
Ø  Tersedianya obat  yang potensial dan memungkinkan bagi mereka yang dinyatakan menderita
Ø  Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
Ø  Penyakit lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan dan tes khusus.
Ø  Pemeriksaan Screening memenuhi syarat untuk tingkat sensitifitas dan spesifitas.
Ø   Teknik dan cara pemeriksaan harus dapat diterima masyarakat secara umum.
Ø  Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan pasti.
Ø  Ada standar yang disepakati dengan mereka yang menderita.
Ø  Biaya yang digunakan harus seimbang denghan resiko biaya bila tanpa Screening.
Ø  Harus dimungkinkan untuk dapat terfollow up, dan kemungkinan pencarian penderita secara berkesinambungan.
Ø  Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
2.7 Validitas
Screening merupakan tes awal yang baik untuk dapat memberikan indikasi individu mana yang benar-benar dan mana yang tidak menderita suatu penyakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu sensitivitas dan spesivitas. Sensitivitas ialah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif, dan benar sakit. Spesivitas merupakan kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan tes negative, dan benar tidak sakit.
Kedua indeks statistic tersebut, diguanakan dalam epidemiologi untuk menyatakan masalah secara kuntitatif dan merupakan alat yang penting dalam analisis data epidemiologi dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesivisitas.

2.8 Reliabilitas
Bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil yang konsisten makan dikatakan reliable. Reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberpaa factor antara lain,
1.      Variable alat yang dapat ditimbulkan oleh komponen berikut.
a.       Stabilitas reagen.
b.      Stabilitas alat ukur yang digunakan.
 makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan hendaknya kedua hal tersebut diuji ulang ketepatannya.
2.      Variabilitas orang yang diperiksa.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit, atau penyakit dalam masa tunans misalnya, penyakit yang berat, kurang tidur, marah, lelah, dan lain-lain. Umumnya variasi ini sulit diukur, terutama factor psikis.
3.      Variabilitas pemeriksa
Variasi pemeriksa dapat berupa:
a.       Variasi internal, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
b.      Variasi eksternal, meruapakan variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh bebrerapa orang.
Upaya untuk menanggulangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan:
1.      Standardisasi reagen dan alat ukur.
2.      Latihan intensif pemeriksa.
3.      Penentuan criteria yang jelas.
4.      Penerangan kepada orang yang diperiksa.
5.      Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.
2.9 Nilai ramal
Nilai prediktif adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitifitas dan spesivitas serta prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita. Nilai prediktif dapat positf artinya mereka dengan tes positif yang juga menderita penyakit, sedangkan nilai prediktif negatif artinya mereka yang dinyatakan negative juga ternyata tidak menderita penyakit.
Nilai prediktif positif sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakta dengan ketentuan, makin tinggi prevalensi dalam masyarakat, makin tinggi pyula nilai nilai prediktif positif dan sebaliknya. Dengan nilai prediktif positif dipengaruhi oleh besarnya spesivisitas dari tes.
Hasilnya dapat dipercaya selagi tetap memperhatikan nilai rehabilitsa, validitas, dan kekuatan tes berdasarkan sensivitas dan spesivitas. 
Contoh :
Aplikasi penyaringan tes pada penyakit cacing (hasil penilitian Pius Wiraman dan Orance Nuban)
a.       Validitas alat skrining
Alat skrining dalam penelitian ini adalah pemeriksaan mikrokopis dengan metode langsung. Sedangkan yang menjadi standar emas adalah pemeriksaan dengan metode kato-katz. 150 subjek diambil spesimennya untuk diperiksa dan didapatkan metode pemeriksaan dengan kato-katz yang positif ascaris lumbricoides sebanyak 68 anak (45,3%), cacing tambang 12 anak (8,0%0 dan yang positif thricuris thricura sebanyak 4 anak ( 2,7%). Sedangkan hasil pemeriksaan dengan metode langusng, yang positif ascaris lumbricoides sebanyak 39 anak ( 26%), cacing tambang 4 anak (2,5%), dan yang posotof tricuris thricura sebanyak 2 anak (1,3%).
Table 1 hasil pemeriksaan feses dengan metode kato-katz dan metode langsung pada murid Sd yaswari niki-niki
No
Nama cacing
Murid yang terinfeksi cacing





Metode langsung
%
Metode kato katz
%
1
Ascaris lumbricoides
39
26
68
45,3

Trichuris triclihiura
2
1,3
4
2,7

Cacing tambang
4
2,7
12
8,0

Total
45
30
84
56
    
Validitas diketahui dengan menghitung sensitivitas, spesivisitas, nilai duga positif dan nilai duga negative.


Table 2 hasil uji screening alat diagnose kecacingan pada anak SD Yaswari Niki-niki kecamatan amanuban tengah kabupaten TTS tahun 2008.
Pemeriksaan
pemeriksaan
Metode Karo-Katz

positif
Negative

Pemeriksaan
Positif
45
0
45
Metode Langsung
Negative
39
66
105
Total

84
66
150

Sensitivitas = 45/84   x 100  = 53,57

1 komentar:

  1. Permisi kak mau tanya bagaimana yah cara menghitung sensitivitas, spesivitas, nilai duga positif dan negatif dari tabel 1 ? Terimakasih

    BalasHapus