Senin, 09 Maret 2015

KESEHATAN REPRODUKSI




ISU GENDER BERKAITAN DENGAN DAMPAK NEGATIF BEBAN GANDA

Mansour Fakih membagi manifestasi ketimpangan gender dalam marginalisasi atau pemiskinan perempuan, subordinasi, stereotip, kekerasan, dan beban ganda. Sesungguhnya ketimpangan gender tidak senantiasa merugikan kaum perempuan. Banyak kaum laki-laki yang ikut menderita karena ketimpangan gender, misalnya saja laki-laki yang tidak mampu menjadi penopang ekonomi keluarga, kemudian dicap telah gagal menjadi laki-laki; laki-laki yang karena enersi feminin-nya lebih kental kemudian lebih tertarik kepada dunia domestik dianggap sebagai 'ayam sayur' atau 'impotent'; laki-laki yang tidak terbiasa berpartisipasi atau sharing tugas-tugas rumah tangga menjadi hopeless ketika isterinya harus pergi walau sejenak; laki-laki stres menahan sekuat tenaga untuk tidak mengangis/mengekspresikan emosinya karena takut dicap 'perempuan'. Namun memang pada kenyataannya kaum perempuan lebih banyak mengalami kerugian atau penindasan dalam struktur budaya patrarki ini.  Disampaikan pada acara Sosialisasi Gender bagi Organisasi Massa di Yogyakarta 11-06-2001 2
Bahwa perempuan mengalami penganiayaan tercermin dari data-data sebagai berikut: Dua LSM terkemuka di Indonesia mengaku menerima pengaduan kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat setiap tahun. Salah satunya bahkan menyatakan menerima 71,9 persen KDRT dari seluruh kasus yang ditanganinya. Menteri negara Pemberdayaan Perempuan menyatakan 11,4 persen dari 217 penduduk /24 juta mengalami KDRT, dan penelitian Rifka Annisa menyimpulkan satu dari empat perempuan memiliki pengalaman kekerasan fisik/seksual dari pasangannya. Di seluruh dunia sekitar 1500 perempuan dibunuh oleh suami atau pacarnya setiap tahun. BBC 1989 melaporkan 100.000 perempuan dirawat karena kekerasan domestik setiap tahun di Inggris. KDRT menjadi fenomena gunung es, yang dari permukaan nampaknya kecil, namun sangat besar dan kuat di baliknya.

ISSU GENDER YANG BERKAITAN DENGAN DAMPAK NEGATIF  BEBAN GANDA
Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang mencari nafkah. Pada umumnya beban domestik menumpuk pada isteri/ibu RT sehingga ketika isteri harus aktif di luar rumah beban kerja harus dilimpahkan kepada pembantu. Pada keluarga dengan tingkatan ekonomi yang lebih rendah perempuan pekerja pada umumnya harus menerima beban berganda-ganda, baik sebagai pencari nafkah, pengasuh anak, pengurus rumah tangga, pelayan suami. Sayangnya pekerjaan rumah tangga yang amat berat itu kadang tidak mendapat apresiasi yang sepantasnya.
Bila istri ikut membantu mencari nafkah di sektor publik, berarti istri telah melakukan perluasan dari sektor domestik, tetapi beban domestik tidaklah berkurang, suami tidak serta merta ikut berpartisipasi di sektordomestik. Tanggung jawab isteri jadi berganda. Double garden atau yang biasanya disebut beban ganda, merujuk kepada kenyataan bahwa perempuan cenderung bekerja lebih lama dan lebih sedikit harinya dibandingkan laki-laki sebagaimana biasanya mereka terlibat dalamtiga peran gender yang berbeda-reproduksi, produksi dan dan peran dimasyarakat. Beban ganda perempuan merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender yang tidak hanya terjadi di lapisasn sosial kelas atas dan menengahsaja. Beban ganda juga terjadi pada lapisan sosial kelas bawah, seperti dalam sebuah komunitas marginal. Komunitas marginal merupakan sebuah bagian masyarakat yang memiliki lokalitas di wilayah tertentu, memiliki batas-batas tertentu, memiliki interaksi sosial yang lebih besar diantara para anggotanyabila dibandingkan dengan anggota di luar kelompoknya, dan memiliki ciri yang sama.Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis danpermanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka diwilayah domestic. Upaya maksimal yang dilakukan mereka adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya.
Perempuan yang melakukan pekerjaan di luar rumah seperti bertani,berdagang, membuat emping atau kesed juga tetap harus melakukan kerja-kerja reproduksi. Sehingga dalam sehari semalam, sebagian besar waktu perempuan dicurahkan untuk keluarganya. Berbagai observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan hampir 90 persen dari pekerjaan dalam rumah tangga. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestic. Berbagai bentuk diskriminasi merupakan hambatan untuk tercapainya keadilan dan kesetaraan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan laki-laki, karena dapat menimbulkan:
a)      Konflik 
b)      Stres pada salah satu pihak

Relasi gender yang kurang harmonis, perempuan harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan makanan, membersihkan rumah dan dapur, mengasuh anak kemudian melakukan pekerjaannya sampai tengah hari untuk istirahat sejenak. repotnya, ketika istirahat pun perempuan masih dibebani dengan pekerjaan di rumah; menyiapkan makan siang, mengasuh anak. Setelah itu baru melanjutkan pekerjaannya sampai sore. Untuk kembali melakukan pekerjaan reproduktif sampai malam.
Selain mempunyai tanggung jawab pada pekerjaan dan keluarga, wanita juga mempunyai tanggung jawab lainnya yakni terhadap orang tua baik berupa tanggung jawab moril, dana, maupun kesehatan orang tua. Dalam menjalankan beban ganda wanita merasa terdapat beberapa kesulitan yang mereka rasakan, diantaranya ialah rasa lelah setelah pulang bekerja, waktu yang terbatas untuk mengerjakan pekerjaan rumah, terbatasnya waktu untuk mengasuh anak terutama pada saat anak sakit. Kesulitan-kesulitan ini seringkali menimbulkan stress dalam diri wanita, sehingga wanita mengatasi masalah-masalah tersebut dengan cara mengurangi beban kerja rumah tangga dengan bantuan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, tidak jarang pula wanita mengambil cuti apabila anak sedang sakit untuk merawat maupun membawanya ke dokter, selain itu refreshing dilakukan wanita untuk mengatasi rasa lelah dan stress bila sudah menumpuk.


Sumber :
Ciptoningrum, Palupi. 2011. Bab V. Beban Ganda Penyakit.

Prasetya, Andhyka. http://andhykaprasetya.wordpress.com. Diakses Tanggal 20 Mei 2013.

Purbani, Widyastuti. 2011. Memahami Persoalan Gender di Indonesia. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Puspitawati, Herien. 2010.  Makalah Seminar : Pengintegrasian Isu Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pengambangan Ekonomi Perempuan. Bogor: Institus Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar