Senin, 09 Maret 2015

MENGEMBANGKAN STRES PADA REMAJA



Nomensen Banunaek.,S.KM
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa, sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil. Masa remaja adalah masa goncang yang terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional.. Perubahan-perubahan emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri dan faktor dari lingkungan. Perkembangan emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia remaja cenderung memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis sehingga perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada emosi yang positif. Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah sehingga perlu upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar emosinya dapat terkontrol dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat memperbaiki moral dan perilaku remaja.
Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori (2010: 63), mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dapat juga diasumsikan suatu keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang. Begitu pentingnya sebuah emosi dalam pribadi seseorang dapat mempengaruhi kehidupan sehingga manusia dapat menampilkan karakter atau kepribadiannya, oleh sebab itu perlunya remaja belajar tentang emosi sehingga dapat mengendalikannya dengan baik emosinya, sehingga tidak sampai terjadi penyimpangan emosi yang mengganggu psikologis seseorang bahkan sampai mengganggu perkembangan psikologis remaja dan lebih lanjut dapat menjadikan gangguan jiwanya. Menurut Zakiah Daradjat (1994: 35-36) bahwa perilaku remaja tidak stabil, keadaan emosinya mudah tergoncang, condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya saja. Pengendalian emosi pada masa remaja sangat penting dilakukan oleh remaja itu sendiri tetapi harus dibarengi dengan pengetahuan dan pengalaman dari remaja yang bersangkutan sehingga bila remaja tersebut mengalami emosi yang menyimpang kearah negatif dapat menanggulanginya dengan baik.
Kesehatan mental sendiri bukan hanya sekadar tidak hadirnya gangguan kejiwaan dalam dirimu, tapi juga kepada kemampuanmu untuk bisa mengatasi stres dan masalah dalam hidupmu. Jika tidak dipedulikan, kesehatan mental yang terganggu akan berakhir kepada permasalahan belajar, perkembangan, kepribadian, gangguan dalam berhubungan dan masalah kesehatan fisik. Kesehatan jiwa/kesehatan mental sendiri masih jarang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat kebanyakan masih berfokus kepada permasalahan kesehatan fisik saja. Di asumsi jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) se-Indonesia telah mencapai 1 juta orang. Diduga, pada tahun 2007, 14,1% penghuni Jakarta memiliki gangguan jiwa dan angka ini semakin meningkat. Sementara itu, di tahun 2013 ini, 22% penduduk Jawa Barat telah mengalami gangguan jiwa ringan. Tren peningkatan jumlah penghuni panti untuk ODGJ pun mulai menanjak. Penghuni Panti Harapan Sentosa 2 Sosial Bina Laras yang menangani pasien ganggungan jiwa di Jakarta Timur, setiap bulannya meningkat 5-10%. Penulis sendiri menemukan terdapat setidaknya 20 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pelajar dari berbagai daerah dengan rentang usia 15-18 tahun sepanjang Januari-Mei ini. Dengan keadaan yang memprihatinkan seperti ini, bagaimana dengan akses pelayanan kesehatan mental? Sangat banyak kasus gangguan jiwa, namun disinyalir ruang perawatan yang tersedia hanya 90.000 tempat di Indonesia. Sangat sedikit juga psikolog klinis yang telah diletakkan di PKM lokal setempat. Menurut perkiraan dari US Surgeon General, setidaknya 1 dari 5 orang anak dan remaja akan mengalami masalah kejiwaan yang cukup berat di masa sekolah mereka. Beberapa masalah kejiwaan ini lebih serius daripada yang lain, tapi semuanya tentunya berdampak kepada perilaku dan pembelajaran mereka di sekolah. Beberapa masalah kejiwaan yang dialami remaja usia sekolah ini di antaranya adalah stres dan kecemasan, khawatir menjadi target bullying, (bentuk perilaku pemaksaan) masalah dengan keluarga dan teman, kesepian atau penolakan, disabilities, depresi, tindakan melukai diri sendiri ataupun orang lain, masalah terkait seksualitas (orientasi seksual yang berbeda dari kebanyakan, tuntutan body image yang bisa terkait dengan diet berlebihan, anoreksia ataupun bulimia, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), masa pertama pubertas dan pacaran, dll), masalah akademis, hingga penyalahgunaan zat adiktif.
Jaringan sosial itu sendiri adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat.  Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial yang dapat diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat di masyarakat desa, keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin desa, antara pemimpin desa dan masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat tersebut pada umumnya .
Analisis jaringan sosial untuk memahami tindakan individu dalam konteks hubungan terstruktur. Analisis berbasis jaringan ini cocok untuk digunakan dalam menjelaskan, dan menganalisis sistem kesehatan masyarakat. Ketika analisis terhadap hubungan dalam sebuah sistem sosial dilakukan, lebih dikenal dengan analisis  jaringan  komunikasi. Analisis  ini dapat digunakan untuk mengetahui arah  hubungan,  mengemukakan  pendapat, jaringan komunikasi personal, sampai pada kekompakan jaringan  komunikasi. Berbicara tentang jaringan komunikasi social, kenyataan yang ditemukan pada prinsipnya, tugas seorang sarjana kesmas itu lebih berat dari pada profesi dokter. bidang dokter bagiannya pada kesehatan perorangan, mengobati orang yang sakit. Namun masih ada pada jenjang kepemimpinan di pusat pelayanan kesehatan masyarakat  yang dalam struktur organisasinya tidak memperhatikan penempatan personil yang sesuai dengan tingkat pendidikan serta kompetensi serta profesi yang dimilikinya. Secara manajerial akibat dari jaringan komunikasi yang tidak terstruktur sesuai kompetensi tenaga serta lokasi pelayanannya, maka peneliti menganalisa hal ini akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas dalam membangun jaringan komunikasi yang tepat sasaran
Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada pasien/pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan pasien/pelanggan atau belum.
Manusia adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas diperlukan suatu derajat kesehatan manusia yang prima sehingga dalam hal ini mutlak diperlukan pembangunan kesehatan. Untuk mendukung pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah telah menyediakan beberapa sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Salah satu fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah Puskesmas. Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka Puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas sehingga dalam hal ini Puskesmas terlebih pada Puskesmas yang dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas/sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya ditingkat Puskesmas.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
Masyarakat adalah jaringan sosial yang kompleks, terdiri dari sosial hubungan diadik dan triadik di mana satu sama lain saling terkait. Keberadaan dari hubungan sosial diciptakan oleh adanya kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai. Para pemeran di dalam jaringan sosial terikat satu sama lain oleh seperangkat/serangkaian harapan yang relatif stabil yang pada akhirnya menciptakan sejenis aturan-hukum-norma di antara mereka. Jaringan social juga menampilkan perilaku yang mirip di antara para pemerannya.  Tiap konteks social memiliki atau menciptakan sebuah jaringan sosial yang berbeda dengan jaringan lainnya. Berdasarkan paradigma jaringan komunikasi sosial ini, dengan memahami prinsip hubungan yang mengikat sejumlah aktor sehingga membentuk sebuah jaringan sosial, maka kita akan dapat memahami logika situasional, tipe pengendalian sosial, dan pertukaran social antar aktor dalam sebuah jaringan sosial; untuk menjelaskan konflik sosial, perubahan sosial, dan kendali sosial di antara mereka – dalam organisasi, negara, atau masyarakat.
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau Sumba, dengan ibu kota Waingapu propinsi Nusa
Tenggara Timur. Pulau Sumba adalah pulau karang terangkat seluas 11.845 km2, interior Sumba Timur didominasi oleh bukit – bukit karang kapur yang terjal, dataran tinggi yang menghijau dan sabana – sabana hingga daerah peisisir. Walau Sumba tidak dapat dikatakan sebagai pulau vulkanik, bagian tengah dan Selatan terutama tenggara relatif bergunung – gunung dengan puncaknya Gunung Wanggameti (1225 m). Daerah perbukitan ini subur tetapi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk lahan pertanian karena kurangnya air dipermukaan. Sebaliknya justru di dataran rendah terdapat cukup air baik dari sungai maupun air permukaan. Terdapat 88 mata air sungai yang tidak pernah mengering sekalipiun di musim kemarau. Pulau Sumba yang letaknya relatif terisolasi di sebelah selatan rangkaian kepulauan Nusa Tenggara, sesungguhnya memiliki biogeografi yang menarik.
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Masalah Remaja yang terjadi di Kabupaten ini sangat kecil namun demikian kita sebagai tenaga kesehatan masyarakat tidak dapat mengabaikan begitu saja, karena bila hal ini tidak ditangani dengan baik maka akan dapat mempengaruhi remaja – remaja lain yang berprestasi. Kita tahu bersama bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang harus dibina dan dipertahankan sehingga tercipta kader – kader bangsa yang , sehat, cerdas dan berkepribadian baik. Perlunya pembinaan pada remaja baik remaja laki – laki ataupun remaja putri (rematri).
Saat remaja adalah masa – masa dimana mereka mencari jati diri dan mengaktualisasi diri, bila dalam masa ini remaja mengalami konflik atau setres yang berkepanjangan dan remaja tersebut tidak dapat menguasai atau mengkopping dirinya dengan baik maka remaja ini akan sangat terganggu baik dari segi psikologis, mental dan sosial. Remaja tersebut akan bermasalah baik secara pribadi maupun dilingkungannya.
               Perasaan dan emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari orang-orang dan lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu garis kontinum yang bergerak dari ujung yang yang paling postif sampai dengan paling negatif, seperti: senang-tidak senang (pleasant-unpleasent), suka-tidak suka (like-dislike), tegang-lega (straining-relaxing), terangsang-tidak terangsang (exciting-subduing).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka saya tertarik untuk melakukan Observasi mengenai Peranan Remaja Dalam Kesehatan Emosional, Mental Dan Sosial Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Konflik Dan Setres Dengan Cara Yang Sehat (studi kasus di Kabupaten Sumba Timur)




B.     Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini adalah bagaimana Peranan Remaja Dalam Kesehatan Emosional, Mental Dan Sosial Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Konflik Dan Setres Dengan Cara Yang Sehat (studi kasus di Kabupaten Sumba Timur)
C.     Tujuan Penulisan
1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui Peranan Remaja dalam Kesehatan Emosional, Mental dan Sosial untuk Mencegah dan Menanggulangi Konflik dan Setres dengan cara yang sehat
2.  Tujuan Khusus
a.     Mengetahui gambaran umum kondisi Remaja Indonesia
b.     Mengetahui Peranan remaja dalam kesehatan Emosional, Mental dan Sosial.
c.      Mengetahui konflik dan setres yang terjadi pada remaja.
d.     Mengetahui bahaya remaja yang gagal mencegah dan menanggulangi konflik dan setres.
e.     Mengetahui dampak adanya konflik dan setres remaja terhadap Kesehatan Masyrakat.
D.     Manfaat Penulisan
1.  Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan  pemahaman bagi penulis dalam hal mempelajari tentang peranan remaja dalam mencegah dan menanggulangi konflik dan setres. Serta memberikan pengalaman  dalam hal kegiatan observasi lapangan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan emosional, mental dan sosial.
2.  Bagi Masyarakat
Dapat menjadi bahan bacaan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya remaja tentang pentingnya kesehatan emosional, mental dan sosial dalam mencegah dan menanggulangi masalah konflik dan setres dengan cara yang sehat.
3.  Bagi Instansi Terkait
Dapat menjadi referensi untuk pelaksanaan program yang berkaitan dengan kesehatan emosional, mental dan sosial dalam mencegah dan menanggulangi masalah konflik dan setres dengan cara yang sehat pada remaja.


BAB III
ANALISIS

A.    Gambaran Umum Kondisi Remaja di Indonesia
            Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar baik pakar hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.
            Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja. Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pernikahan usia remaja, Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan, Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja, MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalina,  HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja Miras dan Narkoba. Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan : Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%, Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%, Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun. Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun. Angka-angka di atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda, polos, energik, potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan bangsanya dapat terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan. Tanpa disadari pada saat ini, di luar sana anak-anak remaja kita sedang terjerat dalam pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak ditemukan kasus kasus yang cukup mengejutkan. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataanya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.
            Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya., memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada. Demikianlah kenyataan yang ada saat ini, ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi para orangtua, masyarakat, yang memiliki anak remaja, atau anak yang akan menuju remaja untuk dapat mencari strategi yang baik untuk melindungi anak remaja mereka dari kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka. Semoga ini bisa menjadi bahan perenungan untuk kita semua, para penentu kebijakan, para orang tua, masyarakat, maupun remaja.(Rijalihadi G)
 B.  Peranan remaja dalam kesehatan Emosional, Mental dan Sosial
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi mental remaja, yaitu : Faktor Internal. Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
              Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat. Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut
Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada, Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya), Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut, Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya, Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun lingkungan sosialnya, Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih, Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna, Memiliki integrasi kepribadian, Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya. Faktor - faktor lain yang membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah : faktor biologi Yaitu proses pertumbuhan ciri - ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri seksual primer adalah proses pertumbuhan organ – organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina dll. Ciri – ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ organ tubuh yang tidak berkaitan langsung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yg pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan yg pesat dll. Perubahan faktor biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti Sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru. Pertumbuhan fisik yang secara tiba – tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat dibandinkan teman teman sebaya lainnya dapat menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul. Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi.
Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya kepada teman – temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan kepada hal buruk seperti seks bebas, manstrubasi dan salah dalam perlakukan dirinya sendiri. faktor keluarga. Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap. remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
faktor lingkungan dan sosia
l
Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. Faktor - faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.
C.  Konflik dan Stres pada Remaja
              Stres merupakan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis yang dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang. Selain itu, stres dapat pula diartikan dengan suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Kedua pernyataan tersebut merupakan  sebagian kecil dari sekian banyak definisi mengenai stres. Banyak para ahli mengemukakan tentang definisi stres, salah satunya adalah Dr. Hans Selye yang mengemukakan bahwa stres adalah respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Selain Dr. Hans Selye, adapula Richard S Lazarus yang menyatakan stres sebagai kondisi yang dialami bila seseorang sadar bahwa dirinya dituntut untuk bertindak melebihi sumber daya personal dan sosial yang dimilikinya. Biasanya stres dikaitkan dengan penyakit kejiwaan. Namun adakalanya stres dapat dikaitkan dengan penyakit fisik. Banyak buku-buku kedokteran menyatakan bahwa hampir 50-70 % penyakit fisik disebabkan oleh stres atau tekanan. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari penyakit kejiwaan yang dapat menyerang fisik apabila daya tahan tubuh penderita dalam keadaan lemah
              Manusia haruslah menganggap bahwa stres adalah suatu tantangan dalam hidup yang memanglah harus dilalui. Tanpa adanya stres, manusia takkan hidup dengan normal. Dengan munculnya stres, manusia harus bergerak untuk melawan stres. Siapapun dapat mengalami stres, baik orang dewasa, remaja, maupun anak-anak sekalipun. Orang dewasa dapat mengalami stres ketika ia mendapatkan suatu masalah atau perubahan hidup, baik bersifat positif maupun negatif yang dapat menekan jiwa dan pikirannya. Remaja dapat pula mengalami stres ketika ia dihadapkan dengan suatu keadaan dimana terjadi perbedaan antara apa yang ada di dalam dirinya, baik dalam hati ataupun pikirannya terhadap kenyataan yang terjadi dalam kehidupan yang baru dikenalnya. Selain remaja maupun orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami stres. Mereka dapat mengalami stres ketika berada dalam kondisi atau keadaan yang memaksanya harus melakukan sesuatu. Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian stres adalah suatu bentuk respon dari dalam diri seseorang terhadap suatu keadaan yang menekan, baik jiwa maupun pikiran.
              Pengaruh dari seringnya mengalami stres akan berakibat buruk pada otak, ketidakseimbangan kimiawi. Stres juga akan berpengaruh pada kefokusan, memori, dan konsentrasi. Hal tersebut misalnya terjadi pada seorang pelajar yang seringkali mengalami stres, maka konsentrasinya akan terganggu khususnya dalam menerima pelajaran di sekolah. Ia takkan fokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya sehingga hal itu akan mengganggu prestasinya di sekolah. Selain itu, stres juga dapat berpengaruh terhadap pribadi seorang penderita stres, baik pengaruh negatif maupun positif. Bentuk pengaruh stres sebenarnya ditentukan oleh seseorang yang mengalami stres tersebut. Seseorang yang cenderung mudah menyerah dalam mengahadapi masalah akan menimbulkan pengaruh yang buruk (negatif) dari kemunculan stres tersebut. Sedangkan seseorang yang selalu berusaha untuk melawan stres yang datang akan menimbulkan pengaruh yang baik (positif) dari kemunculan stres tersebut. Stres yang dialami oleh seorang remaja memberikan pengaruh terhadap masing-masing diri remaja tersebut.
              Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari. Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang tua atau gurum harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti bertengkar, penggunaan alkohol atau narkoba. Selama dalam keadaan stres yang dialaminya, dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti anak-anak dan beberapa orang dewasa belumlah siap untuk mengatasi masalah-masalah besar sendirian. sebagai suatu kekuatan untuk berubah dan berjuang.
D.   Dampak Remaja yang Gagal Mencegah dan Menanggulangi Konflik dan stres
              Stres dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.
              Pada remaja yang stres, gejalanya adalah diare. Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur oleh saraf menjadi lebih cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala seperti nyeri perut atau diare. Faktor lainnya yang juga berperan banyak adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustasi pada masyarakat yang tinggal. Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi. Sedangkan orang dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
              Menurut Windle dan Mason ada empat faktor  yang dapat membuat remaja menjadi stress, yaitu penggunaan obat-obatan terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negatif dan masalah akademis. Garfinkel mengatakan secara umum penyebab stress pada remaja adalah:  Putus dengan pacar , Perbedaan pendapat dengan orang tua,  Bertengkar dengan saudara perempuan atau laki-laki ,  Perubahan status ekonomi pada orang tua , Sakit yang diderita oleh anggota keluarga, Masalah dengan teman sebaya . Masalah dengan orang tua
              Menurut Walker, ada empat faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stress: Faktor Biologis: Sejarah deperesi dan bunuh diri didalam keluarga , Penggunaan alkohol dan obat-obatan didalam keluarga, Siksaan secara seksual dan fisik didalam keluarga, Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga, Kematian salah satu anggota keluarga , Perceraian orang tua. Faktor  Kepribadian : Tingkah laku agresif ,  Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, tertutup, Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah , Masalah dengan tidur  atau makan. Faktor Pendidikan, Banyaknya tugas-tugas , Pelajaran yang membosankan , Tuntutan dari orang tua yang menginginkan nilai yang memuaskan,  Tekanan dari pendidik dalam hal tugas, Pendidik yang kurang menyenangkan.  Faktor Psikologis dan Sosial Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat  atau keluarga, Tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, atau penolakan sosial, Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi dan penolakan, Banyaknya tugas-tugas, dan kurang maksimalnya pembagian waktu,  Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan
              Solusi untuk Remaja yang Mengalami Stress Karena mereka masih minim pengalaman dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif maka mereka pun jadi cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele sifatnya. Solusinya adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk bereaksi secara sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya. Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi secara sehat. Misalnya dengan mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar (tidak menangis atau berteriak), melatih tehnik relaksasi dengan musik, meditasi dan olah raga, serta membiasakan untuk berpikir secara seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu masalah. Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi/mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu: CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut, Psychodinamic Psychotherapy. Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami, Interpersonal Psychoterapy. Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, Terapi Suportif. Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi. Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
              Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari. Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang tua atau guru harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres.
E.   Dampak Adanya Konflik dan Stres Remaja Terhadap Kesehatan Masyrakat
Dewasa ini setiap orang berbicara tentang stres. Secara umum pengertian stres adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan itu berlebihan sehingga menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan demikian disebut dengan istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak dapat dihindarkan. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus mengalami distres.
Perubahan-perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi mempunyai dampak pada kehidupan. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut, pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya. Stres sendiri merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang demikian cepatnya dalam abad ke duapuluh satu ini, suatu ironi kehidupan. Manusia menciptakan berbagai macam produk untuk meningkatkan taraf hidupnya, untuk hidup lebih efisien, namun dalam proses memproduksi berbagai macam produksi, manusia harus menghadapi berbagai macam kondisi, yang dapat menimbulkan stres yang lebih banyak.
            Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (di rumah, di tempat kerja atau lingkungan sosial lain), merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.
Aspek lain dari stres ialah bahwa stres membuat organisme waspada, siaga atau aktif, menggerakkan organisme. Penggerakan ini dapat bercorak intelektual, emosional, faal, atau perilaku. Seorang staf dari bagian penelitian dan pengembangan yang mengalami stres karena masalah kualitas produk yang harus ditingkatkan dapat mencapai tingkat kesiagaan intelektual yang tinggi, lebih tinggi dari biasanya. Jika tenaga kerja merasa terancam akan kena Pemutusan Hubungan Kerja, akan timbul reaksi emosional.
Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Dampak  konflik yakni :Menghambat kerjasama : Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak. Apriori : Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita. Saling menjatuhkan : Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara esame orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.

BAB IV
PENUTUP

A.   Simpulan
a.       Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”.
b.      Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis. Pada masa dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal tentang percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.
c.       Stres merupakan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis yang dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang. Selain itu, stres dapat pula diartikan dengan suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan.
d.      Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya
e.       Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru.
f.       Stres pada remaja dapat diatasi dengan baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka.
V.1     Saran
(a)  Bagi Masyarakat  Khususnya Remaja
1.    Melakukan hobi atau kegiatan yang menyenangkan hati, seperti memancing, bernyayi, ataupun yang disenangi.
2.    Melakukan olah raga secara teratur merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk membantu cara mengatasi stress. Melakukan olah raga akan bermanfaat dalam meregangkan otot-otot yang tegang, membantu mempercepat aliran darah.
3.    Jauhi minuman beralkohol dan mengkonsumsi air putih yang cukup karena air putih sangat bermanfaat dalam membantu menghilangkan stress.
4.    Masyrakat dapat mengikuti setiap penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh tenaga profesi yang ada.
(b)  Bagi Instansi Terkait
a.    Komunikasi merupakan alat terpenting dalam berorganisasi, Karena tanpa adanya komunikasi, organisasi tidak akan berjalan dengan maksimal. Jadi disarankan dalam sebuah organisasi harus dibarengi dengan komunikasi yang baik agar tercapai sebuah organisasi yang baik
b.    Melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai cara pengelolaan stress,mental,dan sosial secara baik dikalangan remaja pada tingkat SMP dan SMA
c.    Menerapkan mata pelajaran bimbingan konseling pada setiap jenjang sekolah agar dapat mengelola jati diri anak dengan baik
(b)  Kebudayaan dan Etika Khususnya bagi masyrakat
a.    Masyrakat dapat mempertahankan kebudayaan dan etika yang ada karena kebudayaan dan etika dapat memampukan kita untuk membuat keputusan lebih mudah terhadap setiap masalah yang kita hadapi.
b.    Masyrakat dapat membuka wawasan tentang kebudayaan bersosialisasi dengan cara memberikan visi baru bagi individu, kebudayaan telah memberikan visi baru bagi individu untuk bekerjasama antar personal.
c.    Memahami dan mempelajari budaya dan etika karena dengan cara demikian seseorang dapat membuat hubungan sosial antara personal menjadi utuh antara individu.        
DAFTAR PUSTAKA
Aloliliweri.2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Nusa Media, Bandung.
Azwar,S.2006. Sikap manusia,teori dan pengukurannya. Yogyakarta :         pustaka Pelajar
Adniesta.2009.http://adniestanurkhiar.blogspot.com/28 Desember 2014
Anonim, 2010, Bimbingan Bagi Orang Tua dalam Penerapan Pola Asuh    unutk Meningkatkan Kematangan Sosial Anak [Internet]. Tersedia    dalam: 14http://www.damandiri.or.id/file/muazarhabibiupibab2.pdf
Anoraga, Pandji, 2006, Psikologi Kerja, Rineka Cipta, Jakarta
BKKBN.2005. Remaja dan Kesehatan Reproduksi: BKKBN
Gunarda,Y.S.D.2001. Psikologi Remaja.Jakarta: Gunung Mulia
Goleman,D.2000. Kecerdasan emosional dalam kepemimpinan dan           organisasi. Jakarta: Gramedia pustaka Utama
Gunarsa.S.D.1988. Dasar dan teori perkembangan anak.Jakarta: Gunung            mulia
Makmun,A.S.2003. Karakteristik Perilaku dan Pribadi masa             Remaja.http://akhmadsudrajat.wordpress.com.diakses 28      Desember 2014
Muschayaroh, 18 November 2008, Persepsi Keluarga Terhadap Anak        Dengan          Retardasi Mental,, http://www.librarygunarma.ac.id             diakses tanggal 28 Desember 2014.
Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

-------------------------------. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

-------------------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar