HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSU SILOAM KUPANG
Syeni Kartina
Ratuhalin1 Nomensen L. Banunaek2 Oktovianus Matabesi2
1 mahasiswa Stikes Nusantara Prodi Gizi, 2 Dosen Stikes Nusantara Prodi Gizi E-Mail:Syeni881@gmail.com, nomensenbanunaek@gmail.com, OktovianusMatabesi@gmail.com
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap, dimana pasien diharuskan menjalani tindakan homodialisis dalam jangka panjang. Hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksis uremik dan mengatur cairan elektrolit tubuh dengan tujuan memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan desain crossectional. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan rumus simple random sampling. Sampel penelitian terdiri dari 53 pasien. Data dikumpulkan melalui kuisioner dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji chi-quare dan Spearman's.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang dengan nilai (p =0.003), dan ada hubungan hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang dengan nilai (p =0.000)
Kata Kunci : Asupan protein, Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Hemodialisis
PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi atau ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi atau ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksis uremik dan mengatur cairan elektrolit tubuh dengan tujuan untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. (Kemenkes RI, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (Pongsibidang, 2016). Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 1990 penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2013). Dari data Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia dengan umur ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 0,38%. Pada tahun 2015 kematian yang disebabkan karena gagal ginjal kronis mencapai 1.243 orang (Kemenkes RI, 2018). Menurut Data Riskesdas tahun 2018 prevalensi penyakit ginjal kronis (permil) berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun menurut provinsi Nusa tenggara Timur dari tahun 2013-2018 prevalensi gagal ginjal kronis (GGK) sebesar 0,3%, dan Data Riskesdas tahun 2018 Prevalensi Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun menurut Kota kupang sebesar 0,35.
Protein yang berarti yang utama atau yang didahulukan, berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos. Protein merupakan salah satu makronutrient yang memiliki fungsi kompleks dan berperan penting dalam berbagai ragam. Sumber protein terbagi atas dua yaitu sumber makanan hewani dan nabati yang sering dikonsumsi oleh manusia. Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik sangat penting untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak. Asupan protein pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis harus disesuaikan dengan derajat gangguan fungsi ginjal/laju filtrasi glomerulus yaitu < 25%, pada pasien yang menjalani hemodialisis sangat diperlukan peranan asupan protein 0,5-0,6 gr/kg BB/hari, rata-rata 0,5 gr/kg BB/hari agar dapat tercapai keseimbangan metabolisme protein yang optimal di dalam tubuh. Pemberian protein 0,5 gr/kg BB/hari ini haruslah diusahakan sekurang-kurangnya 60% atau 0,35 gr/kg BB/hari yaitu berupa protein dengan nilai biologik tinggi. (Oser, 1951 dalam Muchtadi, 2019)
Zat besi sangat dibutuhkan untuk kesehatan namun zat besi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya di dapat dari makanan. Zat besi yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dewasa yakni zat besi yang merupakan mineral makro yaitu sebanyak 3-5 gr di dalam tubuh (Almatsier, 2010). Hemoglobin merupakan sel darah merah yang terdapat dalam darah yang berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 di dalam tubuh (Merryana A, 2016) Pasien gagal ginjal kronik akan mengalami berbagai gangguan akibat anemia seperti gangguan aktivitas, dimana pasien dengan anemia tidak dapat melakukan aktivitas yang baik dikarenakan kadar hemoglobin (Hb) menyebabkan pasien cepat lelah, serta gangguan proses berfikir pasien karena berkurangnya suplai oksigen (O2) dan nutrisi ke otak akibat Hb yang rendah,sehingga dapat mengakibatkan gangguan proses kognitif dan kualitas hidup menurun (Sukandar, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis
METODE PENELITIAN:
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis
Lokasi dan waktu penelitian:
Penelitian ini dilakukan di RSU Siloam Kupang pada bulan mei hingga juni
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang yang berjumlah 111 orang. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Siloam Kupang yang memenuhi kriteria Inklusi dengan total samppel 53 pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan asupan protein pada pasien
hemodialisis
Asupan Protein |
Jumlah |
Persentase % |
Baik |
41 |
77.4 |
Kurang |
12 |
22.6 |
Jumlah |
53 |
100 |
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi pada pasien
hemodialisis
Asupan Zat Besi |
Jumlah |
Persentase % |
Baik |
23 |
43.4 |
Kurang |
30 |
56.6 |
Jumlah |
53 |
100 |
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kadar Hemoglobin pada
pasien hemodialisis
Kadar Hemoglobin |
Jumlah |
Persentase % |
Baik |
9 |
17 |
Kurang |
44 |
83 |
Jumlah |
53 |
100 |
Analisa Bivariat
a. Hubungan Asupan Protein dangan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis
Tabel 5. Hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis
Kadar Hemoglobin |
||||||
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
Asupan Protein |
Baik |
Kurang |
|
|
||
|
n |
% |
n |
% |
N |
% |
Baik |
9 |
17 |
32 |
60.4 |
41 |
77.4 |
Kurang |
0 |
0 |
12 |
22.6 |
12 |
22.6 |
Jumlah |
9 |
17 |
44 |
83 |
53 |
100 |
Hasil menunjukkan bahwa asupan protein dengan kategori baik memiliki kadar hemoglobin yang baik sebanyak 9 orang (17%), dan kadar hemoglobin kurang sebanyak 32 orang (60.4%). Sedangkan asupan protein kategori kurang tidak memiliki kadar hemoglobin baik 0%, sedangkan kategori kadar hemoglobin kurang sebanyak 12 orang (22.6%). Hasil analisis statistik dengan chisquare menunjukkan bahwa nilai p = 0,004 dimana p<α, hasil analisis ini juga didukung dengan analisis Spearman's rho, p=0.003 dengan Correlation Coefficient atau tingkat keeratan hubungan positif 0.245 dimana memiliki korelasi yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis. Menurut Linder (2006), menjelaskan bahwa tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia
Hal ini sejalan dengan penelitian Hasana et al. (2014) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang Salah satu zat gizi yang banyak tebuang saat hemodialisis adalah protein, saat hemodialisis asam amino yang terbuang sebesar 1-2g/jam dialisis atau diperkirakan 10-12 g protein akan hilang setiap hemodialisis. Oleh sebab itu asupan 1-1,2/kg BB ideal/hari diharapkan dapat menggantikan protein yang sebelumnya dan lebih baik di dapat dari protein hewani karena asam amino yang didapat lebih lengkap (Sari et al.,2018).
b. Hubungan Zat Besi dangan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis
Tabel 6. Hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis
Asupan Zat Besi |
|
Kadar Hemoglobin |
Jumlah |
|||
Baik |
Kurang |
|||||
n |
% |
n |
% |
N |
% |
|
Baik |
9 |
17 |
14 |
26.4 |
23 |
43.4 |
Kurang |
0 |
0 |
30 |
56.6 |
30 |
56.6 |
Jumlah |
9 |
17 |
44 |
83 |
53 |
100 |
Dari 53 Pasien menunjukan asupan zat besi dengan kategori baik memiliki kadar hemoglobin yang baik sebanyak 9 orang (17%), dan kadar hemoglobin kurang sebanyak
14 orang (26.4%). Sedangkan asupan zat besi kategori kurang tidak memiliki kadar hemoglobin baik, sedangkan kategori kadar hemoglobin kurang sebanyak 30 orang (56.6%). Hasil analisis statistik dengan chisquare menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 dimana p<α, hasil analisis ini juga didukung dengan analisis Spearman's rho, p =0.000 dengan Correlation Coefficient atau tingkat keeratan hubungan positif 0.517 dimana memiliki korelasi yang tinggi,sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis. Keterkaitan zat besi dengan kadar hemoglobin dapat dijelaskan bahwa zat besi merupakan komponen utama yang memegang peranan penting dalam pembentukan darah (hemopoiesis), yaitu mensintesis hemoglobin. Apabila jumlah simpanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah, mak akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun di bawah batas normal yang disebut sebagai anemia gizi besi (Soekirman, 2000) apabila jumlah simapanan zat besi berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun dibawah batas normal. Artinya semakin tinggi asupan zat besi, maka kadar hemoglobin akan semakin baik (Almtasier, 2010). Menurut Suhardjono (2009), menjelaskan bahwa pasien GGK mengalami defisiensi eritropoietin, hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya anemia. Kerusakan ginjal yang berat mengakibatkan produksi eritropoietin di ginjal terganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang. Seiring dengan kerusakan ginjal, perdarahan karena trombopati, defisiensi besi yang disertai penurunan laju filtrasi glomerulus maka derajat anemia akan meningkat.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara asupan proteindengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis RSU Siloam Kupang dengan nilai p = 0,004
2. Ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis RSU Siloam Kupang dengan nilai p = 0,000
DAFTAR PUSTAKA
AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin yang di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Al
Rahmad, A. H. (2017). Pengaruh asupan
protein dan zat besi (Fe) terhadap
kadar hemoglobin pada wanita bekerja. Jurnal
Kesehatan, 8(3), 321-325
Anamisa, Devie. R. 2015. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal
Ilmu Komputer dan Sains Terapan
Chairunnisa, O., Nuryanto,
N., & Probosari, E. (2019). Perbedaan Kadar Hemoglobin Pada Santriwati Dengan Puasa Daud, Ngrowot
Dan Tidak Berpuasa Di Pondok Pesantren Temanggung Jawa Tengah. Journal of Nutrition College
Chandra, B. (1995). Pengantar statistik kesehatan. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2002. Evaluasi Program Kesehatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017).
Asupan energi, protein
dan lemak dengan kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di Desa Suci, Gresik. Amerta Nutrition
Hasanah, Ika Purnama Fitria. 2016. Hubungan Asupan Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hidayanti, F., Thaha, A. R., Najamuddin, U. (2014). Gambaran Pola Konsumsi Zat Pelancar Dan Zat Penghambat Absorpsi Zat Besi (Fe) Serta Kadar Hb Padawanita Prakonsepsidi Kota Makassar. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
Hidayat, R., Azmi, S., & Pertiwi, D. (2016). Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010
Kemenkes RI, (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronid di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) indonesia tahun 2018. Jakarta : Pusat data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes. 2018. Cegah dan kendalikan Penyakit Ginjal dengan Cerdik. Jakarta
Luyckx, V. A., Tonelli, M. and Stanifer, J. W. (2018) ‘The global burden of kidney disease and the sustainable development goals’, Bulletin of the World Health Organization
Merryana Adriani, S. K. M. (2016). Pengantar gizi masyarakat. Prenada Media.153
Muchtadi, D. (2019). Teknik evaluasi nilai gizi protein
Namuyimbwa L, Atuheire C, Okullo J, Kalyesubula R. 2018. Prevalence and associated factors of protein-energy wasting among pastients with chronic kidney disease at Mulago hospital, Kampala Uganda: a Cross Sectional Study
Noto atmojo, 2010, Metogologi penelitian Kesehatan, rineka Cipta, Jakarta
Pongsibidang. 2016. Risiko Hipertensi, Diabetes, Dan Konsumsi Minuman Herbal Pada Kejadian Gagal Ginjal Kronik Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2015
RAHMA, I. (2017). Hubungan Tingkat Kecukupan Fe, Vitamin B9, Dan Vitamin B12 Dengan Kadar Hemoglobin Anak Usia 11 Tahun Sekolah Dasar Negeri 02 Pedurungan Kidul Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang)
Rifani Rosida, R., Suparman, S., Pusparini, P., & Mamat, M. (2020). Gambaran Asupan Protein, Zat Besi (Fe), Vitamin C. dan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota
Cimahi (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung)
Riyanto, B.2011. Dasar-dasar dari Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat, cetakkan kesebelas.Universitas Gadjah Mada
Rokhmah et al. 2017. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penurunan Nafsu Makan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemod Ialisis (Studi Kasus Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo)
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Deepublish
Sholicha, C. A., & Muniroh, L. (2019). Hubungan
Asupan Zat Besi, Protein,
Vitamin C dan Pola Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMAN 1 Manyar
Gresik Correlation Between
Intake of Iron, Protein, Vitamin
C and Menstruation Pattern with Hemoglobin Concentration among Adolescent Girl in Senior High School 1 Manyar Gresik]. Media Gizi Indonesia
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.: Afabeta. Bandung
Sukandar E. (2016). Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialysis.Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit dalam FK Unpad RSHS. Bandung
Susetyowati, DCN. 2017. Gizi Bayi dan Balita, dalam Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tjokroprawiro, A. (Ed.). (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 2: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Airlangga University Press.
Trijayani, N. K. N. (2020). Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Dan Kadar Hemoglobin Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsd Mangusada Badung (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar)