PRAKTEK
MEMBUAT PERENCANAAN
KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Sudah dijelaskan pada bab teori tentang perencanaan bahwa perencanaan dalam manajemen adalah fungsi manajemen yang penting, dan semua fungsi dalam fungsi manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan yang baik akan mendorong pencapaian tujuan organisasi. Perencanaan penting dilakukan mulai dari manajer puncak (Top Management) sampai manajer tingkat pertama (first manager) yaitu kepala ruang.
Masalah kemampuan perencanaan pada tingkat kepala ruangan harusnya mendapatkan perhatian yang lebih. Baik dan buruk, lancar dan tidaknya pelayanan serta citra pelayanan sangat ditentukan oleh peran kepala ruang. Sebagai sistem mikro pelayanan kesehatan pada tingkat terendah harus ditata dengan baik melalui fungsi perencanaan.
Sumengen (2006) menjelaskan bahwa hampir seluruh manajer ataupun pimpinan institusi menyadari bahwa perencanaan merupakan unsur penting bagi berjalannya roda organisasi. Untuk dapat membuat perencanaan kegiatan yang baik seorang manajer maupun pelaksana harus memahami prinsip perencanaan dengan baik sehingga dapat memandu dalam merumuskan perencanaan.
Dalam Bab 5 ini Anda akan berlatih membuat perencanaan perawat dalam melaksanakan pelayanan di ruang praktek keperawatan profesional. Perencanaan perawat dibuat dengan mempertimbangkan uraian tugas yang dimiliki oleh masing-masing perawat sesuai dengan peran. Bila dilihat dari segi waktu maka bisa dibedakan menjadi rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
Keberhasilan pelayanan juga dipengaruhi oleh terpenuhinya Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Penghitungan jumlah tenaga pelayanan keperawatan menjadi penting untuk dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Penghitungan jumlah tenaga berdasarkan beberapa formula perlu Anda ketahui. Beberapa tempat layanan menggunakan penghitungan SDM didasarkan pada kemampuan finansial, beban tugas yang diberikan namun paling tidak penghitungan jumlah tenaga memberikan rambu-rambu seberapa banyak jumlah perawat yang dibutuhkan.
Setelah mempelajari Bab 5 ini diharapkan Anda dapat membuat rencana meliputi: kegiatan harian, bulanan dan tahunan sesuai peran, serta dapat menghitung jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan dengan menggunakan berbagai formula. Bab ini dibagi dalam 3 topik sebagai berikut :
1. Kegiatan praktik 1 (Topik 1) : Praktek membuat rencana harian-mingguan
2. Kegiatan praktik 2 (Topik 2) : Praktek membuat rencana bulanan – tahunan
3. Kegiatan praktik 3 (Topik 3) : Praktek membuat rencana / menghitung kebutuhan
tenaga perawat
Setelah melakukan praktikum perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan ini Anda diharapkan dapat:
a. Menyusun rencana kerja harian pengelolaan keperawatan sesuai peran masing-masing (kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana)
b. Menyusun rencana kerja bulanan dan tahunan
c. Merencanakan/ Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan (setiap hari).
Bab ini penting dipraktekkan untuk mempersiapkan kegiatan perawat di ruang rawat inap.Adapun hal-hal yang harus Anda persiapkan sebelum melakukan praktek adalah:
1. Pahami tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai
2. Siapkan uraian tugas sesuai tugas, peran dan fungsi
3. Pahami form pembuatan perencanaan
4. Lakukan latihan-latihan yang dianjurkan
5. Catat kesulitan yang Anda alami dan diskusikan dengan temanatau tutor.
Kami mengharap, Anda dapat mengikuti keseluruhan kegiatan praktek dalam bab ini dengan baik. “SELAMAT BELAJAR DAN SUKSES BUAT ANDA”
Topik 1
Praktik Membuat Rencana
Harian
Sebelum melaksanakan kegiatan di topik ini pastikan bahwa Anda sudah memahami konsep teori tentang perencanaan. Setelah menyelesaikan unit praktik ini diharapkan Anda dapat membuat dan mengembangkan rencana Harian sesuai dengan uraian tugas masing- masing peran yang menjadi tanggung jawab perawat. Topik ini memberikan pengalaman bagi Anda untuk mengelola diri sendiri terutama pada fungsi perencanaan.
Setelah mempelajari topik 1 , diharapkan Anda dapat
1. Membuat rencana harian sesuai uraian tugas Kepala Ruang
2. Membuat rencana harian sesuai uraian tugas Ketua Tim
3. Membuat rencana harian sesuai uraian tugas Perawat Pelaksana
A.
URAIAN MATERI
(LANDASAN TEORI)
Rencana jangka pendek yang penting disusun untuk diterapkan di ruang MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan. Rencana ini penting agar semua kegiatan berjalan dengan tertib dan teratur yang memungkinkan terlaksananya asuhan keperawatan yang komprehensive dan berkelanjutan.
Rencana harian adalah rincian kegiatan harian yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift yang menggambarkan aktivitas perawatan selama 24 jam. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.
1. Rencana harian kepala ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi:
• Asuhan keperawatan,
• Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
• Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi manajemen, sebagai satu cara efektif untuk mencapai tujuan pelayanan di suatu tatanan rumah sakit termasuk tatanan pelayanan keperawatan. Supervisi adalah kegiatan yang terencana seorang manajer yang dilakukan dalam bentuk bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi keperawatan merupakan proses pemberian bantuan yang dibutuhkan perawat agar mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Dengan supervisi seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap aggotanya (Arwani, 2006)
Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber- sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas. Kron dan Gray (1987) mengartikan
supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Mc Farland, Leonard dan Morris (1984) mengaitkan supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah kegiatan kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian morivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variable yang harus disupervisi.
a.
Tujuan Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Tujuan supervisi adalah diarahkan pada kegiatan untuk mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan (Arwani, 2004).
Tujuan supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah meningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas layanan
b.
Fungsi Supervisi
Supervisi berfungsi untuk mengatur dan mengorganisasir kegiatan yang terjadwal yang menjamin bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan standar kerja (Ilyas, 1995). Selain itu supervisi juga berfungsi untuk membimbing, memberikan contoh, mengarahkan dan menilai atau mengevaluasi. Menurut Marquis dan Houston (2000) agar fungsi supervisi dapat dicapai optimal, maka seorang supervisor harus mempunyai kompetensi seperti berikut ini :
1) Mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi staf dalam bekerja
· Supervisor dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dengan selalu mengingatkan pada perawat pelaksana untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan setiap operan.
2) Mengembangkan rasa percaya dan keterbukaan staf
· Supervisor secara terbuka menjelaskan tujuan supervisi bukan untuk mencari kesalahan dan siap memberikan masukan dan arahan pada kegiatan supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan
· Memberikan kesempatan pada staf mengungkapkan ide-ide dan permasalahan
yang dihadapi dalam pendokumentasian
3) Manggunakan teknik wawancara agar terjalin komunikasi dua arah
· Supervisor melakukan supervisi dengan mengedepankan teknik diskusi. Artinya supervisor siap memberikan arahan dan siap mendengarkan umpan balik dari staf yang disupervisi
4) Mengumpulkana data secara terbuka dan obyektif (berdasarkan standar)
· Supervisor menjelaskan setiap kegiatan supervisi pendokumentasian yang dilakukan dan menggunakan format yang baku sehingga lebih obyektif
5) Menilai secara obyektif
· Supervisor memberikan penilaian hasil supervisi berdasarkan format yang sudah disosialisasikan dan memberikan kesempatan pada staf yang disupervisi memberikan umpan balik terhadap hasil penilaian.
c.
Peran Supervisor
Menurut Kron (1987) peran supervisor adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai. Peran supervisor sebagai perencana adalah seorang supervisor dituntut untuk mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Dalam perancanaan, seorang supervisor merencanakan pemberian arahan untuk memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana, kenapa, dan termasuk memberi instruksi. Cakupan supervisi meliputi siapa yang disupervisi, apa tugasnya, kapan waktunya disupervisi, kenapa dilakukan supervisi dan bagaimana masalah tersebut sering terjadi.
Peran supervisor sebagai pengarah adalah kemampuan seorang supervisor dalam memberikan arahan yang baik yang sangat diperlukan untuk supervisi. Pengarahan harus lengkap sesuai dengan kebutuhannya, dapat dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara pelan dan jelas, pesannya logis, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan arahan dapat dimengerti dan pengarahan harus dapat ditindaklanjuti . Pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan berkualitas, supervisor mengarahkan perawat pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan bertujuan untuk mencegah karyawan melakukan penyimpangan yang tidak sesuai standar (Gillies, 1994; Azwar, 1996).
Peran supervisor sebagai penilai adalah seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penilaian kinerja dan observasinya akurat (Kron, 1987). Dalam melaksanakan supervisi, penilaian hasil kerja perawat pelaksana dilakukan pada saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu. Hal ini dilakukan secara terus menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat
khusus. Penilaian merupakan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari dilaksanakan suatu program dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Peran supervisor dalam supervisi kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan adalah merencanakan pelaksanaan supervisi, mengarahkan perawat dalam pendokumentasian yang benar, melatih perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan penilai secara obyektif kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan
d.
Tugas dan Tanggung jawab Supervisor
Menurut Brown (1994) tugas penting yang harus dilakukan sebelum melakukan supervisi adalah
1. Merencanakan tugas sehari-hari
1) Pembagian tugas kerja
2) Perincian pengunaan waktu dam batas wewenang
2. Menggunakan wewenang dengan tepat
1) Bertindak efektif dan efisien dan mampu menganalisa masalah berkaitan dengan kinerja pendokumentasian
2) Memimpin kelompok dengan kegiatan dan tujuan tertentu
3) Transformasi informasi baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan keatasan yang meliputi : melaksanakan petunjuk, menyaring dan menyampaikan informasi bawahan keatasan, merumuskan informasi atasan, mengusahakan hasil kerja maksimal sehingga kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan meningkat.
Contoh perencanaan supervisi :
Tabel 1.1 Rencana Supervisi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No |
Waktu |
Supervisor |
Yang Disupervisi |
Materi Supervisi |
1 |
1/4-16 |
Karu |
Rahman |
Dok Asuhan Keperawatan |
2 |
2/4-16 |
Karu |
Arin |
Dok Asuhan Keperawatan |
3 |
3/4-16 |
Katim I |
Praha |
Dok Asuhan Keperawatan |
4 |
¾- 16 |
Katim II |
Arya |
Dok Asuhan Keperawatan |
Contoh : Tabel 1.2 Pembagian Tugas
No |
Perawat |
Tugas perawatan |
Uraian |
1. |
Rahman |
Tempat tidur 1-4 |
Asuhan keperawatan dan pendokumentasian |
2. |
Arin |
Tempat tidur 5-8 |
Asuhan keperawatan dan pendokumentasian |
3. |
Praha |
Tempat tidur 9-12 |
Asuhan keperawatan dan pendokumentasian |
4. |
Arya |
Tempat tidur 12-16 |
Asuhan keperawatan dan pendokumentasian |
e.
Kompetensi Supervisor
Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi (Bittel, 1987, Dharma, 2004).
Kompetensi tersebut meliputi:
1. Knowledge Competencies, adalah kemampuan pengetahuan yang merupakan pintu masuk seseorang untuk bekerja dengan baik. Seorang manager akan lebih sukses apabila dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang cukup.
2. Enterpreneurial Competencies, adalah kompetensi yang meliputi 2 bagian yaitu orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah keinginan untuk mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan dan menggabungkan semua sumber daya yang ada. Produktif artinya memiliki inisiatif, menuliskan laporan, menyapa atau menghubungi klien, memulai melakukan sesuatu.
3. Intelectual Competencies, meliputi 3 bagian penting yaitu: berfikir logis dengan mencari penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan dapat membedakan hal-hal di luar konsep; keterampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4. Sosio-emotional Competencies. Kompetensi ini meliputi 5 bagian penting yaitu: kepercayaan diri, pengembangan, persepsi objektif, pengkajian diri akurat dan adaptasi stamina.
5. Interpersonal Competencies meliputi delapan bagian yaitu selain memiliki kepercayaan diri yang kuat dan pengembangan lain, juga memiliki perhatian kepada dampak, kekuasaan satu sisi, kekuasaan sosial, berpandangan positif dan mengelola proses kelompok.
Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki supervisor dalam melakukan supervisi terkait dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah mempunyai pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan. Kemampuan lain yang harus dipunyai adalah kemampuan menyampaikan informasi atau pengarahan, penilaian kualitas dokumentasi dan penerapan pendokumentasian.
Bila penjelasan di atas adalah salah satu rencana kerja harian sesuai dengan tugas dan peran kepala ruang yaitu melakukan supervisi maka berikut ini adalah contoh rencana kerja harian seorang kepala ruang secara keseluruhan
Tabel 1.3 Rencana Harian Kepala Ruangan
Nama : Ruangan : Tanggal :
Jumlah perawat : Jumlah pasien :
Waktu |
Kegiatan |
Keterangan |
07.00 |
Operan Pre
conference (jika
jumlah tim lebih dari 1), mengecek SDM dan sarana prasarana. |
|
08.00 |
Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll) |
|
09.00 |
Melakukan interaksi dengan
pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus |
|
10.00 |
Melakukan supervisi pada ketua
tim/perawat pelaksana
Perawat 1....................... (nama) ……………………………………(tindakan) Perawat 2....................... (nama) ……………………………………(tindakan) Perawat 3....................... (nama) ……………………………………(tindakan) |
|
11.00 |
Melakukan hubungan/koordinasi
dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil |
|
12.00 |
Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi Ishoma |
|
13.00 |
Mempersiapkan dan
merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam dan esok hari
sesuai tingkat ketergantungan pasien Mengobservasi post conference |
|
14.00 |
Operan |
|
Contoh format rencana
kegiatan harian kepala ruangan
Waktu |
Kegiatan |
Hasil observasi |
07.00 |
Operan Pre conference (jika jumlah
tim lebih dari
1), mengecek SDM dan sarana prasarana. |
|
08.00 |
Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll) |
|
09.00 |
Melakukan interaksi dengan
pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus |
|
10.00 |
Melakukan supervisi pada ketua
tim/perawat pelaksana Perawat 1........................ (nama) |
|
Waktu |
Kegiatan |
Hasil observasi |
|
……………………………………(tindakan) Perawat 2........................ (nama) ……………………………………(tindakan) Perawat 3........................ (nama) ……………………………………(tindakan) |
|
11.00 |
Melakukan hubungan/koordinasi
dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil |
|
12.00 |
Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang
belum teratasi Ishoma |
|
13.00 |
Mempersiapkan dan
merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam dan
esok hari sesuai tingkat ketergantungan pasien Mengobservasi post conference |
|
14.00 |
Operan |
|
2. Rencana Harian Ketua Tim
Ketua Tim bertanggung jawab atas anggota tim dan sekelompok pasien yang diasuhnya. Sama halnya dengan kepala ruang uraian tugas dan tanggung jawab ketua tim, perbedaan pada wilayah atau bagian dari ruangan. Jelasnya di dalam satu ruangan bisa memiliki lebih dari satu ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah:
• Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya
• Melakukan supervisi perawat pelaksana
• Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
• Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas
Contoh Rencana Harian Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 1.4 Rencana Harian Ketua Tim
Nama Perawat: Nama pasien : |
Ruangan : |
Tanggal : |
1. |
4. |
|
2. |
5. |
|
3. |
6. |
|
Waktu |
Kegiatan |
Keterangan |
07.00 |
Operan Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih
dari 1 orang) |
|
08.00 |
Pasien 1...................... (tindakan) Pasien 2...................... (tindakan) Pasien 3........................ (tindakan) |
|
09.00 |
Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan
kebutuhan) Perawat 1................................. (nama) ………………………...................…………..(tindakan)
Perawat 2................................. (nama) .......................................................(tindakan) |
|
10.00 |
Melakukan layanan keperawatan |
|
11.00 |
Pasien 1...................... (tindakan) Pasien 2...................... (tindakan) Pasin 3....................... (tindakan) |
|
12.00 |
Melakukan
layanan keperawatan Ishoma |
|
13.00 |
Post conference dan menulis dokumentasi Memeriksa kelengkapan
dokumentasi askep Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas |
|
14.00 |
Operan |
|
Contoh format rencana harian ketua tim
Waktu |
Kegiatan |
Hasil observasi |
07.00 |
Operan Pre conference (jika jumlah anggota tim
lebih dari 1 orang) |
|
08.00 |
Pasien 1...................... (tindakan) Pasien 2...................... (tindakan) Pasien 3........................ (tindakan) |
|
Waktu |
Kegiatan |
Hasil observasi |
09.00 |
Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan
kebutuhan) Perawat 1................................. (nama) …………………………………..(tindakan)
Perawat 2................................. (nama) .......................................................(tindakan) |
|
10.00 |
Melakukan layanan asuhan keperawatan |
|
11.00 |
Pasien 1...................... (tindakan) Pasien 2...................... (tindakan) Pasin 3....................... (tindakan) |
|
12.00 |
Melakukan layanan keperawatan Ishoma |
|
13.00 |
Post conference dan menulis dokumentasi Memeriksa kelengkapan
dokumentasi askep Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas |
|
14.00 |
Operan |
|
3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Berikut contoh rencana kerja harian perawat pelaksana pada shift jaga pagi, sore dan malam.
Contoh Rencana Harian Perawat Pelaksana
Tabel 1.5 Rencana Harian Perawat Pelaksana
Nama Perawat: Nama pasien : |
Ruangan : |
Tanggal : |
1. |
4. |
|
2. |
5. |
|
3. |
6. |
|
Waktu |
Kegiatan |
Ket |
||
07.00 |
14.00 |
21.00 |
Operan Pre
conference(jika
1 tim lebih dari 1 orang) |
|
08.00 |
15.00 |
22.00 |
Pasien 1........................ (tindakan) Pasien 2........................ (tindakan) Pasien 3........................ (tindakan) |
|
09.00 |
16.00 |
23.00 |
Pasien 4........................ (tindakan) Pasien 5........................ (tindakan) Pasien 6........................ (tindakan) |
|
10.00 |
17.00 |
24.00 |
Pasien 1........................ (tindakan) Pasien 2........................ (tindakan) Pasien 3........................ (tindakan) |
|
11.00 |
18.00 |
05.00 |
Pasien 4........................ (tindakan) Pasien 5........................ (tindakan) Pasien 6........................ (tindakan) |
|
12.00 |
19.00 |
|
Istirahat |
|
13.00 |
20.00 |
06.00 |
Post
Conference (jika
tim lebih dari satu orang) dan dokumentasi askep |
|
14.00 |
21.00 |
07.00 |
Operan |
|
Topik 2
Membuat Rencana Bulanan -
Tahunan
Sebelum melaksanakan kegiatan di bab ini pastikan bahwa Anda sudah memahami konsep teori. Setelah menyelesaikan unit praktik ini diharapkan Anda dapat membuat dan mengembangkan rencana bulanan sesuai dengan uraian tugas yang dibebankan. Topik ini memberikan pengalaman bagi Anda untuk mengelola diri sendiri terutama pada fungsi perencanaan. Setelah mempelajari topik 2 dalam Bab 5 ini, diharapkan Anda dapat membuat rencana bulanan sesuai uraian tugas Kepala Ruang dan Ketua Tim.
URAIAN MATERI (LANDASAN TEORI)
Rencana bulanan
a. Rencana bulanan kapala
ruang
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalan rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
• Membuat jadual dan memimpin case conference
• Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
• Membuat jadual dinas
• Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
• Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
• Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
• Melakukan audit dokumentasi
• Membuat laporan bulanan
Dalam membuat jadwal kerja kepala ruang harus memahami konsep jumlah waktu kerja Departemen Kesehatan RI (1996) mengatakan bahwa shif kerja adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan diluar jam kerja yang biasa atau normal , dengan ciri khas adanya kontinuitas, pergantian bergilir dan jadual kerja khusus.
Istilah bekerja shift adalah proses kerja terus menerus selama 24 jam dan membutuhkan tiga kelompok orang, setiap bekerja terdiri dari delapan jam per periode/ shift sehingga seluruhnya berjumlah 24 jam ( Harrison BM, 1984 dikutip dari Alberta 2002. Pola pembagian shift kerja dibagi menjadi 2 (Granjean, 1996 dikutip dari Kurniawati, 2004) yaitu:
1) Pola Continental (2-2-3)
Pada pola ini perawat bekerja dibagi menjadi tiga shift. Pada shift pagi karyawan bekerja selama dua hari,shift sore selama dua hari dan shift malam selama tiga hari dan kemudian diikuti libur dua hari. Selanjutnya shift pagi dua hari,shift sore tiga hari,begitu seterusnya membentuk pola 2-2-3 selengkapnya dijabarkan sebagai berikut: pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 pola continetal shift kerja :
Senin Selasa Rabu Kamis
Jumat Sabtu Minggu |
Minggu I : : : : : : : |
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Malam |
Senin Selasa Rabu Kamis
Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke V : : : : : : : |
Malam Malam - - Pagi Pagi Pagi |
Senin
Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke II : : : : : : : |
- - Pagi
Pagi Sore
Sore Sore |
Senin
Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke VI : : : : : : : |
Sore Malam
Malam - - Pagi Pagi |
Senin Selasa Rabu Kamis
Jumat Sabtu Minggu |
Minggu III : : : : : : : |
- - Pagi Pagi Sore Sore Malam |
Senin Selasa Rabu Kamis
Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke VII : : : : : : : |
Sore Sore Malam
Malam - - - |
2) Pola metropolis (2-2-2)
Menurut pola metropolis , shift juga dibagi menjadi tiga bagian, namun pembagian kerja karyawan/perawat berbeda, yaitu pada shift pagi karyawan bekerja selama dua hari, shift sore dua hari,dan shif malam selama dua hari pula kemudian diikuti libur selama dua hari, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 pola metropolitan shift kerja
|
|
Minggu I |
|
|
|
Minggu ke V |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
: : : : : : : |
|
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam - |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
: : : : : : : |
Malam Malam - - Pagi Pagi Sore |
Minggu
I |
Minggu
ke V |
|||
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke II : - : Pagi : Pagi : Sore : Sore : Malam : Malam |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
: : : : : : : |
Minggu ke VI Sore Malam Malam - - Pagi Pagi |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
Minggu III : - : - : Pagi : Pagi : Sore : Sore : Malam |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
: : : : : : : |
Minggu ke VII Sore Sore Malam Malam - - Pagi |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
Minggu ke IV : Malam : - : - : Pagi : Sore : Sore : Malam |
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu |
: : : : : : : |
Minggu ke VIII Pagi Sore Sore Malam - - Pagi |
Contoh
Tabel 2.3 Rencana Bulanan Kepala Ruangan
RENCANA KEGIATAN BULANAN KEPALA RUANGAN MPKP Bulan : _ |
||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu |
1 Rapat
Rgn LapBul |
2 Supervisi Katim |
3 Audit dok |
4 Supervisi PA |
5 Audit dok |
6 Penkes Klp Klg |
7 |
8 Rapat koord |
9 Supervisi Katim |
10 Audit dok |
11 Supervisi PA |
12 Audit dok |
13 Case Conf |
14 |
15 |
16 Supervisi Katim |
17 Audit dok |
18 Supervisi PA |
19 Audit dok |
20 Penkes Klp Klg |
21 |
RENCANA KEGIATAN BULANAN
KEPALA RUANGAN MPKP Bulan : _ |
||||||
22 Menyusun jadwal Dinas |
23 Supervisi Katim |
24 Audit dok |
25 Supervisi PA |
26 Audit dok |
27 Case Conf |
28 |
29 Rapat Koord |
30 Supervisi Katim |
31 Audit dok |
|
|
|
|
Mengetahui
Kepala Ruangan ( ……………………..) |
Tabel 2.4 Rencana Bulanan Ketua Tim
RENCANA KEGIATAN BULANAN KETUA TIM MPKP Bulan : |
||||||
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu |
1 Rapat Ruangan |
2 Supervisi PA |
3 Supervisi PA |
4 Supervisi PA |
5 Supervisi PA |
6 Case
Conf Penkes Klg |
7 |
8 Alokasi pasien |
9 Supervisi PA |
10 Supervisi PA |
11 Supervisi PA |
12 Supervisi PA |
13 Case Conf Penkes Klg |
14 |
15 Alokasi pasien |
16 Supervisi PA |
17 Supervisi PA |
18 Supervisi PA |
19 Supervisi PA |
20 Case
Conf Penkes Klg |
21 |
22 Menyusun jadwal dinas |
23 Supervisi PA |
24 Supervisi PA |
25 Supervisi PA |
26 Supervisi PA |
27 Case Conf Penkes Klg |
28 |
RENCANA KEGIATAN BULANAN KETUA TIM MPKP Bulan : |
||||||
Tim |
|
|
|
|
|
|
29 Menyusun Laporan Tim |
30 Koordinasi dg Katim menyusun Lap Bln |
31 Menyusun Laporan Bulanan |
|
|
|
|
Ketua Tim Kepala Ruangan ( ……………………..) ( ………………………) |
Rencana tahunan
Rencana tahunan dibuat oleh Kepala ruangan. Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
• Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan
• Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
• Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannnya di masa mendatang
• Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
Topik 3
Merencanakan Kebutuhan
Tenaga Perawatan
Dalam merencanakan tenaga keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan. Bentuk dan beban pelayanan keperawatan bisa berupa pelayanan yang dependent, independent, interdependent, langsung maupun tidak langsung, membutuhkan waktu berapa lama, harus dikerjakan oleh perawat yang memiliki kemampuan seperti apa, dan sebagainya sehingga bisa ditentukan kategori perawat yang dibutuhkan serta berapa jumlah yang dibutuhkan. Dilanjutkan dengan proses seleksi, proses orientasi, penempatan, pembagian tenaga setiap shif dan tanggung jawab apa yang harus dijalankan oleh tenaga keperawatan tersebut.
RUMUSAN PENGHITUNGAN
KEBUTUHAN TENAGA
Untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu ruangan ada beberapan rumusan, yaitu :
Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga keperawatan dapat berdasarkan pada : (Gillies, 1989) :
a. Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam
b. Jumlah hari kerja efektif perawat dalam satu tahun
c. Penggunaan tempat tidur rata-rata (akan lebih obyektif bila menggunakan rata penggunaan tempat tidur pertahun)
d. Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien
Berdasarkan penghitungan di atas, maka kebutuhan kuantitatif tenaga keperawatan dapat dihitung sebagai berikut :
a. Jumlah Tenaga yang diperlukan :
Jumlah jam perawatan yg di Butuhkan klien perhari |
X |
Rata-rata Jumlah klien |
X |
Jumlah hari pertahun |
Jumlah hari pertahun |
- |
Hari
tidak kerja pertahun |
X |
Juml
jam kerja Perorang/hari |
Atau
Jam perawatan yang diperlukan pertahun
Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil
b. Pertimbangan Cuti Hamil
Penghitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan tenaga :
Jumlah jam
kerja hilang karena cuti hamil Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun
(Mariono,R. 1987)
Anda telah belajar tentang penghitungan jumlah tenaga per tahun dan selanjutnya Anda pelajari bagaimana menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk dinas setiap hari
c. Cara penghitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari.
Rata-rata jumlah Klien tiap hari
x Rata-rata
jam perawatan Tiap klien per 24 jam
Jumlah jam kerja perhari
Untuk keperluan penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk
keperluan penjadwalan dinas maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat
yang bebas tugas tiap hari.
d. Cara penghitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari
Jumlah hari tidak kerja
pertahun X
Jumlah tenaga yang Dibutuhkan per 24 jam
Jumlah hari kerja perorang pertahun
Keterangan :
Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihitung dari tingkat ketergantungan klien atau berdasarkan kondisi klien
Jumlah jam kerja per tahun dihitung dari jumlah hari dalam tahun (365 hari) dikurangi hari tidak bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan+ hari besar dalam setahun+Cuti sakit atau ijin)
Contoh Penghitungan kebutuhan tenaga:
R. Perkutut adalah ruangan penyakit bedah di “Rumah Sakit Permata Hati”, memiliki rata-rata klien 30 orang perhari. Jam perawatan yang dibutuhkan klien perhari setelah dihitung didapatkan kurang lebih 3 jam. Jam kerja perorang perhari adalah 7 jam. Saat ini R Perkutut memiliki 17 orang perawat pelaksana, 10 perawat diantaranya adalah perawat wanita usia subur. Maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan rumus dari Gillies adalah :
a. Jumlah hari tak kerja pertahun adalah :
(Hari minggu dalam 1 tahun = 52 hari) + (Cuti tahunan = 12 hari) + (hari besar dlm setahun = 10 hari) + Cuti sakit& Ijin = 12 hari)
Jadi jumlah keseluruhan = 52 + 12 + 10 + 12 = 86 hari
b. Jumlah hari kerja efektif pertahun 365 hari - 86 hari = 279 hari
c. Jumlah tenaga yang diperlukan: 3 x 30 x 365
= 16,8 dibulatkan = 17 orang
279 x 7 (pembulatan tidak mutlak dilakukan)
d. Jumlah yang bertugas tiap hari
30 x 3 = 12,8 dibulatkan
= 13 orang
7
e. Asumsi jumlah tenaga cuti hamil adalah 10/13 x 100 % = 77 %, maka jumlah tambahan tenaga yang diperlukan adalah :
77 %* x 13 x (12 x 6 )** x 7
279 x 7
= 2,58 dibulatkan = 3 orang
f. Jumlah tenaga yang bebas tugas perhari 86 x 13
= 4 orang
279
Untuk pembagian shift dapat menggunakan rumus dari Calis dengan uraian sebagai berikut :
• Shift pagi ; 47 % x 13 orang*** = 6,11 orang dibulatkan menjadi 6 orang
• Shift sore : 35 % x 13 orang = 4,55 orang dibulatkan menjadi 5 orang
• Shift malam 17 % x 13 orang = 2,21 orang dibulatkan menjadi 2 orang
Berdasarkan penghitungan divatas maka jumlah tenaga perawat pelaksana yang dibutuhkan di R Perkutut sesuai dengan penghitungan kebutuhan tenaga berdasarkan rumus dari Gillies dengan asumsi cuti hamil adalah 17 orang perawat, namun bila kita asumsikan dengan tambahan tenaga yang cuti hamil, maka R Perkutut membutuhkan tambahan tenaga sebanyak 3 orang jadi jumlah total tenaga yang dibutuhkan berdasarka rumus Gillies dengan asumsi cuti hamil adalah 20 orang perawat.
Keterangan :
* Merupakan prosentase jumlah perawat wanita usia produktif dari jumlah tenaga yang dinas tiap hari
** Lamanya waktu cuti hamil yaitu 12 mgg x 6 hari = 72 hari
*** Jumlah perawat yang dinas tiap hari
Menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien (Dauglass , 1975)
Formula yang sering digunakan untuk menghitung jumlah tenaga perawat di Ruang Model Praktek Keperawatan Profesional adalah berdasarkan tingkat ketergantunagn pasien. Pasien dengan kondisi tertentu diklasifikasikan berdasarkan tingkat ketergantungannya. Semakin pasien tidak mampu melakukan pemenuhan kebutuhan secara mandiri maka akan lebih banyak membutuhkan waktu bagi perawat untuk memberikan asuhan. Kriteria pasien berdasarkan klasifikasi Douglas bisa dilihat dalam lampiran
Baiklah Anda bisa pelajari,
Dauglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien. Adapun penghitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah sebagai berikut
Tabel 3.1 Penghitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien
Juml Klien |
KLASIFIKASI KLIEN |
||||||||
|
Minimal |
Parsial |
Total |
||||||
|
Pagi |
Sore |
Malam |
Pagi |
Sore |
Malam |
Pagi |
Sore |
Malam |
1 |
0,17 |
0,14 |
0,07 |
0,27 |
0,15 |
0,10 |
0,36 |
0,30 |
0,20 |
2 |
0,34 |
0,28 |
0,14 |
0,54 |
0,30 |
0,20 |
0,72 |
0,60 |
0,40 |
3 |
0,51 |
0,42 |
0,21 |
0,81 |
0,45 |
0,30 |
1,08 |
0,90 |
0,60 |
Dst |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh Tabel 3.2 penghitungan jumlah tenaga perawat
Jika jumlah di Ruang Perkutut pada hari ke 1 sampai dengan ke 6 adalah sebagai berikut (idealnya dilakukan pengamatan selama 1 tahun dengan metode sampling)
Hari ke |
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan |
Jumlah Klien |
||
|
Minimal |
Partial |
Total |
|
1 |
2 |
15 |
6 |
23 |
2 |
2 |
18 |
2 |
22 |
3 |
2 |
19 |
2 |
23 |
4 |
2 |
13 |
5 |
20 |
5 |
4 |
13 |
4 |
20 |
6 |
3 |
14 |
5 |
22 |
Maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
Hari ke |
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan |
Jumlah Klien |
Kebutuhan Tenaga Perawat |
||||
|
Minimal |
Partial |
Total |
|
Pagi |
Sore |
Malam |
1 |
2 |
15 |
6 |
23 |
6,55* |
4,33** |
2,84*** |
2 |
2 |
18 |
2 |
22 |
5,92 |
3,58 |
1,86 |
3 |
2 |
19 |
2 |
23 |
5,81 |
3,78 |
1,93 |
4 |
2 |
13 |
5 |
20 |
5,65 |
3,73 |
2,11 |
5 |
4 |
13 |
4 |
20 |
5,63 |
3,71 |
2,11 |
6 |
3 |
14 |
5 |
22 |
6,09 |
4,02 |
2,28 |
Jumlah Rata-rata |
5,94 |
3,86 |
2,19 |
Berdasarkan penghitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan setiap hari adalah : 5,94 + 3,86 + 2,19 = 11,99 dibulatkan menjadi 12 orang perawat
Bila kita asumsikan perawat yang libur dan cuti/ijin tiap hari adalah 4 orang ( 25 % dari jumlah tenaga yang dibutuhkan), metode penugasan keperawatan menggunakan metode tim, maka jumlah perawat secara keseluruhan yang dibutuhkan di R Perkutut adalah : 12 + 1
+ 4 + 4 = 21 orang
Keterangan :
12 orang perawat pelaksana + 1 Ka. Ruangan + 4 Ketua Tim ( 2 Orang Ka Tim untuk dinas pagi, 1 orang ka. Tim untuk dinas sore dan 1 orang Ka. Tim untuk dinas malam) + 4 orang libur/ cuti/ijin = 21 orang perawat:
* = Nilai 6,55 diperoleh dari : (2 x 0,17) + (15 x 0,27) + (6 x 0,36)
** = Nilai 4,33 diperoleh dari : (2 x 0,14) + ( 15 x 0,15) + (6 x 0,30)
*** = Nilai 2,84 diperoleh dari : (2 x 0,07) + (15 x 0,10 ) + ( 6 x 0,20)
Cara Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Depkes 2002
a. Pengelompokan unit kerja di Rumah Sakit
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di Rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan sebagi berikut:
1) Rawat inap dewasa
2) Rawat inap anak / perinatal
3) Rawat inap intensif
4) Gawat darurat/IGD
5) Kamar bersalin
6) Kamar operasi
7) Rawat jalan
b. Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan.
1) Rawat Inap
a) Berdasarkan klasifikasi pasien Cara penghitungan berdasarkan :
• Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
• Rata-rata pasien perhari
• Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
• Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
• Jam kerja efektif setiap perawat/7jam perhari
Contoh Tabel 3.3 Penghitungan kebutuhan tenaga dalam satu ruangan/ Pavilyun dengan berbagai macam bagian/jenis penyakit :
No |
Jenis/Kategori |
Rata-rata pasien/hari |
Rata-rata jam perawatan
pasien /hari |
Jumlah jam perawatan/hari |
A |
B |
c |
d |
E |
1 |
Pasien penyakit dalam |
10 |
3,5 |
35 |
2 |
Pasien bedah |
8 |
4 |
32 |
3 |
Pasien gawat |
1 |
10 |
10 |
4 |
Pasien anak |
3 |
4,5 |
13,5 |
5 |
Pasien kebidanan |
1 |
2,5 |
2,5 |
|
Jumlah |
23 |
|
93,0 |
Keterangan:
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah
Untuk penghitungan jumlah
tenaga tersebut perlu ditambah dengan faktor koreksi , yang meliputi :
Hari libur/Cuti/hari besar (loos day)
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan seperti: membuat perincian biaya pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dll. Bila diperkirakan 25 % dari jam perawatan maka diperoleh tambahan :
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25 100
13 + 3,5 x 25 = 4,1
100
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat)
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh di atas adalah 21 orang Selain penghitungan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan Douglas denagn klasifikasi perawatan total, partial, dan minimal care, ada cara lain untuk mengklasifikasikan tingkat ketergantungan pasien, silakan Anda perhatikan klasifikasi pasien di bawah ini
Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan, meliputi :
(a) Asuhan keperawatan minimal (minimal care)
(b) Asuhan keperawatan sedang
(c) Asuhan keperawatan agak berat
(d) Asuhan keperawatan maksimal
Contoh kasus
No |
Kategori# |
Rata-rata juml pasien /hari |
Juml jam perawatan /hari * |
Juml jam perawatan X Rata-rata
pasien/hari (cxd) |
A |
B |
c |
d |
E |
1 |
Askep minimal |
7 |
2 |
14 |
2 |
Askep Sedang |
7 |
3,08 |
21,56 |
3 |
Askep Agak berat |
11 |
4,15 |
45,65 |
4 |
Askep Maksimal |
1 |
6,16 |
6,16 |
|
Jumlah |
26 |
|
87,37 |
Keterangan :
# : uraian penjelasan ada pada Bab 6
* : berdasarkan penelitian di luar negeri Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah dengan faktor koreksi yaitu :
(1) Hari libur /cuti/hari besar (loss day)
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan Bila diperkirakan 25 % dari jam pelayanan perawatan maka :
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25 100
12,5 + 3,4 x 25 = 3,9
100
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan 20 orang perawat)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam contoh kasus di atas adalah sebanyak 20 orang.
2) Kamar Operasi
a) Di Kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi
(1) Jumlah dan jenis operasi
(2) Jumlah kamar operasi
(3) Pemakaian kamar operasi(diprediksi 6 jam perhari)pada hari kerja
(4) Tugas perawat di kamar operasi, instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
(5) Ketergantungan pasien
Operasi besar : 5 jam / 1 operasi Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi
Contoh kasus
Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian : Operasi besar : 6 orang, Operasi sedang : 15 orang, Operasi kecil : 9 orang
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat adalah sbg berikut :
[(6x5 jam )+ (15 x 2 jam ) + ( 9 x 1 jam )] X 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti) 7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus di atas adalah 20 orang + 1 perawat cad. Inti
orang
b) Di Ruang penerimaan dan Recovery Room Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit Ketergantungan pasien di Recovery Room : 1 jam
1,25 x 30 = 5,4 orang (dibulatkan menjadi 5 orang) 7
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5
• Penghitungan diatas dengan kondisi : alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD
3) Gawat darurat
Dasar penghitungan di Unit Gawat darurat adalah :
a) Rata-rata jumlah pasien perhari
b) Jumlah jam perawatan perhari
c) Jam efektif perawat/hari
Contoh:
• Rata-rata jumlah pasien / hari = 50 pasien
• Jumlah jam perawatan 4 Jam
• Jam kerja efektif perawat / hari = 7 jam
• Jadi kebutuhan tenaga perawat di UGD :
50 x 4 = 28,57 dibulatkan 29
7
29 orang + loss day ( 78 x 29 ) = 29 orang + 7,9 = 36,9 (dibulatkan 37 org) 286
4)
Critical Care
• Rata-rata jumlah pasien /hari = 10 pasien
• Jumlah jam perawatan / hari = 12 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat critical careadalah :
10 x 12 = 17, 15
17 orang + loss day( 78 x 17 ) = 17 orang + 4,6 = 21,6 dibulatkan 22 org perawat
5) Rawat jalan
• Rata-rata jumlah pasien per hari = 100 pasien
• Jumlah jam perawatan perhari = 15 menit Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan :
100 x 15 = 4 orang + koreksi 15 %
7 x 60
4 orang + 15 x 4 = 4 + 0,6 = 4,6 orang dibulatkan menjadi 5 orang perawat
100
6) kamar bersalin
• Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d IV = 4 jam/pasien
• Jam efektif kerja bidan 7 jam / hari
• Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 pasien Jumlah bidan yang diperlukan adalah :
10 pasien x 4 jam = 40 = 5,7 dibulatkan menjadi 6 bidan
7 jam /hari 7
6 orang bidan + loss day
RINGKASAN
1. Penyelenggaraan layanan keperawatan di suatu rumah sakit akan dapat berjalan dengan baik bila ada suatu keseimbangan antara jumlah tenaga dengan beban kerja , oleh karena itu disamping masalah kualitas tenaga, penyediaan jumlah tenaga keperawatan yang berimbang akan menunjang kualitas layanan yang akan diberikan.
2. Terdapat berbagai rumus penghitungan tenaga keperawatan, dengan menggunakan rumus yang sesuai dengan karakteristik tenaga dan jenis layanan yang ada akan dapat ditentukan jumlah kebutuhan tenaga yang diperlukan.
3. Dengan persiapan perencanaan tenaga yang lebih matang mulai dari rekruitmen sampai pada pengembangan lebih lanjut diharapkan akan mempermudah pencapaian tujuan rumah sakit.
PRAKTIK PELAYANAN PROFESIONAL DI RUANG MODEL
(MPKP)
PENDAHULUAN
Manajemen atau pengelolaan bangsal dapat dilakukan melalui berbagai upaya mulai dari pengelolaan tenaga, pengaturan tata ruang, pengaturan logistik pengaturan dokumentasi, pengolaan administrasi, penerapan model asuhan keperawatan profesional atau yang biasa dikenal dengan metode penugasan serta upaya lain yang mendukung.
Terdapat beberapa pola atau model yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu model asuhan keperawatan fungsional, model asuhan keperawatan tim, model asuhan keperawatan alokasi klien dan model asuhan keperawatan primer, model asuhan keperawatan modular dan sebagainya. Setiap pola atau model asuhan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki kelebihan dan kelemahan. Dengan penerapan model asuhan yang sesuai dengan situasi dan kondisi bangsal diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Saat ini Anda sedang mempelajari Bab 6 Mata Kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan. Bab 6 ini berjudul Praktek Keperawatan Profesional di Ruang Model (MPKP) yang terdiri dari 2 (dua) Topik yaitu:
1. Topik 1: Metode Pemberian Asuhan Keperawatan atau Metode Penugasan Asuhan Keperawatan. Dalam Topik 1 ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada Anda tentang Model asuhan keperawatan profesional yang merupakan salah satu kegiatan dalam manajemen bangsal.
2. Topik 2 : Tahapan kegiatan perawat pada Model Asuhan Keperawatan Tim. Dalam Topik 2ini memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Tahapan kegiatan perawat pada Model Asuhan Keperawatan Tim
Setelah mempelajari Bab 6 ini, maka Anda diharapkan mampu menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di bangsal perawatan.
Topik 1
Metode Pemberian Asuhan
Keperawatan
Penerapan model asuhan keperawatan profesional merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam manajemen asuhan/pelayanan keperawatan. Penerapan model asuhan harus sesuai dengan situasi dan kondisi pelayanan keperawatan yang ada, karena hal ini akan mendorong perawat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal, dapat memfasilitasi interaksi antara perawat dengan pasien lebih baik, serta dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dari pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan.
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) perlu dipelajari bagi setiap perawat, karena merupakan bentuk layanan keperawatan professional dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pengetahuan dan pemahaman Anda tentang MPKP adalah penting karena menumbuhkan nilai-nilai profesional di dalamnya dan memungkinkan Anda untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien dan keluarga serta memberikan pelayanan yang berkualitas.
PETUNJUK BELAJAR
Untuk memudahkan Anda mengikuti proses pembelajaran dalam Bab 6 ini, maka Akan lebih mudah bagi Anda untuk mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Pahami lebih dulu kepentingan dan kegunaan Model Praktek Keperawatan Profesional dalam aktivitas sehari-hari Anda sebagai manusia dan calon perawat ahli madya.
2. Pelajari secara berurutan Topik 1, dan 2
3. Baca dengan seksama materi yang disampaikan
4. Kerjakan latihan-latihan/tugas-tugas terkait dengan materi yang dibahas dan diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator/tutor
5. Buat ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan anda mengingat.
6. Kerjakan tes pada akhir topik sebagai evaluasi proses pembelajaran dan carilah jawabannya pada materiyang sudah Anda pelajari.
7. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikan dengan teman Anda dan konsultasikan kepada fasilitator
8. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mempelajari materi dalam bab ini tergantung dari kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu belajarlah dan berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat Anda.
Kami mengharap, Anda dapat mengikuti keseluruhan topik dalam bab ini dengan baik.
Saya yakin Anda mampu menyelesaikan bab ini dengan baik. SELAMAT BELAJAR !
Setelah menyelesaikan Topik 1 ini, diharapkan Anda mampu menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesinal dalam rangka meningkatkan mutu layanan.
Secara khusus setelah Anda dapat
1. Mengenal berbagai Motode Asuhan Keperawatan yang ada
2. Memberikan masukkan untuk pemilihan model praktek yang tepat
URAIAN MATERI (LANDASAN TEORI)
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Sebelum Anda mendemostrasikan tentang pengelolaan/manajemen praktek keperawatan profesional di tatanan laboratorium keperawatan, Anda perlu mengingat kembali tentang beberapa model praktek untuk melandasi pemikiran Anda untuk membantu memberikan masukan dalam pemilihan model yang tepat.
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini, khususnya di Indonesia.
Contoh:
Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.
2. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggungjawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
4. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantuolehperawatasosiet. Keperawatan primer iniakan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian danmenyusunrencanaasuhankeperawatanpasiendibawahtanggungjawabperawat primer, danperawatassosiet yang akanmelaksanakanrencanaasuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasiperawat primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat associate adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam
5. Model AsuhanKeperawatanModuler (Gabunganasuhan keperawatan primary dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesionaldan non profesional (perawattrampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.
Topik 2
Tahapan Kegiatan Perawat
di Ruang Model Praktik
Keperawatan Profesional
Pada topik 2 ini, secara keseluruhan pokok-pokok materi yang akan dipaparkan adalah kegiatan perawat mulai operan, prekonferen, pelaksanaan Asuhan Keperawatan, middle konferen, dan post konferen , selanjutnya dibahas juga tentang tugas dan tanggung jawab kepala Ruang, ketua tim dan anggota tim. Setelah menyelesaikan topik 2 ini diharapkan Anda mampu mempraktekkan di tatanan laboratorium keperawatan dengan Model Tim di Ruang MPKP khususnya untuk kegiatan timbang terima, Pre Konferens, pelaksanaan kegiatan Asuhan Keperawatan, Midle komferens, dan pelaksanaan Post Konferens
URAIAN MATERI
Kegiatan Perawat di Ruangan Model Asuhan Keperawatan dengan Model Tim
1. Timbang Terima atau Operan Pasien
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin sebagai bentuk serah terima pasien kelolaan antara satu shif dengan shif lainnya sebelum dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya. Timbang terima dilakukan untuk mengetahuikondisi pasien dengan cermat sesuai kondisi pasien terkini. Dalam operan akan disampaikan beberapa informasi penting tentang tindakan yang akan dan telah dilakukan, serta dapat memberikan suatu kejelasan yang lebih luas yang tak dapat diuraikan secara tertulis dalam kegiatan penulisan laporan.
Kegiatan operan sebaiknya dilakukan setelah perawat membaca laporan shift jaga sebelumnya atau resume laporan, sehingga saat kegiatan operan dilakukan perawat telah mempunyai gambaran tentang kondisi pasien yang dioperkan. Kegiatan operan pasien sebaiknya dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab langsung dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat yang akan bertanggung jawab memberikan asuhan pada shift selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kealpaan atau kekeliruan dalam kegiatan layanan yang akan diberikan pada pasien. Dalam metode penugasan tim, operan dapat juga dilakukan oleh ketua tim kepada ketua tim yang dinas berikutnya.
Kegiatan operan sebaiknya diikuti kepala ruangan, ketua tim dan seluruh perawat yang bertugas saat itu dan yang akan bertugas. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang jelas (riil) tentang situasi dan kondisi pasien dan memudahkan menerima limpahan tugas, serta sebagai bahan masukan saat melaksanakan pre konrefense.
Selain kegiatan timbang terima pasien, umumnya juga diikuti dengan timbang terima barang/alat obat-obatan, uang dan sebagainya. Pada saat kegiatan ini yang perlu disampaikan adalah jumlah dan kondisi barang atau alat pada saat operan dilaksanakan.
Agar kegiatan timbang terima dapat dipertanggung jawabkan, selain informasi secara langsung juga diikuti dengan bukti secara tertulis yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
2. Pre Konferens
Pre konferens merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. Pada kegiatan ini sangat efektif untuk membahas rencana kegiatan yang diperlukan umpan balik atau tanggapan yang bersifat khusus, Maksudnya tanggapan tersebut kurang etis bila disampaikan di depan pasien saat dilaksanakan timbang terima. Pada saat kegiatan pre konferens seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan pendapatnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara singkat sehingga tidak mengganggu kelancaran pelayanan keperawatan. Kegiatan ini dibawah tanggung jawab kepala ruangan atau ketua tim yang telah ditentukan.
3. Middle Konferens
Middle komferens merupakan kegiatan untuk mendiskusikan kegiatan yang yang telah dilakukan ditengah waktu dinas, kegiatan ini dimaksudkan agar didapatkan evaluasi lebih awal dari asuhan keperawatan yang sedang dilakukan dan memperbaiki perencanaan bila diperlukan. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara singkat disela-sela kegiatan yang diikuti oleh ketua tim dan anggotanya.
4. Post Konferens
Pada tahap ini, kegiatan berfokus pada pembahasan dari tindakan yang telah dilaksanakan serta rencana program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif berikutnya. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.
5. Pelaksanaan Kegiatan Asuhan
Pada tahap kegiatan ini, perawat melakukan kegiatan asuhan keperawatan mulai pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai kegiatan evaluasi. Pada tahap ini ketua tim atau kepala ruangan dapat melaksanakan kegiatan manajerialnya, seperti supervisi terhadap pelaksanaan asuhan, koordinasi dengan tim kesehatan lainnya, dan sebagainya.
Selanjutnya akan dibahas salah satu dari metode penugasan yang ada, pada kesempatan kali ini dibahas Asuhan keperawatan Tim, mengingat metode ini banyak diterapkan dibeberapa rumah sakit, khususnya rumah sakit di daerah.
Contoh:
Penerapan Model Asuhan Keperawatan Tim
1. Praktek keperawatan dengan metode penugasan tim sebaiknya dilakukan dengan konsep-konsep berikut :
a. Ketua Tim sebaiknya perawat yang berpendidikan dan berpengalaman, trampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Ketua tim juga harus mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan. Mampu membuat rencana yang tepat serta mampu melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan. Selain itu juga mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi keperawatan. Uraian tugas untuk ketua tim dan anggota tim harus jelas dan spesifik.
b. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan. Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai kembali untuk validasinya.
c. Ketua tim hendaknya menggunakan semua teknik manajemen dan kepemimpinan.
d. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku. Metode ini dapat dilakukan pada shift pagi, sore maupun malam diunit manapun. Sejumlah tenaga dapat terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim. Jumlah atau besarnya tim tergantung dari banyaknya perawat. Dua orang perawat dapat dilaksanakan metode tim terutama untuk shift sore dan malam.
2. Tanggung Jawab Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam Metode Penugasan Tim
Kepala Ruang bertanggung jawab atas semua pasien yang ada di ruangan, saat mereka berperan sebagai manajer asuhan keperawatan. Selain sebagai manajer asuhan keperawatan yang mengkoordinir para ketua tim, kepala ruang juga bertugas sebagai manajer lini dalam pelayanan keperawatan secara hirarkhi, oleh karena itu Kepala Ruang memiliki tanggung jawab sebagai berikut
Tanggung Jawab Kepala Ruang
a. Menetapkan standar kinerja staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya.
c. Memberikan kesempatan pada ketua tim dan membantu mengembangkan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
d. Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tentang prosedur tim keperawatan.
e. Menjadi nara sumber bagi ketua tim dan staf saat diskusi.
f. Memotivasi staf/perawat pelaksana untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
g. Melakukan komunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya.
Ketua tim adalah manajer asuhan keperawatan dalam satu tim, yang mengkoordinir para perawat yang menjadi anggotanya untuk mengasuh sekelompok pasien, oleh karena itu memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
Tanggung Jawab Ketua Tim
Tanggung jawab ketua tim meliputi :
a. Mengkaji setiap klien dan menetapkan tindakan keperawatan yang tepat. Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat dilaksanakan serah terima tugas.
b. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan pengobatan
c. Menyusun rencana keperawatan yang tepat waktu, membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
d. Meyakinkan hasil evaluasi berupa respon klien tehadap tindakan keperawatan tercatat.
e. Menilai kemajuan klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan anggota tim.
Anggota tim harus memberikan asuhan kepada pasien yang menjadi kelolaan dan harus bekerja secara tim dan mempertanggung jawabkan kegiatannya kepada ketua tim, secara rinci tanggung jawab anggota tim adalah
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
a. Menyadari bahwa yang bersangkutan memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit tersebut. Misalnya pengaturan istirahat dan rapat tim.
b. Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara teliti termasuk program pengobatan.
c. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan serta respon klien.
d. Menerima bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
4. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Tim
Ruang Melati dari Rumah sakit sehat sejahtera memiliki data sebagai berikut :
Kelas |
: II
dan III |
Jumlah Perawat |
: 19 orang Yang terdiri dari : 1 Ka.
Ruang, 1 orang wk Karu Dan 17 perawat pelaksana. |
Kapasitas Tempat tidur |
: * Klas II dengan 6 kamar , setiap
kamar ada 2 tempat tidur (12 TT) *Klas III dengan 7 kamar ,
setiap kamar ada 3 tempat tidur (21 TT) |
Jumlah tenaga yng ada perhari · Dinas
Pagi : · Dinas Sore · Dinas Malam |
: 13 orang : 6 orang : 4 orang : 3 orang |
Jumlah perawat yg Libur : |
: 4 orang dengan rincian : |
· Libur mingguan · Libur umum · Cuti tahunan · Ijin sakit |
: 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang |
Maka tim dapat dikelompokkan menjadi
Tim I |
: 5 kamar @ 2 TT (kelas II) : 2 kamr @ 3 TT (Kleas III) |
Tim II |
: 1 kamar @ 2 TT ( Kelas II) : 5 kamar @ 3 TT (Kelas III) |
Daftar Pustaka
Cushway, B. dan Lodge , D. (1999) Organisational behavior and design, perilaku organisasi dan desain organisasi, Jakarta : PT Elex Media Indonesia, Terjemahan
Dauglass ,L.A. (1984). The Effective Nurse Leader ang Manager, @ nd .ed. St. Louish : The CV Mosby Company
Departemen Kesehatan RI (2002) Standar tenaga keperawatan di Rumah sakit, Jakarta, Departemen Kesehatan RI
Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta , EGC
-------------------(2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Panduan Implementasi , Edisi pertama, Jakarta , EGC
Swansberg,RC & Swansberg RJ ( 1999) Introductory manajemen and leadership for nurses: an interactive text, Second edition., Boston : Jones and Bartlett Publishers.
Tappen GR (2001) Nursing Leadership and Management Consep and Practice , 4 th ed, FA Davis, Philadelphia
Thoha. M (2008) Perilaku organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18 , Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Gillies, D.A. (1994) Nursing management a system approach, Philadelphia : W.B Sounders Company
Mariono, (2001) . Materi kuliah ketenagaan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta
Dauglass (1992) , The Effective Nurse : Leader and manager, 4th, St Louish : Mosby years Book.
Fik- UI dan RSUP CiptpMangunkusumo, (2000), Semiloka : Model Praktek Keperawatan Profesional II, Jakarta 12 -14 Juli 2000.
Gillies, (1994) Nursing Management a System Approach, Philadelphia : WB Saunders
Kron and Gray, (1987), The Management of Patient Care : Putting Leadership Skill to Work, 6 th, Philadelphia : WB Saunders.
Sitorus Ratna, (1998) , Jurnal Keperawatan Indonesia : Pengembangan Model PKP di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta: FIK UI
Swansburg Russell, (2001), Pengembangan Staf keperawatan : Alih Bahasa Waluyo Agung, Asih Yasmin, Jakarta, EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar