Hubungan Tradisi Konsumsi
Laru Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pria Dewasa Di Kecamatan Nekamese
Nomensen Banunaek
E-mail: nomensenbanunaek@gmail.com
ABSTRACT
Laru is one of alcoholic beverages and it’s often
consumed by most of adults men in Nekamese District. This study purpose to examine the association tradition of laru consuming and other factors
that affect hypertension on adult men aged ³
36 years old in NekameseDistrict.This research uses
observational analytic method using case control study design. The study
sample was 34 cases and 34 controls. Data collection by tensimeter and
questionnaires.Data analyzed by univariate, bivariate using chi
square. This result shows that tradition of laru consumption: routinity of laru
consumption (IK
95% = 1.18 – 10) OR = 3.43, frequency of laru consumption (IK 95% = 1.18 – 10) OR = 3.43, total of laru
consumption
(IK 1.27 – 9.75 ) OR = 3.52, are risks factor of
hypertension. Similarly salt consumption (IK = 1.77 – 42.9) OR = 8.72 it’s also a risk factor of hypertension. Otherwise deficiency of
consuming fruits and vegetables (IK = 0.144 – 1.4), stress (IK
= 0.24 – 9.9) are not risks factor of hypertension. Expectation for
health center in order to give counseling to the people about tradition of laru
consumption, table salt consumption and those impact for health.
Keywords: Laru, hypertension
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai (Kemenkes, 2013).
Prevalensi hipertensi di NTT pada tahun 2013
ialah sebesar 23.3% (Riskesdas, 2013). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
tahun 2016 menjelaskan bahwa data kesakitan yang berasal dari masyarakat
(community based data) diperoleh melalui pengumpulan data dari sarana pelayanan
kesehatan (facility based data) melalui system pencatatan dan pelaporan.
Hipertensi masuk dalam kategori sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah
penderita 5884 orang. Laki – laki sebanyak 2341 (39%) penderita hipertensi dan perempuan sebanyak 3543 (60%) penderita
hipertensi. Data penderita Hipertensi,
pada tahun 2016 sesuai data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kupang, menurut
hasil pengukuran, Puskesmas Oemasi berada di posisi pertama dengan
penderita Hipertensi tertinggi yakni jumlah total 772 (37,3%), laki – laki 322 (35,3%) dan
perempuan 450 (38,9%).
Meningkatnya prevalensi hipertensi dikaitkan
dengan pertumbuhan penduduk, umur dan
faktor risiko perilaku yakni kurangnya aktivitas fisik, stress yang
terus-menerus, asupan garam, mengkonsumsi alkohol (WHO, 2013) dan juga
kurangnya konsumsi sayur dan buah – buahan
(Hardiansyah, EGC, 2016 ). Laru adalah salah satu contoh minuman
beralkohol yang dikonsumsi masyarakat Kabupaten Kupang.
Laru merupakan minuman beralkohol yang diolah
secara tradisional oleh masyarakat Nusa tenggara Timur. Studi tentang produk
minuman berakohol (laru putih, laru merah, dan sopi) yang berasal dari beberapa
lokasi di NTT oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) tahun 2008, menunjukkan bahwa produk turunan nira lontar
antara lain laru dan sopi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk
lanjut berskala industri kecil hingga menengah. Konsumsi Laru menjadi budaya masyarakat
pedesaan khususnya laki – laki dewasa, dalam acara adat ataupun ketika saat
perkumpulan warga. Menurut jenis kelamin, prevalensi peminum alkohol lebih
besar pada laki-laki (8,8%) dibanding perempuan (0,7%). Prevalensi nasional
peminum alkohol di pedesaan lebih tinggi dari perkotaan (Depkes, 2008). Sesuai
data yang ada, kecamatan nekamese tergolong dalam kelompok peminum alkohol
(Laru) yang tinggi, karena masih berada di daerah pedesaan. Laru sebagai
minuman beralkohol yang harga jualnya lebih murah dibandingan minuman
beralkohol lainnya dan mudah didapatkan, karena banyak masyarakat di Kecamatan
Nekamese yang mengkonsumsi sekaligus sebagai produsen minuman beralkohol
tersebut. Dalam penelitian tentang analisis kimia terhadap minuman
fermentasi laru, terkandung alkohol yang
tergolong cukup tinggi yakni sebesar 6,6%, sedangkan kadar alkohol yang
seharusnya dibutuhkan tubuh ialah <5%. Jika laru yang dikonsumsi berlebihan
maka dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Mengkonsumsi alkohol berlebih
meningkatkan berat badan yang signifikan, seperti alkohol mengandung jumlah
tinggi kalori. Lemak yang berlebihan memberikan tekanan berlebih pada arteri,
dan pembuluh darah jadi lebih kecil (penyempitan) sehingga luas pembuluh darah
tidak sesuai dengan tekanan yang seharusnya, akibatnya jantung harus memompa lebih cepat. Hal ini
meningkatkan tekanan pada arteri dan jantung, secara tidak langsung menyebabkan
kenaikan tekanan darah atau Hipertensi.
Penelitian inidi
lakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan,
frekuensi dan jumlah konsumsi laru, konsumsi garam, sayur buah dan stress
sebagi faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan
Nekamese.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan menggunakan desain case control study bersifat retrospective yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhKebiasaan konsumsi laru, Frekuensi konsumsi laru, jumlah konsumsi laru dan garam, konsumsi sayur dan buah, tingkat stress sebagai faktor risiko kejadian Hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese.
Lokasi dan Waktu Penelitian
:
Penelitian
dilakukan di Kecamatan Nekamese desa Besmarak dan desa Tunfeu pada bulan
Januari – Februari.
Populasi dan Sampel :
Populasi
-Populasikasus.
Populasi
kasus dari penelitian ini ialah masyarakat dengan jenis kelamin laki – laki
dengan usia dewasa akhir ³ 36 tahun yang
didiagnosis Hipertensi berdasarkan pengambilan data awal yakni sebanyak 34 orang di Puskesmas Oemasi kecamatan
Nekamese.
-Populasi
Kontrol.
Populasi
kontrol ialah masyarakat dengan jenis kelamin laki – laki dengan usia dewasa
akhir ³ 36 tahun yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 34 orang di Kecamatan Nekamese.
Sampel
Teknik
sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling. Yaitu teknik pengambilan
sampel dengan mengambil semua populasi dan dijadikan sampel karena keterbatasan
sampel penelitian untuk kasus dan kontrol.
Sampel kasus untuk laki – laki dewasa akhir yang didiagnosa
hipertensi sesuai data register di Puskesmas Oemasi, Kecamatan Nekamese
sedangkan sampel kontrol laki – laki dewasa akhir yang tidak menderita
hipertensi.
-Sampel
Kasus
Sampel
kasus pada penelitian ini adalah laki – laki dewasa akhir (³36 tahun) yang didiagosis
mengalami hipertensi sesuai buku register Puskesmas Oemasi.
-Sampel
Kontrol
Sampel
kontrol pada penelitian ini adalah
laki – laki dewasa akhir (³36 tahun) yang tidak menderitahipertensi berdasarkan diagnosa
rekam medik
HASILDAN PEMBAHASAN
Analisis univariat
1. Tradisi
Konsumsi Laru
KejadianHipertensi |
|||||
Kasus |
Kontrol |
||||
n |
% |
n |
% |
||
Kebiasaan KonsumsiLaru : |
|||||
Konsumsilaru |
27 |
79,4 |
18 |
52,9 |
|
Tdkkonsumsilaru |
7 |
20,6 |
16 |
47,1 |
|
Frekuensi KonsumsiLaru: |
|||||
Sering |
27 |
79,4 |
18 |
52,9 |
|
Jarang |
7 |
20,6 |
16 |
47,1 |
|
Jumlah KonsumsiLaru : |
|||||
Tinggi |
25 |
73,5 |
15 |
44,1 |
|
Rendah |
9 |
26,5 |
19 |
55,9 |
|
Total |
34 |
100 |
34 |
100 |
|
Tabel 1. Konsumsi Laru pada
Kelompok Kasus dan Kontrol
2. Konsumsi
Garam
Tabel 2. Konsumsi
Garam pada kelompok kasus dan kontrol.
Konsumsi Garam |
KejadianHipertensi |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||
N |
% |
n |
% |
|
Tinggi |
12 |
35,3 |
2 |
5,9 |
Normal |
22 |
64,7 |
32 |
94,1 |
Total |
34 |
100 |
34 |
100 |
3. Konsumsi
Sayur dan Buah
Tabel
3. Konsumsi
sayur dan Buah pada kelompok kasus dan kontrol
KonsumsiSayur dan Buah |
KejadianHipertensi |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||
n |
% |
n |
% |
|
Kurang |
23 |
67,6 |
28 |
82,4 |
Cukup |
11 |
32,4 |
6 |
17,6 |
Total |
34 |
100 |
34 |
100 |
4. Stress
Tabel 4. Stres pada kelompok kasus
dan kontrol
Tingkat Stress |
KejadianHipertensi |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||
n |
% |
n |
% |
|
Stress |
3 |
8,8 |
2 |
5,9 |
Tidak Stress |
31 |
91,2 |
32 |
92,6 |
Total |
34 |
100 |
34 |
100 |
AnalisisBivariat
Tabel 5. Analisis
Tradisi Konsumsi Laru sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.
Tradisi Konsumsi Laru |
KejadianHipertensi |
P
value |
OR 95% CI |
||||||||
Kasus |
Kontrol |
||||||||||
N |
% |
n |
% |
||||||||
Kebiasaan KonsumsiLaru : |
|||||||||||
Konsumsilaru |
27 |
79,4 |
18 |
52,9 |
0,021 |
3.429 1.176-9.994 |
|||||
Tidakkonsumsilaru |
7 |
20,6 |
16 |
47,1 |
|||||||
Frekuensi KonsumsiLaru: |
|||||||||||
Sering |
27 |
79,4 |
18 |
52,9 |
0,021 |
3.429 1.176-9.994 |
|||||
Jarang |
7 |
20,6 |
16 |
47,1 |
|||||||
Jumlah KonsumsiLaru : |
|||||||||||
Tinggi |
25 |
73,5 |
15 |
44,1 |
0,014 |
3.519 1.270-9.750 |
|||||
Rendah |
9 |
26,5 |
19 |
55,9 |
|||||||
Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi laru sebagai faktor resiko kejadian
hipertensi (IK 95% = 1.18 – 10) dengan nilai OR = 3.43 yang berarti responden
yang mengkonsumsi laru beresiko 3.4 kali mengalami hipertensi. Sering konsumsi laru sebagai faktor risiko kejadian
hipertensi (IK = 1,18 – 10) engan nilai OR = 3.43 yang berarti responden yang
sering mengkonsumsi konsumsi laru beresiko 3.4 mengalami hipertensi.Tinggimya Jumlah Konsumsi laru sebagai
faktor risiko kejadian hipertensi (IK 1.27 – 9.75 ) dengan nilai OR = 3.52, yang berarti responden yang mengkonsumsi laru
dengan jumlah yang tinggi beresiko 3.5 kali mengalami hipertensi.
Kadar alkohol yang
seharusnya dibutuhkan tubuh ialah <5 %, jika dikonsumsi berlebihan maka akan
mempengaruhi tekanan darah yaitu terjadinya penyempitan pada pembuluh darah
sehingga kerja jantung makin dipercepat dan tekanan darah meningkat. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat etil alkohol /etanol yakni karena adanya
peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
Konsumsi Garam |
KejadianHipertensi |
P
Value |
OR 95% CI |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||||
n |
% |
N |
% |
|||
Tinggi |
12 |
35,3 |
2 |
5,9 |
0,003 |
8.727 1.776-42.896 |
Normal |
22 |
64,7 |
32 |
94,1 |
Hasil
analisis bivariat menunjukkan tingginya Konsumsi garam sebagai faktor
resiko kejadian hipertensi (IK = 1,77 –
42,9 ) dengan nilai OR 8,72 , yang berarti responden yang mengkonsumsi tinggi
garam beresiko 8.72 kali mengalami hipertensi.Pengaruhkonsumsi
garam / natrium
terhadaphipertensiterjadimelaluipeningkatan volume plasma, curahjantung, dan
tekanandarah.
Konsumsi
Sayur dan Buah
Tabel 7. Analisis
Konsumsi Sayur dan Buah sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.
KonsumsiSayur dan Buah |
KejadianHipertensi |
P
Value |
OR 95% CI |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||||
N |
% |
n |
% |
|||
Kurang |
23 |
67,6 |
28 |
82,4 |
0,161 |
0.448 0.144-1.397 |
Cukup |
11 |
32,4 |
6 |
17,6 |
Hasil
Analisis bivariat menunjukkan bahwa
konsumsi sayur dan buah yang rendah bukan merupakan faktor resiko kejadian
hipertensi (IK95% 0,14 – 1.39). Didalam sayur dan buah terdapat kalium, Pada
penelitian Sumaerih di Indramayu tahun 2006 dan Lu Wang et al. di Boston tahun
2008 membuktikan bahwa asupan kalium yang tinggi dapat menurunkan tekanan
darah. Mekanisme kerja kalium dalam mencegah penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis) adalah dengan menjaga dinding pembuluh darah arteri tepat
elastik dan mengoptimalkan fungsinya, sehingga tidak mudah rusak akibat tekanan
darah tinggi.
Namun
pada penelitian ini konsumsi sayur dan buah yang rendah bukan merupakan faktor
resiko hipertensi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angga Prasetyo
(2015) menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan anatara konsumsi sayur & buah (p >0.05) terhadap tekanan darah.
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa Uji Chi-Square hubungan konsumsi
buah dan sayur dengan hipertensi
berturut-turut adalah p-value = 0.681, (OR = 0.320 ; IK = 0.122 - 0.315) yang
artinya tidak ada hubungan frekuensi konsumsi pisang, apel, bayam dan tomat
dengan hipertensi pada lansia di Desa Bolon Colomadu Karanganyar, Muhammad
Ardianto P(2014).
Stress
Tingkat
stress sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.
Stress |
KejadianHipertensi |
P
Value |
OR 95% CI |
|||
Kasus |
Kontrol |
|||||
n |
% |
n |
% |
|||
Stress |
3 |
8,8 |
2 |
5,9 |
0.642 |
1.548 0.242-9.908 |
Tidak Stress |
31 |
91,2 |
32 |
92,6 |
Hasil
analisis bivariat menunjukkan
Stress bukan sebagai faktor
resiko terhadap kejadian hipertensi
(IK95% = 0,24 – 9,9). Stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar
masalah maka tekanan darah kita meningkat. Tetapi umumnya, begitu kita sudah
kembali rileks maka tekanan darah akan turun kembali. Stres atau ketegangan
jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah)
dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Namun pada penelitian ini, hasil analisisnya menunjuukan bukan
sebagai faktor resiko karena sesuai dengan hasil penelitian yang didapat dari
responden terkait keadaan stress yang dialami.
The
American Heart Association (AHA) telah menunjukkan bahwa meskipun stres bukan
mengkonfirmasi faktor risiko untuk tekanan darah tinggi, banyak studi tentang
subjek saat ini sedang dilakukan. Dalam situasi yang penuh tekanan, tubuh
manusia bereaksi dengan melepaskan hormon stres ke dalam darah, yang
meningkatkan tekanan darah mereka, (Enid
Wai-Yung Kwong, 2016).
KESIMPULAN
1.
Kebiasaan konsumsi laru,
frekuensi dan tinggi jumlah konsumsi laru merupakan faktor resiko kejadian
hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.
2.
Tingginya Konsumsi garam
merupakan faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan
Nekamese, tahun 2019.
3.
Kurangnya Konsumsi sayur dan
buah bukan sebagai faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di
Kecamatan Nekamese, tahun 2019.
4.
Stress bukan sebagai faktor
resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.
DAFTAR PUSTAKA
Agnesia, N.K. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa
Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Anggraeny, R., Wahiduddin, Rismayanti, 2013. Faktor Risiko Aktivitas
Fisik, Merokok, dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar.
Anwar, Rosihan. “Konsumsi Buah Dan Sayur Serta Konsumsi
Susu Sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Hipertensi.” Jurnal Kesehatan
5 (2014).
Azwar, Achdiat, Arizal. 2011. Penyakit Di Usia Tua, Jakarta : EGC.
Bustan,M.N. 2014.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi kedua.
Datta, Anitha I.R.Detha & Frans Umbu. Desinfektan dari Bahan Alami. UNDANA
PRESS, 2016.
FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement, Report Of A Joint
Fao/Who/Unu Expert Consultation. Rome.
Isselbacher, Dkk. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit dalam
Edisi Bahasa AsdieAhmad H, Edisi 13, Jakarta : EGC.
IUPAC, Commission on Nomenclature of Organic Chemistry (1993).
"Table 28(a) Carboxylic acids and related groups. Unsubstituted parent
structures". A Guide to IUPAC Nomenclature
of Organic Compounds (Recommendations 1993). Blackwell Scientific publications. ISBN 0-632-03488-2.
Kemenkes RI, 2013. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Penyakit
Tidak Menular,Jakarta.2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta. Diakses10 Januari
2019 ;Http://Www.Depkes.Go.Id.
Kennedy L,. 2009. Joint national Commite (JNC7),.
Kwong, Enid Wai-Yung. “A prediction model of blood
pressure for telemedicine.” Health
Informatics Journal, 2016: 1 - 16.
Naiola, Elidar,.
"Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari Pulau Timor, Nusa Tenggara
Timur." BIODIVERSITAS (
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI)) 9 (2008): 165 - 168.
Okubo, Yasushi. “Alcohol Consumption and blood pressure
in japanese men.” ELSEVIER 23 (2001): 149 - 156
Prof. Dr. Hardiasyah, MS & I Dewa Suppariasa,MPS,
penyunt. ILMU GIZI : TEORI DAN
APLIKASI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2016.
Prof.DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A(K). Dasar - dasar Metodologi Penelitian Klinis.
SAGUNG SETO, 2011.
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa
tenggara Timur. Jakarta. Diakses 8 November 2018; Http://.Depkes.co.id.
Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa
tenggara Timur. Jakarta.
Suiraoka, 2016. Mengenal, Mencegah, dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika.
Whadarni K. Dahlia,.2015.Ketertarikan Antara Konsumsi Buah dan Sayur Serta gaya Hidup dengan
Kejadian Kegemukan Pada Mahasiswa TPB- IPB, Bogor : Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Windhu, Siti Candra. 2009. DisfungsiSeksual. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Depkes RI 2009.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar