BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Manajemen
merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervise staf serta
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan sebagai
proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai
salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional. Sehingga
keduanya diharapkan dapat saling mendukung.
Adanya
tuntutan pengembangan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat umum merupakan salah satu factor yang harus
dicermaati dan diperhatikan oleh tenaga perawat. Dengan demikian, perawat harus
mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi
kemanusiaan sesuia dengan ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah
satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan harapan adanya
factor kelola yang optimal, sehingga
mampu menjadi wahana peningkatn keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
Sekaligus
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Ruangan
sebagai bangsal salah sau unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat
yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara
optimal. Namun, perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan
dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari seluruh pihak, maka pelayanan
keperawatan professional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu maka
perlunya perawat mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MKAP) khususnya diruang interna.
Diruang
interna, pasien dengan penyakit dalam membutuhkan tindakan keperawatan yang
tepat agar didapatkan kesembuhan dan teratasinya masalah pasien. Manajemen
keperawatan sangat diperukan di Ruang Interna mengingat ruang interna dimana
terdapat pasien yang mengalami penyakit dalam membutuhkan kelolaan asuhan
keperawatan yang tepat dari perawat maupun dari tim medis lainnya. Oleh
karenanya manajemen keperawatan harus terus dikembangkan sebagai tuntutan
pengembangan ilmu keperawatan yang lebih professional.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Bagaimanakah
ronde keperawatan di Rumah Sakit?
1.2.2. Bagaimana
melakukan sentralisasi obat di Rumah Sakit?
1.2.3. Bagaimana
supervise itu dilakukan?
1.2.4. Bagaimanakah
manajemen timbang terima di Ruang Interna
1.2.5. Apakah
discharge planning itu?
1.3.
TUJUAN
1.3.1. Memahami tentang ronde keperawatan
1.3.2. Mengetahui bagaimana cara melakukan
seentralisasi obat di Rumah Sakit
1.3.3. Mengetahui cara melakukan tindakan dalam
supervise
1.3.4 Mengetahui bagaimana cara melakukan managemen
timbang terima di Ruang Interna
1.3.5 Mengetahui bagaimana cara discharge
planning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
RONDE KEPERAWATAN
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk
mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu
harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota
tim ( Nursalam, 2002).
2.1.1
Karakteristik :
1.
Klien
dilibatkan secara langsung
2.
Klien
merupakan fokus kegiatan
3.
Perawat
aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4.
Kosuler
memfasilitasi kreatifitas
5.
Konsuler
membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk
6.
meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.1.2
Tujuan
:
a.
menumbuhkan
cara berfikir secara kritis
b.
Menumbuhkan
pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
c.
Meningkatkan
vadilitas data klien
d.
Menilai
kemampuan justifikasi
e.
Meningkatkan
kemampuan dalam menilai hasil kerja
f.
Meningkatkan
kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
2.1.3
Manfaat
:
a.
Masalah
pasien dapat teratasi
b.
Kebutuhan
pasien dapat terpenuhi
c.
Terciptanya
komunitas keperawatan yang professional
d.
Terjalinnya
kerjasama antar tim kesehatan
e.
Perawat
dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
2.1.4
Kriteria
Pasien
1.
Mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan.
2.
Pasien
dengan kasus bartu atau langka.
2.1.5.
Kriteria
Evaluasi
1.
Struktur
a.
Persarata
administrative (informed consent, alat dan lainnya)
b.
Tim
ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c.
Persiapan
dilakukan sebelumnya.
2.
Proses
a.
Peserta
mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b.
Seluruuh
peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan.
3.
Hasil
a.
Pasien
merasa puas dengan hasil pelayanan
b.
Masalah
pasien dapat teratasi
c.
Perawat
dapat :
-
Menumbuhkan
cara berikir yang kritis
-
Meningkatkan
cara berpikir yang sistematis
-
Meningkatkan
kemampuan validitas data pasien
-
Meningkatkan
kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
-
Menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
-
Meningkatkan
kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
-
Meningkatkan
kemampuan justifikasi
-
Meningkatkan
kemampuan menilai hasil kerja.
2.1.6.
Metode
Diskusi
2.1.7.
Peran Perawat :
a.
Perawat
primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1.
Menjelaskan
keadaan dan adta demografi klien
2.
Menjelaskan
masalah keperawatan utama
3.
Menjelaskan
masalah keperawatan utama
4.
Menjelaskan
tindakan selanjtunya
5.
Menjelaskan
alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
6.
Menggali
masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
b. Peran perawat primer (ketua tim)
lain dan atau konsuler.
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu
masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori
yang telah dipelajari.
Langkah – Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
PP
Tahap Pra
Tahap Pelaksanaan
Di
Nurse Station
Validasi Data
Tahap
Pelaksanaan
di Kamar pasien
Kesimpulan
dan rekomendasi Solusi
masalah
Pasca Ronde
2.1.8. Langkah – langkah :
Langkah-langkah
yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari
sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed consent kepada
klien atau keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh
Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan.
2) Pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
4) Tindakan keperawatan pada masalah
prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
c.
Pasca Ronde
Mendiskusikan
hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang
perlu dilakukan.
1. Evaluasi, revisi dan perbaikan,
2. Kesimpulan dan rekomendasi
penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.
Contoh Proposal
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH
PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, HIPERTENSI
(DI RUANG PARU RS. X)
Topic :
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang
Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada diagnosis
medis PPOK, DM dan Hipertensi
Sasaran :
Pasien Ny. S (68 tahun)
Hari/tanggal :
selasa, 06 Desember 2011
Waktu :
60 menit (pukul 11.00 – 12.00 WIB)
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan maslaah pasien yang
belum teratasi yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Tujuan Khusus
-
Menjustifikasi
masalah pasien yang belum teratasi
-
Mendiskusikan
penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain.
-
Menemukan
alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
-
Merumuskan
intervensikeperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien.
Sasaran
:
Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no.
tempat tidur 4 Ruang Paru RS. X
Materi
:
1. Teori asuhan keperawatan pasien
dengan PPok, DM, Hipertensi
2. Maslaah-maslaah yang muncul pada
pasien dengan PPOK, DM, dan Hipertensi dan Intervensi Keperawatan pada pasien
dengan PPOK, DM dan Hipertensi dengan masalah
keperawtan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Media
:
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi ; kertas, bolpoint.
3. Materi yang disampaikan secara lisan
Kegiatan Ronde Keperawatan
Waktu |
Tahap |
Kegiatan |
Pelaksana |
Kegiatan Pasien |
Tempat |
1 hari sebelum Ronde |
Pra - Ronde |
Pra – Ronde : 1. Menentukan
kasus dan topic, 2. Menentukan
tim dan ronde 3. Menentukan
literatur 4. Membuat
proposal 5. Mempersiapkan
pasien 6. Diskusi
pelaksanaan |
Penanggung jawab : - |
- |
Ruang |
5 menit |
Ronde |
Pembukaan : 1. Salam
pembuka 2. Memeperkenalkan
tim ronde 3. Menyempaiakn
masalah dan identitas pasien 4. Menjelaskan
tujuan ronde |
Kepala Ruangan (KARU) |
- |
Nurse
Station |
30 menit |
|
Penyajian masalah : 1. Memberikan
salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde. 2. Menjelaskan
riwayat penyakit dan keperawatan pasien. 3. Menjelaskan
masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan serta menetapkan
prioritas yang perlu didiskusikan Validasi
data 4. Mencocokkan
dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan. 5. Diskusi
antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut. 6. Pemberian
justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan. 7. Menentukan
tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan. |
PP KARU. PP, Perawat, konselor. KARU. PP, Perawat, konselor. KARU |
Mendengarkan Memberikan respon dan menjawab
pertanyaan. |
Nurse
Station R. Perawatan |
10 menit |
Pasca Ronde |
1. Evaluasi
dan rekomendasi intervensi keperawatan. 2. Penutup. |
Karu, Supervisor, Perawat Konselor,
Pembimbing. |
- |
Nurse
Station |
Contoh
Resume Pasein Dalam Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Identitas
:
Nama : Ny. S
Umur : 68 tahun
Status : kawin
Pendidikan : SGB
Pekerjaan : pensiunan Guru
Alamat : Blitar
MRS :
Diagnose
Medis
PPOK + DM + Hipertensi
Keluhan Utama
Mual, muntah
Riwayat
Penyakit Sekarang
Tanggal 02 November 2011 pasien jatuh dan terjadi retak
pada pergelangan tangan kiri. Sejak saat itu pasien merasa berdebar-debar, gula
darah naik, 14 hari sebelum MRS pasien merasa sesak, kumat-kumatan terutama
pada malam hari, batuk berdahak tapi dahak tidak dapat dikeluarkan. Nafsu amkan
menurun, badan lemah,. Pasien memeriksakan diri ke IRD RS. X, dan disarankan
MRS di Ruang Paru. Pasien MRS 16 November 2011.
Sampai dengan 21 November 2011, keluhan sesak dan batuk
berkurang, nafsu makan membaik. Pasien sudah dapat mengahbiskan satu porsi
makan yang disediakan dan duduk di kursi. Tanggal 22 November 2011 pasien
mengeluh sesak kembali setelah pasien buang air besar di kamar mandi. Tanggal
23 pasien mengeluh mual. Tanggal 25 November 2011, pasien muntah warna hijau
kekuningan 3 x @75 ml. Badan pasien terasa lemah, pasien merasa pusing. Nafsu
amkan menurun, pasien hanya mampu mengahabiskan ½ porsi makan yang disediakan.
Tanggal 27 November 2011 pasien muntah air 4 x @75 cc.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Pasien menderita DM dan
Hipertensi sejak 1955. Untuk pengobatan DM pasien mendapat terapi Mixtrad 18
iu, untuk hipertensi pasien mendapat terapi Noperten 50 mg. pasien pernah MRS
tahun 2000 di Rs. X dengan DM, lalu tahun 2003 MRS dengan flek Paru.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga
yang menderita DM
Pemeriksaan
Fisik
Tanda-tanda Vital tanggal 27
November
Tekanan Darah : 110/60
mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 37,5 °C, RR : 18 x/ menit
Sistem Pernafasan (B1 : Breath)
Tidak ada keluhan
sesak, tidak batuk, pola nafas teratur, tidak ada penggunaanota bantu nafas,
ronchi + halus, RR :18 x/menit.
System Kardiovaskuler (B2 ; Blood)
Irama jantung regular,
bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 3 detik, akral hangat, tidak terdapat
cyanosis.
System Persyarafan
Kesadaran komposmentis,
keluhan rasa panas pada ulu hati, pergelangan tangan kiri masih terasa sedikit
nyeri tetapi tidak mengganggu, pasien merasa mengantuk tetapi tidak dapat tidur,pasien
dapatb istirahat tidur ± 5 jam.
System Pencernaan (B4 ; Bladder)
Pasien mengeluh mual,
nafsu makan menurun, pasien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi makan yang
disediakan, muntah air warna kuning kehijauan 4 x @ 75 ml. bising usus + 10
x/menit, BB sebelum sakit 42 Kg, turgor kulit sedang, lemak subcutan tipis,
konjunctiva anemis, tanggal 21 November 2011 Hb 13,00 gr/dl (N: 11,45 – 15,2),
albumin : 3,6 gr/dl ( N: 3,2 – 4,5), GD puasa :303 gr/dl (N: 70 -110), gula 2
jam PP bubur : 296 gr/ dl (N: <125 gr/dl) protein total : 69 gr/dl (N : 6,3
– 8,8). Pasien mendapat diet DM 6B1 2100 Kkal bubur. Pasien minum ±2000 ml/hari
air putih.
System Perkemihan
Pasien BAK 5 – 6 x/hari
dikamar mandi, warna kuning jernih, jumlah tidak terukur, Lab 21 November 2011
BUN : 16,3 mg/dl (N:10 – 20), serum kreatinin : 0,9 mg/dl (N : < 1,2).
Sistem Muskuloskeletal dan
Integumen
Kemampuan pergerakan
sendi bebas, pasien merasa lemah.
Warna kulittidak
anemis, turgor kulit sedang, tidak ada edema, pasien memakai infuse pada tangan
kanann tidak terdapat luka.
System Endokrin
Kelenjar Tyroid tidak
emmbersar, hiperglikemia
Personal Hygiene
Pasien mampu mansi seka
di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, ganti pakaina 2 x sehari.
Pasien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.
Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat
menjalankan sholat karena badan lemah, pasien mempunyai motivasi tinggi untuk
sembuh, tetapi pasien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera
membaik.
2.2.
SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat (teknik
pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
2.2.1. Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan
pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal
berikut ini adalah beberapa alas an yang palinng sering mengapa obat perlu
disentralisasikan.
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk
satu apsein
2. Menggunakan obat yang mahal dan
bermerek, padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektivitas dan keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelumdiagnosis
pasti dibuat “hanya untuk mencoba”
4. Menggunakan dosisyang lebih besar
dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang
mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang
dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah abtas kadaluwarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es,
sehingga vaksin dan obat mejadi tidak efektif.
8. Meletakkan obat di tempat yang
lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat
penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri (Mc. Mahon, 1999).
2.2.2. Teknik Pengelolaan Obat (
Sentralisasi)
Pengeluaran
dan pembagian obat sepenuhnyadilakukan oleh perawat.
1. Penanggungjawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut
serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan Obat :
a. Obat yang telah diresepkan
ditunjukkan kepada perawat da obatyang telah diambil oleh keluarga diserahkan
perawtan dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawatan
dengan lembar terima obat.
b. Perawat meuliskan nama pasien,
register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan
diketahui (ditandatangani) oleh keluarga dan pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana
obat tersebut akan habis. Serta penejelasana tentang 5T (jenis, dosis, waktu,
apsien, dan cara pemberian).
c. Pasien dan keluarga selanjutnya
mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan
selanjutnya disimpan oleh perawat dalamkotak obat (Nursalam, 2007).
4. Pembagian Obat :
a. Obat yang telah diterima untuk
selanjutany dislain dalam buku daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk
selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat. Dengan terlebih dulu disosokkan dengan terapi
yang diintruksi dokter dan kartu yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat
menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada ppasien.
d. Sediaan obat yanga ada selanjutnya
diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku msauk obat.
5. Penambahan Obat Baru
a. Obat dikategorikan khusus apabila
sediaan memiliki harga yang cukup mahal, mengguankaan alur pemberian yang
cupkup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada
waktu tertentu/ sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakuakn
mengguanakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada
pasien atau keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluargasaat pemberian obat (Nursalam, 2007)
Seorang
manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengrnai obat dengan cara –
cara berikut ini :
1. Membuat catatan mengenai obat-obatan
yang sering dipakai, jelaskajn penggunaan dan efek samping, kemudian, berikan
semua salinan kepada staf.
2. Tuliskan dosis yang tepat
obat-obatan yang sering terpakai dangantungkandi dinding.
3. Adakan pertemuan staf untuk membahas
penyebab pemborosan obta.
4. Beritahu kepada semua staf mengenai
harga bermacam-macam obat
5. Aturlah kuliah atau program
diskusidan bahaslah mengrnai satu jenis obat setiapminggu pada waktu pertemuan.
6. Sediakan satu atau lebih eksemplar
buku farmakologi sederhana di perpustakaan (Mc. Mahon, 1999)
DIAGRAM ALUR PELAKSANAAN
SENTRALISASI OBAT
MENYIMPAN PERSEDIAAN OBAT
1. Meriksa
ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulisetiket dan
alamt pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik merupakan
bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
2. System
kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang
digunakan untuk menggantikanbuku besar persdiaan. Kartu ini berfungsi seperti
buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan penambahan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar
persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi
dalam system kartu persediaan, masing-masing barang situliskan dalam kartu yang
terpisah.
3. Lemari
obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan
lemari pendingan. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar.
Manajemen Rumah Sakit perlu dilengkapi dengan
manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang
dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan
tertentu. Obat harus ada dalam persediaan setiap Rumah Sakit sebagai bahan
utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider. Manajemen
farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di
bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk tujuan serta sasaran
didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi; penetapan
standart obat, perencanaan pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/sran/informasi tentang obat,
monitoring efek samping obat.
Factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan
kepada pasien meliputi pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya
obat dengan kualitas obat yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat kepada
para pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit.
Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi
kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan system
manajemen obat adalah pengguanan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan
pengobatan. Obat-obatan dikeluarkandari tempat penyimpanan, oleh orang yang
bertugas menanganiperswdiaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat
digunakan secara tratur dan dalam jumlah yang diketahui ; hal ini memungkinkan
pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan
dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan
pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat dengan pengobata pasien, segera
sadar akan ketidakcocokan dlam pemberian obat,memeriksa perubahan pemakaian
obat.
2.3
SUPERVISI
2.3.1. Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
2.3.1.1
Manfaat
dan tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan
diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut
(Suarli & Bachtiar, 2009) :
1)
Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,
serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dan bawahan.
2)
Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja
ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama
artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari
supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan
yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bachtiar, 2008).
2.3.1.2 Frekuensi pelaksanaan supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik,
karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi
selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan
berbagai penyesuaian. Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali
supervisi harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi
biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta
sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta
sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
2.3.1.3
Prinsip-prinsip
Pokok dalam Supervisi
Kegiatan supervisi
mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang
mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang
dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa
prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):
1) Tujuan utama supervisi ialah untuk
lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan
kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan
bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk
atau bantuan untuk mengatasinya.
2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin
dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.
3) Supervisi harus dilakukan secara
teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi
yang baik.
4) Supervisi harus dapat dilaksanakan
sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik antara atasan dan
bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih
mengutamakan kepentingan bawahan.
5) Strategi dan tata cara supervisi yang
akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara
individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori
bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.
6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan
selalu disesuaikan dengan perkembangan.
2.3.1.4 Pelaksana Supervisi
Menurut
Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi
adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan
tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan
keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi
maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau
karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor).
Karasteristik yang dimaksud adalah:
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah
atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin,
dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang
jelas.
2) Pelaksana supervisi harus memilki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan
disupervisi.
3) Pelaksana supervisi harus memiliki
keterampilam melakukan supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta
tehnik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat
edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai
waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
2.3.1.5 Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya
identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik
pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan
tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk
dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan
(Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung
yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan
sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan
strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan
langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu
dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan
langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa
takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk
mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul.
Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan
suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini
dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat
diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian
masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah
tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
2.3.2
Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan
supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan
dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan
para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan
supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi
pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto,
2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian
tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar
merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
2.3.2.1 Tujuan Supervisi Keperawatan
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja
yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh
karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan
arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan
mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian
pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Arwani,-2004).
Tujuan dalam supervisi kinerja perawat dalam
pendokumentasian adalah peningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja
perawat dan kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).
2.3.2.2 Karakteristik Supervisi
Keperawatan
Dalam
keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :
a.
Mencerminkan kegiatan asuhan
keperawatan yang sesungguhnya.
b.
Mencerminkan pola
organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.
c.
Kegiatan yang
berkesinambungan yang teratur atau berkala.
d.
Dilaksanakan oleh
atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang
ditunjuk).
e.
Menunjukkan kepada
kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
2.3.2.3
Elemen
Proses Supervisi
a. Standar praktek keperawatan yang
digunakan sebagai acuan dalam menilai dan mengarahkan penyimpangan yang
terjadi.
b. Fakta empirik di lapangan, sebagai
pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan kesenjangan
c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas
maupun upaya memperbaiki
2.3.2.4
Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau
pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat
pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang
bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):
1) Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan
yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan
dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai
contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat
melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
2) Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang
berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang
bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3) Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan,
kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para
pengawas keperawatan.
Mengusahakan seoptimal
mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena
itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan,
memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.3.2.5 Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap
sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan
struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika
supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut
supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan
pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar,
2009)
Sasaran
yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur
yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008)
2.3.2.6 Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama
seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan
mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan
karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan
mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang
jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan
kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan
semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok
(dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang
diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan
kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan
agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik
2.3.3 Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
2.3.3.1 Tehnik
Supervisi keperawatan
Supervisi
keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan
perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan
di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama
dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi
seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi
tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan
(Arwani, 2006).
Teknik
supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
Teknik
Supervisi Secara Langsung
Supervisi
yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada waktu
supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana,
2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :
1)
pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;
2)
menggunakan kata-kata yang tepat;
3)
berbicara dengan jelas dan lambat;
4)
berikan arahan yang logis;
5)
Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;
6)
pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;
7)
Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen
dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
Langkah-langkah
yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a)
Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi.
b)
Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c)
Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d)
Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan
pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e)
Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi
Secara
Tidak Langsung
Supervisi
tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah
Supervisi tak langsung.
a)
Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b)
Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c)
Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d)
Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda
bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e)
Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.
2.3.3.2
Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu
melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan
prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat
antara lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi.
Kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan
perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja
yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi
adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian
diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat,
bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang
dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan
struktur organisasi,
2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar
manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan,
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan
jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard,
4) Supervisi merupakan proses kerja sama
yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi,
falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik,
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang
kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi,
7) Supervisi mempunyai tujuan yang
berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan
klien, perawat dan manajer
2.3.3.3 Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara
efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan
tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan
supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah
kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor
yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam
supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
Persiapan.
Kegiatan
Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
1)
Menyusun jadwal supervisi,
2)
Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen dokumentasian). 3)
Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana
Pelaksanaan supervisi.
Kegiatan
kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi : 1)
Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,
2)
Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan.
3)
Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk
masing-masing tahap,
4)
Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian
asuhan keperawatan,
4)
Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap,
5)
Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan,
6) Mencatat hasil supervisi.
Evaluasi.
Kegiatan
kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:
1)
Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan,
2)
Memberikan reinforcement pada perawat,
3)
Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
2.3.3.4 Model-model Supervisi Keperawatan
Selain
cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan
dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
Model konvensional
Model
supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini
sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
Model ilmiah
Supervisi
dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara
berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan
bimbingan.
Model klinis
Supervisi
model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme
sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan
meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan
Model
artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan
pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat
diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
2.4
TIMBANG
TERIMA
2.4.1
Pengertian Timbang Terima
Adalah suatu cara dalam menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien.
2.4.2
Tujuan
Timbang terima
Tujuan
umum :
Mengkomunikasikan
keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan
secara umum klien (data focus)
b. Menyampaikan
hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
c. Menyampaikan hal-hal penting yang
perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
d. Tersusunnya rencana kerja untuk
dinas berikutnya.
2.4.3
Manfaat timbang terima
Manfaat
bagi perawat :
1. Meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin suatu
hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
3. Perawat dapat
mengikuti perkembangan klien secara paripurna
4. Peningkatan
pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
5. Terhindar dari
kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
6. Menimbulkan
rasa aman
7. Meningkatkan
percaya diri/bangga
Manfaat bagi
pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
Manfaat bagi Rumah sakit:
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
2.4.4
Timbang terima pasien
§ Merupakan teknik
atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien .
§ Harus
dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan /belum dan perkembangan saat itu.
§ Informasi
yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna
Saat ini:
1.
Timbang terima sudah dilaksanakan setiap pergantian shift /operan
dipimpin oleh Kepala Ruangan atau perawat penanggung jawab
2.
Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien
yang memiliki permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta membutuhkan observasi
lebih lanjut
3.
Hal yang disampaikan dalam timbang terima:
·
Jumlah pasien
·
Identitas pasien dan diagnose medis
·
Data (Subyektif dan Obyektif)
·
Masalah keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
·
Intervensi kolaboratif
·
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
4. Format timbang
terima sudah ada dan setiap akhir timbang terima telah di dokumentasikan dengan
benar
Ke depan:
Timbang terima yang benar harus bisa dilaksanakan di semua pelayanan Rumah Sakit,
tidak hanya di rawat inap, tetapi juga IRD dan Kamar Operasi yang pelayanannya
24 jam dan ada alur timbang terima yang sudah baku
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.
Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2.
Dipimpin oleh Kepala Ruangan atau penanggung jawab pasien
(PP)
3.
Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4.
Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis, menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5.
Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6.
Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
suara cukup, bila ada sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat klien
2.4.5
Langkah-langkah :
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa
yang disampaikan
c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift
yang selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan kien.
2.4.6
Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1). Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3). Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4). Intervensi kolaborasi dan dependensi
5). Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
f. Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
2.4.7
Alur Timbang terima (Jaga malam ke
jaga pagi)
SESI
I: DI NURSE STATION
1.
PA
malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya
2.
PP
membuka operan jaga dengan do’a
3.
PP
mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan pasien kepada PA jaga pagi
4.
PA
melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya terkait:
a. Identitas Identitas pasien dan diagnose medis
b. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.
5.
PA
jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan PA jaga malam
6.
PP
mengajak PA malam dan PA pagi yang bertanggungjawab untuk mengklarifikasi
pasien
SESI
II: DI KAMAR/BED PASIEN
1.
Yang
masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan PA jaga pagi yang bertanggung jawab
pada pasien tersebut.
2.
PA
malam mengucapkan salam dan menyapa pasien
3.
PA
malam menanyakan masalah keperawatan yang dilakukan tindakan
4.
PA
malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim pagi
5.
PA
memperkenalkan/menanyakan apakah masih mengingat nama PP
6.
PP
menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab kepada pasien
tersebut selama shift pagi
7.
PP
memperkenalkan PA yang bertanggung jawab
8.
PA
yang bertsanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang akan merawat
9.
PP
member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
10.
PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat
istirahat
SESI
III: DI NURSE STATION
1.
PP
member kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya
2.
PP
meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain
(jumlah alat, laken, dll)
3.
PP
memberi pujian pada PA jaga malam
4.
PP
menutup operan dengan do’a
Check
list Serah Terima Tugas Jaga (Operan Jaga )
No
Prosedur
1.
Semua
perawat jaga shift pagi dan malam kumpul bersama
2.
Didahului
dengan do’a bersama
3.
Komunikasi
antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan dictation dengan suara
perlahan/tidak rebut
4.
Menyebutkan
identitas pasien,Dx medis,Dx keperawatan,tindakan keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu pelaksanaanya
5.
Menginformasikan
jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan
6.
Menyebutkan
perkembanganpasien yang ada selama shift
7.
Menginformasikan
pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)
8.
Mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan
9.
Menyebutkan
terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan selama shift
10.
Menyebutkan
tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
11.
Memeberikan
salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi dan menginsfeksi keadaan
pasien ,menanyakan keluhan-keluhan pasien ( dalam rangka klarifikasi)
12.
Menginformasikan
kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas
13.
Memberikesempatan
pada shift jaga berikutya mengklarifikasi semua masalah yang ada termasuk
daftar alat-alat dan obat
14.
Menutup
operan jaga
PRE-CONFERENCE
LANGKAH-LANGKAH
§ Konferensi dilakukan setiap hari
segera setelah pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP
§ Conference dilakukan oleh PP dan PA
dalam timnya masing-masing
§ Penyampaian perkembangan dan masalah
klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh
dinas malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi :
a. Keadaan umum klien
b. Keluhan klien
c. Tanda-tanda vital dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan terapi medis
g. Rencana medis
Check
list pre Conference
No.
Prosedur
Tugas PN
1.
Pre
conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan operan jaga.
2.
Menyiapakan
ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang menjadi tanggung jawabnya
3.
Menjelaskun
masalah keperawatan yang dilakukannya pre conference
4.
Berdo’a
dan memandu pelaksanaan pre conference
5.
Menjelaskan
masalah keperawatan pasien, dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6.
Membagikan
tugas kepada AN sesuai kemempuan yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7.
Mendiskusikan
cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan
8.
Motivasi
untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9.
Mengklarifikasi
kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
10.
Memberikan
reinforcement positif pada AN
11.
Dihadiri
oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing
12.
Memberikan
kesempatan AN untuk memberikan klarifikasi dan menyimpulkan hasil pre
conference
13.
Menutup
pertemuan dengan do’a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar