Rabu, 05 Januari 2022

Jurnal Skripsi. Hubungan Tradisi Konsumsi Laru Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pria Dewasa Di Kecamatan Nekamese

 

Hubungan Tradisi Konsumsi Laru Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pria Dewasa Di Kecamatan Nekamese

Nomensen Banunaek

E-mail: nomensenbanunaek@gmail.com


 

ABSTRACT

Laru is one of alcoholic beverages and it’s often consumed by most of adults men in Nekamese District. This study purpose to examine the association tradition of laru consuming and other factors that affect hypertension on adult men aged ³ 36 years old in NekameseDistrict.This research uses observational analytic method using case control study design. The study sample was 34 cases and 34 controls. Data collection by tensimeter and questionnaires.Data analyzed by univariate, bivariate using chi square. This result shows that tradition of laru consumption: routinity of laru consumption (IK 95% = 1.18 – 10)  OR = 3.43, frequency of laru consumption (IK 95% = 1.18 – 10)  OR = 3.43, total of laru consumption (IK 1.27 – 9.75 ) OR = 3.52, are risks factor of hypertension. Similarly salt consumption (IK = 1.77 – 42.9) OR = 8.72 it’s also a risk factor of hypertension. Otherwise deficiency of consuming fruits and vegetables (IK = 0.144 – 1.4), stress (IK = 0.24 – 9.9) are not risks factor of hypertension. Expectation for health center in order to give counseling to the people about tradition of laru consumption, table salt consumption and those impact for health.

 

Keywords: Laru, hypertension


PENDAHULUAN


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2013).

Prevalensi hipertensi di NTT pada tahun 2013 ialah sebesar 23.3% (Riskesdas, 2013). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang tahun 2016 menjelaskan bahwa data kesakitan yang berasal dari masyarakat (community based data) diperoleh melalui pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) melalui system pencatatan dan pelaporan. Hipertensi masuk dalam kategori sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah penderita 5884 orang. Laki – laki sebanyak 2341 (39%) penderita hipertensi  dan perempuan sebanyak 3543 (60%) penderita hipertensi. Data penderita  Hipertensi, pada tahun 2016  sesuai data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, menurut  hasil pengukuran, Puskesmas Oemasi berada di posisi pertama dengan penderita Hipertensi tertinggi yakni jumlah total  772 (37,3%), laki – laki 322 (35,3%) dan perempuan 450 (38,9%).

Meningkatnya prevalensi hipertensi dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk, umur  dan faktor risiko perilaku yakni kurangnya aktivitas fisik, stress yang terus-menerus, asupan garam, mengkonsumsi alkohol (WHO, 2013) dan juga kurangnya konsumsi sayur dan buah – buahan  (Hardiansyah, EGC, 2016 ). Laru adalah salah satu contoh minuman beralkohol yang dikonsumsi masyarakat Kabupaten Kupang.

Laru merupakan minuman beralkohol yang diolah secara tradisional oleh masyarakat Nusa tenggara Timur. Studi tentang produk minuman berakohol (laru putih, laru merah, dan sopi) yang berasal dari beberapa lokasi di NTT oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) tahun 2008,  menunjukkan bahwa produk turunan nira lontar antara lain laru dan sopi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk lanjut berskala industri kecil hingga menengah. Konsumsi Laru menjadi budaya masyarakat pedesaan khususnya laki – laki dewasa, dalam acara adat ataupun ketika saat perkumpulan warga. Menurut jenis kelamin, prevalensi peminum alkohol lebih besar pada laki-laki (8,8%) dibanding perempuan (0,7%). Prevalensi nasional peminum alkohol di pedesaan lebih tinggi dari perkotaan (Depkes, 2008). Sesuai data yang ada, kecamatan nekamese tergolong dalam kelompok peminum alkohol (Laru) yang tinggi, karena masih berada di daerah pedesaan. Laru sebagai minuman beralkohol yang harga jualnya lebih murah dibandingan minuman beralkohol lainnya dan mudah didapatkan, karena banyak masyarakat di Kecamatan Nekamese yang mengkonsumsi sekaligus sebagai produsen minuman beralkohol tersebut. Dalam penelitian tentang analisis kimia terhadap minuman fermentasi  laru, terkandung alkohol yang tergolong cukup tinggi yakni sebesar 6,6%, sedangkan kadar alkohol yang seharusnya dibutuhkan tubuh ialah <5%. Jika laru yang dikonsumsi berlebihan maka dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Mengkonsumsi alkohol berlebih meningkatkan berat badan yang signifikan, seperti alkohol mengandung jumlah tinggi kalori. Lemak yang berlebihan memberikan tekanan berlebih pada arteri, dan pembuluh darah jadi lebih kecil (penyempitan) sehingga luas pembuluh darah tidak sesuai dengan tekanan yang seharusnya, akibatnya  jantung harus memompa lebih cepat. Hal ini meningkatkan tekanan pada arteri dan jantung, secara tidak langsung menyebabkan kenaikan tekanan darah atau Hipertensi.

Penelitian  inidi lakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan, frekuensi dan jumlah konsumsi laru, konsumsi garam, sayur buah dan stress sebagi faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese.


METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan menggunakan desain case control study bersifat retrospective yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhKebiasaan konsumsi laru, Frekuensi konsumsi laru, jumlah konsumsi laru dan garam, konsumsi sayur dan buah,  tingkat stress sebagai faktor risiko kejadian Hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese.

Lokasi dan Waktu Penelitian :

Penelitian dilakukan di Kecamatan Nekamese desa Besmarak dan desa Tunfeu pada bulan Januari – Februari.

Populasi dan Sampel :

Populasi

-Populasikasus.

Populasi kasus dari penelitian ini ialah masyarakat dengan jenis kelamin laki – laki dengan usia  dewasa akhir ³ 36 tahun yang didiagnosis Hipertensi berdasarkan pengambilan data awal yakni sebanyak  34 orang di Puskesmas Oemasi kecamatan Nekamese.

-Populasi Kontrol.

Populasi kontrol ialah masyarakat dengan jenis kelamin laki – laki dengan usia dewasa akhir  ³ 36 tahun yang tidak menderita hipertensi sebanyak 34 orang di Kecamatan Nekamese.

Sampel

Teknik sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi dan dijadikan sampel karena keterbatasan sampel penelitian untuk kasus dan kontrol.  Sampel  kasus untuk  laki – laki dewasa akhir yang didiagnosa hipertensi sesuai data register di Puskesmas Oemasi, Kecamatan Nekamese sedangkan sampel kontrol laki – laki dewasa akhir yang tidak menderita hipertensi.

-Sampel Kasus

Sampel kasus pada penelitian ini adalah laki – laki dewasa akhir  (³36 tahun) yang didiagosis mengalami hipertensi sesuai buku register Puskesmas Oemasi.

-Sampel Kontrol

Sampel kontrol pada penelitian ini adalah laki – laki dewasa akhir (³36 tahun) yang tidak  menderitahipertensi berdasarkan diagnosa rekam medik


HASILDAN PEMBAHASAN

Analisis univariat

1.    Tradisi Konsumsi Laru

Tradisi Konsumsi Laru

KejadianHipertensi

Kasus

Kontrol

n

%

n

%

Kebiasaan

KonsumsiLaru :

Konsumsilaru

27

79,4

18

52,9

Tdkkonsumsilaru

7

20,6

16

47,1

Frekuensi

KonsumsiLaru:

Sering

27

79,4

18

52,9

Jarang

7

20,6

16

47,1

Jumlah

KonsumsiLaru :

Tinggi

25

73,5

15

44,1

Rendah

9

26,5

19

55,9

Total

34

100

34

100

Tabel 1. Konsumsi Laru pada Kelompok Kasus dan Kontrol

 








2.    Konsumsi Garam

Tabel 2. Konsumsi Garam pada kelompok kasus dan kontrol.

Konsumsi Garam

KejadianHipertensi

Kasus

Kontrol

N

%

n

%

Tinggi

12

35,3

2

5,9

Normal

22

64,7

32

94,1

Total

34

100

34

100

 

 

 

 

 

3.    Konsumsi Sayur dan Buah

Tabel 3. Konsumsi sayur dan Buah pada kelompok kasus dan kontrol

KonsumsiSayur dan Buah

KejadianHipertensi

Kasus

Kontrol

n

%

n

%

Kurang

23

67,6

28

82,4

Cukup

11

32,4

6

17,6

Total

34

100

34

100

 

4.    Stress

Tabel 4. Stres pada kelompok kasus dan kontrol

Tingkat Stress

KejadianHipertensi

Kasus

Kontrol

n

%

n

%

Stress

3

8,8

2

5,9

Tidak Stress

31

91,2

32

92,6

Total

34

100

34

100

 

AnalisisBivariat

Tradisi Konsumsi Laru

Tabel 5. Analisis Tradisi Konsumsi Laru sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.

Tradisi Konsumsi Laru

KejadianHipertensi

P value

OR

95% CI

Kasus

Kontrol

N

%

n

%

Kebiasaan

KonsumsiLaru :

Konsumsilaru

27

79,4

18

52,9

0,021

3.429

1.176-9.994

Tidakkonsumsilaru

7

20,6

16

47,1

Frekuensi

KonsumsiLaru:

Sering

27

79,4

18

52,9

0,021

3.429

1.176-9.994

Jarang

7

20,6

16

47,1

Jumlah

KonsumsiLaru :

Tinggi

25

73,5

15

44,1

0,014

3.519

1.270-9.750

Rendah

9

26,5

19

55,9

 

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi laru sebagai faktor resiko kejadian hipertensi (IK 95% = 1.18 – 10) dengan nilai OR = 3.43 yang berarti responden yang mengkonsumsi laru beresiko 3.4 kali mengalami hipertensi. Sering  konsumsi laru sebagai faktor risiko kejadian hipertensi   (IK = 1,18 – 10) engan  nilai OR = 3.43 yang berarti responden yang sering mengkonsumsi konsumsi laru beresiko 3.4 mengalami  hipertensi.Tinggimya Jumlah Konsumsi laru sebagai faktor risiko kejadian hipertensi (IK 1.27 – 9.75 ) dengan  nilai OR = 3.52,  yang berarti responden yang mengkonsumsi laru dengan jumlah yang tinggi beresiko 3.5 kali mengalami hipertensi.

Kadar alkohol yang seharusnya dibutuhkan tubuh ialah <5 %, jika dikonsumsi berlebihan maka akan mempengaruhi tekanan darah yaitu terjadinya penyempitan pada pembuluh darah sehingga kerja jantung makin dipercepat dan tekanan darah meningkat. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat etil alkohol /etanol yakni karena adanya peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.


Konsumsi Garam

KejadianHipertensi

P Value

OR

95% CI

Kasus

Kontrol

n

%

N

%

Tinggi

12

35,3

2

5,9

0,003

8.727

1.776-42.896

Normal

22

64,7

32

94,1











Hasil analisis bivariat menunjukkan tingginya Konsumsi garam sebagai faktor resiko  kejadian hipertensi (IK = 1,77 – 42,9 ) dengan nilai OR 8,72 , yang berarti responden yang mengkonsumsi tinggi garam beresiko 8.72 kali mengalami hipertensi.Pengaruhkonsumsi garam / natrium terhadaphipertensiterjadimelaluipeningkatan volume plasma, curahjantung, dan tekanandarah.


Konsumsi Sayur dan Buah

Tabel 7. Analisis Konsumsi Sayur dan Buah sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.

KonsumsiSayur dan Buah

KejadianHipertensi

P Value

OR

95% CI

Kasus

Kontrol

N

%

n

%

Kurang

23

67,6

28

82,4

0,161

0.448

0.144-1.397

Cukup

11

32,4

6

17,6


Hasil Analisis  bivariat menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang rendah bukan merupakan faktor resiko kejadian hipertensi (IK95% 0,14 – 1.39). Didalam sayur dan buah terdapat kalium, Pada penelitian Sumaerih di Indramayu tahun 2006 dan Lu Wang et al. di Boston tahun 2008 membuktikan bahwa asupan kalium yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Mekanisme kerja kalium dalam mencegah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) adalah dengan menjaga dinding pembuluh darah arteri tepat elastik dan mengoptimalkan fungsinya, sehingga tidak mudah rusak akibat tekanan darah tinggi.

 

Namun pada penelitian ini konsumsi sayur dan buah yang rendah bukan merupakan faktor resiko hipertensi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angga Prasetyo (2015) menunjukkan bahwa  tidak ada pengaruh yang signifikan anatara konsumsi sayur &   buah (p >0.05) terhadap tekanan darah. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa Uji Chi-Square hubungan konsumsi buah dan sayur  dengan hipertensi berturut-turut adalah p-value = 0.681, (OR = 0.320 ; IK = 0.122 - 0.315) yang artinya tidak ada hubungan frekuensi konsumsi pisang, apel, bayam dan tomat dengan hipertensi pada lansia di Desa Bolon Colomadu Karanganyar, Muhammad Ardianto P(2014).


 

 

 

Stress

Tingkat stress sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.

Stress

KejadianHipertensi

P Value

OR

95% CI

Kasus

Kontrol

n

%

n

%

Stress

3

8,8

2

5,9

0.642

1.548

0.242-9.908

Tidak Stress

31

91,2

32

92,6

 


Hasil analisis bivariat menunjukkan   Stress  bukan sebagai faktor resiko terhadap kejadian hipertensi   (IK95% = 0,24 – 9,9).  Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita meningkat. Tetapi umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun kembali. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Namun pada penelitian ini, hasil analisisnya menunjuukan bukan sebagai faktor resiko karena sesuai dengan hasil penelitian yang didapat dari responden terkait keadaan stress yang dialami.

The American Heart Association (AHA) telah menunjukkan bahwa meskipun stres bukan mengkonfirmasi faktor risiko untuk tekanan darah tinggi, banyak studi tentang subjek saat ini sedang dilakukan. Dalam situasi yang penuh tekanan, tubuh manusia bereaksi dengan melepaskan hormon stres ke dalam darah, yang meningkatkan tekanan darah mereka, (Enid Wai-Yung Kwong, 2016).


 

KESIMPULAN


1.      Kebiasaan konsumsi laru, frekuensi dan tinggi jumlah konsumsi laru merupakan faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.

2.      Tingginya Konsumsi garam merupakan faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.

3.      Kurangnya Konsumsi sayur dan buah bukan sebagai faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.

4.      Stress bukan sebagai faktor resiko kejadian hipertensi pada pria dewasa di Kecamatan Nekamese, tahun 2019.


DAFTAR PUSTAKA


Agnesia, N.K. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Diponegoro.

Anggraeny, R., Wahiduddin, Rismayanti, 2013. Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar.

Anwar, Rosihan. “Konsumsi Buah Dan Sayur Serta Konsumsi Susu Sebagai Faktor  Risiko  Terjadinya  Hipertensi.” Jurnal Kesehatan 5 (2014).

Azwar, Achdiat, Arizal. 2011. Penyakit Di Usia Tua, Jakarta : EGC. Bustan,M.N. 2014.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi kedua.

Datta, Anitha I.R.Detha & Frans Umbu. Desinfektan dari Bahan Alami. UNDANA PRESS, 2016.

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement, Report Of A Joint Fao/Who/Unu Expert Consultation. Rome.

Isselbacher, Dkk. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit dalam Edisi Bahasa AsdieAhmad H, Edisi 13, Jakarta : EGC.

IUPAC, Commission on Nomenclature of Organic Chemistry (1993). "Table 28(a) Carboxylic acids and related groups. Unsubstituted parent structures". A Guide to IUPAC Nomenclature of Organic Compounds (Recommendations 1993). Blackwell Scientific publications. ISBN 0-632-03488-2.

Kemenkes RI, 2013. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular,Jakarta.2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta. Diakses10 Januari 2019 ;Http://Www.Depkes.Go.Id.

Kennedy L,. 2009. Joint national Commite (JNC7),.

Kwong, Enid Wai-Yung. “A prediction model of blood pressure for telemedicine.” Health Informatics Journal, 2016: 1 - 16.

Naiola, Elidar,. "Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur." BIODIVERSITAS ( Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)) 9 (2008): 165 - 168.

Okubo, Yasushi. “Alcohol Consumption and blood pressure in japanese men.” ELSEVIER 23 (2001): 149 - 156

Prof. Dr. Hardiasyah, MS & I Dewa Suppariasa,MPS, penyunt. ILMU GIZI : TEORI DAN APLIKASI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2016.

Prof.DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A(K). Dasar - dasar Metodologi Penelitian Klinis. SAGUNG SETO, 2011.

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa tenggara Timur. Jakarta. Diakses 8 November 2018; Http://.Depkes.co.id.

Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa tenggara Timur. Jakarta.

Suiraoka, 2016. Mengenal, Mencegah, dan Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika.

Whadarni K. Dahlia,.2015.Ketertarikan Antara Konsumsi Buah dan Sayur Serta gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan Pada Mahasiswa TPB- IPB, Bogor : Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Windhu, Siti Candra. 2009. DisfungsiSeksual. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Depkes RI 2009.,


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar