Selasa, 04 Januari 2022

Timbang Terima dan Sentralisasi obat dalam manajemen Keperawatan

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.     LATAR BELAKANG

Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervise staf serta sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan sebagai proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional. Sehingga keduanya diharapkan dapat saling mendukung.

Adanya tuntutan pengembangan  pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum merupakan salah satu factor yang harus dicermaati dan diperhatikan oleh tenaga perawat. Dengan demikian, perawat harus mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuia dengan ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan harapan adanya factor  kelola yang optimal, sehingga mampu menjadi wahana peningkatn keefektifan pembagian pelayanan keperawatan

Sekaligus sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

Ruangan sebagai bangsal salah sau unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun, perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari seluruh pihak, maka pelayanan keperawatan professional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu maka perlunya perawat mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MKAP) khususnya diruang interna.

Diruang interna, pasien dengan penyakit dalam membutuhkan tindakan keperawatan yang tepat agar didapatkan kesembuhan dan teratasinya masalah pasien. Manajemen keperawatan sangat diperukan di Ruang Interna mengingat ruang interna dimana terdapat pasien yang mengalami penyakit dalam membutuhkan kelolaan asuhan keperawatan yang tepat dari perawat maupun dari tim medis lainnya. Oleh karenanya manajemen keperawatan harus terus dikembangkan sebagai tuntutan pengembangan ilmu keperawatan yang lebih professional.

 

1.2.     RUMUSAN MASALAH

1.2.1.  Bagaimanakah ronde keperawatan di Rumah Sakit?

1.2.2.  Bagaimana melakukan sentralisasi obat di Rumah Sakit?

1.2.3.  Bagaimana supervise itu dilakukan?

1.2.4.  Bagaimanakah manajemen timbang terima di Ruang Interna

1.2.5.  Apakah discharge planning itu?

 

1.3.    TUJUAN

1.3.1.  Memahami tentang ronde keperawatan

1.3.2.  Mengetahui bagaimana cara melakukan seentralisasi obat di Rumah Sakit

1.3.3.  Mengetahui cara melakukan tindakan dalam supervise

1.3.4 Mengetahui bagaimana cara melakukan managemen timbang terima di Ruang Interna

1.3.5   Mengetahui bagaimana cara discharge planning 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.      RONDE KEPERAWATAN

   Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim ( Nursalam, 2002).

 

2.1.1        Karakteristik :

1.      Klien dilibatkan secara langsung

2.      Klien merupakan fokus kegiatan

3.      Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama

4.      Kosuler memfasilitasi kreatifitas

5.      Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk

6.      meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

 

2.1.2        Tujuan :

a.       menumbuhkan cara berfikir secara kritis

b.      Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien

c.       Meningkatkan vadilitas data klien

d.      Menilai kemampuan justifikasi

e.       Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

f.       Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.

 

2.1.3        Manfaat :

a.       Masalah pasien dapat teratasi

b.      Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

c.       Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

d.      Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

e.       Perawat dapat melaksanakan  model asuhan keperawatan dengan tepat dan  benar.

 

2.1.4        Kriteria Pasien

1.      Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.

2.      Pasien dengan kasus bartu atau langka.

 

2.1.5.      Kriteria Evaluasi

1.      Struktur

a.       Persarata administrative (informed consent, alat dan lainnya)

b.      Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan

c.       Persiapan dilakukan sebelumnya.

2.      Proses

a.       Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

b.      Seluruuh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan.

3.      Hasil

a.       Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

b.      Masalah pasien dapat teratasi

c.       Perawat dapat :

-          Menumbuhkan cara berikir yang kritis

-          Meningkatkan cara berpikir yang sistematis

-          Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

-          Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

-          Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.

-          Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

-          Meningkatkan kemampuan justifikasi

-          Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

 

 

2.1.6.      Metode

      Diskusi

 

2.1.7.      Peran  Perawat :

a.       Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

1.      Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien

2.      Menjelaskan masalah keperawatan utama

3.      Menjelaskan masalah keperawatan utama

4.      Menjelaskan tindakan selanjtunya

5.      Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

6.      Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

 

b.      Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler.

a.       Memberikan justifikasi

b.      Memberikan reinforcement

c.       Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional

d.      Mengarahkan dan koreksi

e.       Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Langkah – Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

 

PP

 
 


Tahap Pra

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tahap Pelaksanaan

Di Nurse Station

 

 


Validasi Data

 
Tahap Pelaksanaan

di Kamar pasien

Kesimpulan dan rekomendasi

Solusi masalah

 
 

 

 

 


Pasca Ronde

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.1.8.      Langkah – langkah :

Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Pesiapan

1)      Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde

2)      Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga

 

b. Pelaksanaan Ronde

1)      Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan.

2)      Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

3)      Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

4)      Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.

c.       Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

1.      Evaluasi, revisi dan perbaikan,

2.      Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.

 

 

 

 

 



           

 

 

 

 

Contoh Proposal

 

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, HIPERTENSI

(DI RUANG PARU RS. X)

 

Topic               : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang            

                           Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada diagnosis medis PPOK, DM dan Hipertensi

Sasaran             : Pasien Ny. S (68 tahun)

Hari/tanggal      : selasa, 06 Desember 2011

Waktu               : 60 menit (pukul 11.00 – 12.00 WIB)

Tujuan :

1.      Tujuan Umum

Menyelesaikan maslaah pasien yang belum teratasi yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

2.      Tujuan Khusus

-          Menjustifikasi masalah pasien yang belum teratasi

-          Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain.

-          Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.

-          Merumuskan intervensikeperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien.

Sasaran :

Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no. tempat tidur 4 Ruang Paru RS. X

 

Materi :

1.      Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPok, DM, Hipertensi

2.      Maslaah-maslaah yang muncul pada pasien dengan PPOK, DM, dan Hipertensi dan Intervensi Keperawatan pada pasien dengan PPOK, DM dan Hipertensi dengan masalah  keperawtan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

 

Media :

1.      Dokumen/status pasien

2.      Sarana diskusi ; kertas, bolpoint.

3.      Materi yang disampaikan secara lisan

 

Kegiatan Ronde Keperawatan

 

Waktu

Tahap

Kegiatan

Pelaksana

Kegiatan Pasien

Tempat

1 hari sebelum Ronde

Pra - Ronde

Pra – Ronde :

1.   Menentukan kasus dan topic,

2.   Menentukan tim dan ronde

3.   Menentukan literatur

4.   Membuat proposal

5.   Mempersiapkan pasien

6.   Diskusi pelaksanaan

Penanggung jawab :

-

-

Ruang

5 menit

Ronde

Pembukaan :

1.   Salam pembuka

2.   Memeperkenalkan tim ronde

3.   Menyempaiakn masalah dan identitas pasien

4.   Menjelaskan tujuan ronde

Kepala Ruangan (KARU)

-

Nurse Station

30 menit

 

Penyajian masalah :

1.   Memberikan salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde.

2.   Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien.

3.   Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan

 

Validasi data

4.   Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan.

 

5.   Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut.

6.   Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

7.   Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan.

PP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KARU. PP, Perawat, konselor.

 

KARU. PP, Perawat, konselor.

 

 

 

 

 

KARU

Mendengarkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Memberikan respon dan menjawab pertanyaan.

Nurse Station

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

R. Perawatan

10 menit

Pasca Ronde

1.   Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan.

2.   Penutup.

Karu, Supervisor, Perawat Konselor, Pembimbing.

    -

Nurse Station

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh Resume Pasein Dalam Pelaksanaan Ronde Keperawatan

 

Identitas :

Nama               : Ny. S

Umur               : 68 tahun

Status              : kawin

Pendidikan      : SGB

Pekerjaan         : pensiunan Guru

Alamat                        : Blitar

MRS                :

 

Diagnose Medis

PPOK + DM + Hipertensi

 

Keluhan Utama

Mual, muntah

 

Riwayat Penyakit Sekarang

            Tanggal 02 November 2011 pasien jatuh dan terjadi retak pada pergelangan tangan kiri. Sejak saat itu pasien merasa berdebar-debar, gula darah naik, 14 hari sebelum MRS pasien merasa sesak, kumat-kumatan terutama pada malam hari, batuk berdahak tapi dahak tidak dapat dikeluarkan. Nafsu amkan menurun, badan lemah,. Pasien memeriksakan diri ke IRD RS. X, dan disarankan MRS di Ruang Paru. Pasien MRS 16 November 2011.

            Sampai dengan 21 November 2011, keluhan sesak dan batuk berkurang, nafsu makan membaik. Pasien sudah dapat mengahbiskan satu porsi makan yang disediakan dan duduk di kursi. Tanggal 22 November 2011 pasien mengeluh sesak kembali setelah pasien buang air besar di kamar mandi. Tanggal 23 pasien mengeluh mual. Tanggal 25 November 2011, pasien muntah warna hijau kekuningan 3 x @75 ml. Badan pasien terasa lemah, pasien merasa pusing. Nafsu amkan menurun, pasien hanya mampu mengahabiskan ½ porsi makan yang disediakan. Tanggal 27 November 2011 pasien muntah air 4 x @75 cc.

 

 

 

 

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menderita DM dan Hipertensi sejak 1955. Untuk pengobatan DM pasien mendapat terapi Mixtrad 18 iu, untuk hipertensi pasien mendapat terapi Noperten 50 mg. pasien pernah MRS tahun 2000 di Rs. X dengan DM, lalu tahun 2003 MRS dengan flek Paru.

 

Riwayat Penyakit Keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita DM

 

Pemeriksaan Fisik

 

Tanda-tanda Vital tanggal 27 November

Tekanan Darah : 110/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 37,5 °C, RR : 18 x/ menit

 

Sistem Pernafasan (B1 : Breath)

Tidak ada keluhan sesak, tidak batuk, pola nafas teratur, tidak ada penggunaanota bantu nafas, ronchi + halus, RR :18 x/menit.

 

System Kardiovaskuler (B2 ; Blood)

Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 3 detik, akral hangat, tidak terdapat cyanosis.

 

System Persyarafan

Kesadaran komposmentis, keluhan rasa panas pada ulu hati, pergelangan tangan kiri masih terasa sedikit nyeri tetapi tidak mengganggu, pasien merasa mengantuk tetapi tidak dapat tidur,pasien dapatb istirahat tidur ± 5 jam.

 

System Pencernaan (B4 ; Bladder)

Pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, pasien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan, muntah air warna kuning kehijauan 4 x @ 75 ml. bising usus + 10 x/menit, BB sebelum sakit 42 Kg, turgor kulit sedang, lemak subcutan tipis, konjunctiva anemis, tanggal 21 November 2011 Hb 13,00 gr/dl (N: 11,45 – 15,2), albumin : 3,6 gr/dl ( N: 3,2 – 4,5), GD puasa :303 gr/dl (N: 70 -110), gula 2 jam PP bubur : 296 gr/ dl (N: <125 gr/dl) protein total : 69 gr/dl (N : 6,3 – 8,8). Pasien mendapat diet DM 6B1 2100 Kkal bubur. Pasien minum ±2000 ml/hari air putih.

System Perkemihan

Pasien BAK 5 – 6 x/hari dikamar mandi, warna kuning jernih, jumlah tidak terukur, Lab 21 November 2011 BUN : 16,3 mg/dl (N:10 – 20), serum kreatinin : 0,9 mg/dl (N : < 1,2).

 

Sistem Muskuloskeletal dan Integumen

Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah.

Warna kulittidak anemis, turgor kulit sedang, tidak ada edema, pasien memakai infuse pada tangan kanann tidak terdapat luka.

 

System Endokrin

Kelenjar Tyroid tidak emmbersar, hiperglikemia

 

Personal Hygiene

Pasien mampu mansi seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, ganti pakaina 2 x sehari. Pasien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.

 

Psikososial Spiritual

Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah, pasien mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera membaik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.2.    SENTRALISASI OBAT

          Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

 

2.2.1.  Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alas an yang palinng sering mengapa obat perlu disentralisasikan.

1.      Memberikan bermacam-macam obat untuk satu apsein

2.      Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan yang sama.

3.      Meresepkan obat sebelumdiagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”

4.      Menggunakan dosisyang lebih besar dari pada yang diperlukan

5.      Memberikan obat kepada pasien yang mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk minum.

6.      Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah abtas kadaluwarsa.

7.      Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat mejadi tidak efektif.

8.      Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.

9.      Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc. Mahon, 1999).

 

2.2.2.  Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi)

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnyadilakukan oleh perawat.

1.      Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.

2.      Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.

3.      Penerimaan Obat :

a.       Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat da obatyang telah diambil oleh keluarga diserahkan perawtan dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawatan dengan lembar terima obat.

b.      Perawat meuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga dan pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta penejelasana tentang 5T (jenis, dosis, waktu, apsien, dan cara pemberian).

c.       Pasien dan keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.

d.      Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalamkotak obat (Nursalam, 2007).

4.      Pembagian Obat :

a.       Obat yang telah diterima untuk selanjutany dislain dalam buku daftar pemberian obat.

b.      Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat. Dengan terlebih dulu disosokkan dengan terapi yang diintruksi dokter dan kartu yang ada pada pasien.

c.       Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat,  dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada ppasien.

d.      Sediaan obat yanga ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku msauk obat.

5.      Penambahan Obat Baru

a.       Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal, mengguankaan alur pemberian yang cupkup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu/ sewaktu saja.

b.      Pemberian obat khusus dilakuakn mengguanakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.

c.       Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluargasaat pemberian obat (Nursalam, 2007)

Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengrnai obat dengan cara – cara berikut ini :

1.      Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskajn penggunaan dan efek samping, kemudian, berikan semua salinan kepada staf.

2.      Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering terpakai dangantungkandi dinding.

3.      Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obta.

4.      Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat

5.      Aturlah kuliah atau program diskusidan bahaslah mengrnai satu jenis obat setiapminggu pada waktu pertemuan.

6.      Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan (Mc. Mahon, 1999)  

 

DIAGRAM ALUR PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


MENYIMPAN PERSEDIAAN OBAT

1.      Meriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulisetiket dan alamt pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan.

2.      System kartu persediaan

Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikanbuku besar persdiaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan penambahan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu persediaan, masing-masing barang situliskan dalam kartu yang terpisah.

3.      Lemari obat

Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari pendingan. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar.

Manajemen Rumah Sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada dalam persediaan setiap Rumah Sakit sebagai bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider. Manajemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi; penetapan standart obat, perencanaan pengadaan obat, penyimpanan,  pendistribusian/sran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.

Factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan kualitas obat yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat kepada para pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit. Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan system manajemen obat adalah pengguanan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan pengobatan. Obat-obatan dikeluarkandari tempat penyimpanan, oleh orang yang bertugas menanganiperswdiaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat digunakan secara tratur dan dalam jumlah yang diketahui ; hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat dengan pengobata pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dlam pemberian obat,memeriksa perubahan pemakaian obat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.3        SUPERVISI

2.3.1. Pengertian Supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).

Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).

2.3.1.1      Manfaat dan tujuan Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

 

 

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

 

2.3.1.2  Frekuensi pelaksanaan supervisi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.

 

2.3.1.3  Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):

1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.

3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.

5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.

6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.

2.3.1.4 Pelaksana Supervisi

Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:

1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.

4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.

5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.

 

2.3.1.5 Teknik Supervisi

Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).

b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.

c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.

 

 

 

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.

 

2.3.2  Supervisi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).

 

2.3.2.1  Tujuan Supervisi Keperawatan

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan (Arwani,-2004).

Tujuan  dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah peningkatkan  ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan  kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).

 

2.3.2.2  Karakteristik Supervisi Keperawatan

Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :

a.       Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya.

b.      Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.

c.       Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.

d.      Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang ditunjuk).

e.       Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

 

2.3.2.3  Elemen Proses Supervisi

a.       Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.

b.      Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan kesenjangan

c.        Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki

 

2.3.2.4  Pelaksana Supervisi Keperawatan

 

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):

1) Kepala ruangan

Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).

2) Pengawas perawatan (supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

 

3) Kepala bidang keperawatan

Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.

 

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,  memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

 

2.3.2.5 Sasaran Supervisi Keperawatan

Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)

Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008)

 

2.3.2.6 Kompetensi Supervisor Keperawatan

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):

a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.

f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik

2.3.3 Pelaksanaan Supervisi Keperawatan

2.3.3.1 Tehnik Supervisi keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.

 

Teknik Supervisi Secara Langsung

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :

1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;

2) menggunakan kata-kata yang tepat;

3) berbicara dengan jelas dan lambat;

4) berikan arahan yang logis;

5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;

6) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;

7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):

a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi.

b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.

e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi

 

Secara Tidak Langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.

d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.

e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.

 

2.3.3.2  Prinsip Supervisi Keperawatan

Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi. Kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi,

2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan,

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard,

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik,

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi,

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer

 

2.3.3.3  Kegiatan Rutin Supervisor

Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :

Persiapan.

Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:

1) Menyusun jadwal supervisi,

2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana

Pelaksanaan supervisi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,

2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan.

3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-masing tahap,

4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan,

4) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap,

5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan,

 6) Mencatat hasil supervisi.

Evaluasi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:

1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan,

2) Memberikan reinforcement pada perawat,

3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi

2.3.3.4  Model-model Supervisi Keperawatan

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

Model konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan

Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan

Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

 

 

 

 

 

 

 

2.4     TIMBANG TERIMA

2.4.1        Pengertian Timbang Terima

Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien.

2.4.2         Tujuan Timbang terima

Tujuan umum :

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus :

a.       Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien (data focus)

b.      Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien

c.       Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya

d.      Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.4.3        Manfaat timbang terima

Manfaat bagi perawat :

1.      Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2.      Menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat

3.      Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

4.      Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien

5.      Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan

6.      Menimbulkan rasa aman

7.      Meningkatkan percaya diri/bangga

Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
Manfaat bagi Rumah sakit:
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
 

 

 

 

 

2.4.4        Timbang terima pasien

§  Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien .

§  Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan     mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan /belum dan perkembangan saat itu.

§  Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna 

Saat ini:

1.      Timbang terima sudah dilaksanakan setiap pergantian shift /operan dipimpin oleh Kepala Ruangan atau perawat penanggung jawab

2.      Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta membutuhkan observasi lebih lanjut

3.      Hal yang disampaikan dalam timbang terima:

·         Jumlah pasien

·         Identitas pasien dan diagnose medis

·         Data (Subyektif dan Obyektif)

·         Masalah keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

·         Intervensi kolaboratif

·         Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

4.      Format timbang terima sudah ada dan setiap akhir timbang terima telah di dokumentasikan dengan benar

Ke depan:
Timbang terima yang benar harus bisa dilaksanakan di semua pelayanan Rumah Sakit, tidak hanya di rawat inap, tetapi juga IRD dan Kamar Operasi yang pelayanannya 24 jam dan ada alur timbang terima yang sudah baku

 

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1.      Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift

2.      Dipimpin oleh Kepala Ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)

3.      Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas

4.      Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien

5.      Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

6.      Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara cukup, bila ada sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien

2.4.5        Langkah-langkah :
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan kien.

2.4.6        Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1). Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3). Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4). Intervensi kolaborasi dan dependensi
5). Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
f. Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.

2.4.7        Alur Timbang terima (Jaga malam ke jaga pagi)

SESI I: DI NURSE STATION

1.      PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya

2.      PP membuka operan jaga dengan do’a

3.      PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan pasien kepada PA jaga pagi

4.      PA melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya terkait:
a. Identitas Identitas pasien dan diagnose medis
b. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

5.      PA jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan PA jaga malam

6.      PP mengajak PA malam dan PA pagi yang bertanggungjawab untuk mengklarifikasi pasien

SESI II: DI KAMAR/BED PASIEN

1.      Yang masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan PA jaga pagi yang bertanggung jawab pada pasien tersebut.

2.      PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien

3.      PA malam menanyakan masalah keperawatan yang dilakukan tindakan

4.      PA malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim pagi

5.      PA memperkenalkan/menanyakan apakah masih mengingat nama PP

6.      PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab kepada pasien tersebut selama shift pagi

7.      PP memperkenalkan PA yang bertanggung jawab

8.      PA yang bertsanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang akan merawat

9.      PP member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya

10.   PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat istirahat

SESI III: DI NURSE STATION

1.      PP member kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya

2.      PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken, dll)

3.      PP memberi pujian pada PA jaga malam

4.      PP menutup operan dengan do’a

Check list Serah Terima Tugas Jaga (Operan Jaga )

No Prosedur

1.      Semua perawat jaga shift pagi dan malam kumpul bersama

2.      Didahului dengan do’a bersama

3.      Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan dictation dengan suara perlahan/tidak rebut

4.      Menyebutkan identitas pasien,Dx medis,Dx keperawatan,tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaanya

5.      Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan

6.      Menyebutkan perkembanganpasien yang ada selama shift

7.      Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)

8.      Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

9.      Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan selama shift

10.  Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift

11.  Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi dan menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan keluhan-keluhan pasien ( dalam rangka klarifikasi)

12.  Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas

13.  Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi semua masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat

14.  Menutup operan jaga

PRE-CONFERENCE

LANGKAH-LANGKAH

§  Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP

§  Conference dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing

§  Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi :
a. Keadaan umum klien
b. Keluhan klien
c. Tanda-tanda vital dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan terapi medis
g. Rencana medis

Check list pre Conference

No. Prosedur
Tugas PN

1.      Pre conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan operan jaga.

2.      Menyiapakan ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang menjadi tanggung jawabnya

3.      Menjelaskun masalah keperawatan yang dilakukannya pre conference

4.      Berdo’a dan memandu pelaksanaan pre conference

5.      Menjelaskan masalah keperawatan pasien, dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya

6.      Membagikan tugas kepada AN sesuai kemempuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja

7.      Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan

8.      Motivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

9.      Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya

10.  Memberikan reinforcement positif pada AN

11.  Dihadiri oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing

12.  Memberikan kesempatan AN untuk memberikan klarifikasi dan menyimpulkan hasil pre conference

13.  Menutup pertemuan dengan do’a

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar